Woo Jin nekat naik ke atas gedung menemui Han Mi Seon, wanita yang mengaku membunuh Park bersaudara. Posisi Mi Seon membelakangi Woo Jin, wanita ini berjalan di pinggir atap gedung. Ia memakai kaca mata hitam dan menggunakan tongkat yang membantunya dalam berjalan. Salah langkah sedikit saja pasti akan membuatnya jatuh ke bawah.
"Jaksa Cha Woo Jin?", tanya Mi Seon meyakinkan
"Ya", jawab Woo Jin seraya menganggukan kepala
"Ketika berjalan di ketinggian, kalau tidak melihat kebawah, maka kau tidak akan takut...pernah mendengarnya?. Itu semua bohong. Bukan karena melihatnya kau jadi takut. Sekujur tubuhmu akan terasa gatal karena membayangkan rasa sakitnya. Benar sampai saat ini aku masih harus menyusui bayiku".
Mi Seon mendekap tubuhnya merasakan udara malam yang dingin. Tanpa di minta Mi Seon menceritakan kisah hidupnya pada Woo Jin.
"Awalnya aku meminjam uang demi menyelamatkan anakku. Karena tidak bisa membayarnya aku menjual sesuatu yang layak di jual. Ginjal, hati, mata. Tapi dengan tumbuhnya anakku, tiba-tiba suatu malam terjadi sesuatu. UGD bilang mereka harus segera melakukan operasi darurat".
Bersamaan dengan itu scene melihatkan kejadian dari awal, bermula dari Mi Seon yang melihat selebaran di WC umum. Selebaran yang menampilkan nomor yang bersedia membeli organ tubuh manusia seperti mata, ginjal dan hati. Dengan deraian air mata, Mi Seon menghubungi nomor tersebut.
Scene menampilkan Mi Seon membawa anaknya rumah sakit. Dokter UGD menjelaskan ada sesuatu yang tidak beres pada bayi Mi Seon. Mi Seon yang berada di ruang operasi menunggu dengan cemas. Tak lama datang seorang dokter. Mi Seon membungkuk mengucapkan terima kasih pada dokter. Tapi dokter itu berlalu begitu saja berjalan setengah terhuyung masuk ke ruang operasi.
Mi Seon terdiam sesaat lalu membuka kaca mata hitamnya. Woo Jin sedikit terkejut ketika mengetahui Mi Seon benar-benar tidak bisa melihat.
"Karena mereka adalah tuhan yang menentukan hidup mati kita. Jangan karena tuhan sedikit mabuk, kau menolak kasih karunia-Nya. Tapi sekalipun setelah menerima kasih karunia-Nya, anakku juga tidak menunjukkan perkembangan. Jadi, demi menyelamatkan anakku, aku harus menjual kornea mataku. Tapi anakku....tidak akan pernah bangun selamanya. Dan dokter yang mabuk itu tidak merasa bersalah".
Mi Seon tak kuasa menahan tangis ketika menceritakan kepedihan hatinya. Woo Jin menanyakan alasan Mi Seon membunuh Park bersaudara apa hanya karena ingin mengambil ginjal mereka?. Mi Seon diam seakan membenarkan pertanyaan Woo Jin.
Woo Jin bisa menebak pasti ada seseorang yang membantu Mi Seon melampiaskan balas dendam. Kali ini Mi Seon membenarkan dan dalam hal ini ia merasa cukup beruntung karena bisa membalas dendam. Awalnya Mi Seon mengaku tidak bisa melakukan apa-apa. Tapi akhirnya ia bisa membunuh iblis dengan tangannya sendiri.
"Kemudian, orang yang membantumu itu, menyuruhmu untuk bunuh diri?", tebak Woo Jin.
"Karena di dunia ini tidak ada yang gratis", jawab Mi Seon.
"Tolong turunlah", bujuk Woo Jin, "Kau sudah terlalu banyak membayar harganya. Tapi kau masih memiliki sisa hidupmu".
Mi Seon merasa tidak ada lagi yang tersisa di dalam hidupnya. Woo Jin bertanya, apa mungkin jika Mi Seon tidak mendengarkan perkataan orang itu, maka sandera yang lain akan membalas dendam. Mi Seon berkata masih ada satu orang lagi yang tersisa dan Woo Jin bisa menyebutnya sebagai sandera.
Perkataan itu membuat Woo Jin sadar bahwa dokter yang mengoperasi anak Mi Seon masih hidup, "Dengan adanya kau di sini untuk bunuh diri, maka kau membiarkan dokter itu untuk mati. Maka balas dendammu akan selesai".
Di tempat lain penyidik Go bersama seorang petugas sedang berusaha mencari kabel yang menguhubungkan jaringan komunikasi di daerah itu. Penyidik Go panik kenapa kabelnya belum ketemu juga. Petugas berkata sudah menemukan kabel itu, tapi ia masih ragu karena ini merupakan tindakan ilegal. Melawan undan-undang komunikasi.
Penyidik Go jadi kesal, "Dasar kau ini!. Kabel yang mana?. Biar aku yang memotongnya!".
Petugas terlihat senang dan menunjukkan kabel yang dimaksud. Penyidik Go langsung memotong kabel itu dengan penuh semangat.
Mi Seon tampak bingung karena tiba-tiba earphone yang ia gunakan mendadak mati. Woo Jin yang melihat gelagat itu berkata handphone Mi Seon tidak akan berfungsi karena ia sudah memutus semua jaringan komunikasi di daerah ini.
Kesempatan ini Woo Jin gunakan untuk naik dan berjalan perlahan mendekati Mi Seon. Penyidik Go, Eun Bi, kabag Han dan juga direktur Kim melihat dari bawah. Tentu saja merasa cemas dibuatnya.
Woo Jin bertanya sebenarnya apa yang di perintahkan orang itu pada Mi Seon. Mi Seon bisa merasakan Woo Jin yang mendekatinya terus berjalan mundur, "Jangan mendekat. Kalau tidak aku akan melompat".
"Tentu saja kau harus lompat, itu alasanmu memilih tempat ini", sahut Woo Jin, "Tapi sebelum kau melompat, kau harus memahami sesuatu dulu. Orang yang ingin mengabulkan permintaanmu untuk balas dendam adalah iblis. Iblis itu telah merebut cinta pertamaku dariku. Lalu bagaimana denganmu. Kau ingin balas dendam bersamanya. Tapi sebenarnya iblis itu yang telah merebut nyawamu".
Woo Jin minta Mi Seon untuk mendengarnya saat ini. Woo Jin berkata Mi Seon tidak perlu mati, karena ia yakin bisa menangkap iblis itu, "Hidup dengan baik juga termaksud balas dendam".
Mi Seon tersenyum, "Kalau begitu hidup dengan baik adalah sesuatu yang masuk akal bagimu. Tapi bagiku lebih baik balas dendam kemudian mati. Maaf, dia ingin menyampaikan itu padamu. Tapi sekarang ini tidak ada lagi. Sekarang ini aku benar-benar lelah. Aku akan pergi".
Mi Seon yang sudah membuat keputusan melepas earphone dan membuangnya dari ketinggian. Setelah itu Mi Seon langsung menjatuhkan dirinya. Woo Jin teriak, "Tidak!", lalu mengikuti Woo Jin terjun dari gedung yang tinggi membuat semua orang teriak histeris.
Beruntung pihak polisi sudah mengantipasi hal ini dengan memasang balon udara di bawah. Tubuh Mi Seon mendarat tepat di atas balon udara. Woo Jin sempat menyentuh balon itu, tapi pantulan membuat badannya terambung kembali dan jatuh terhempas diatas aspal yang keras. Penyidik Go dan yang lainnya berhambur ke sisi Woo Jin yang pingsan tidak sadarkan diri.
Yoo Chang Seon, seorang narapidana yang resmi keluar hari ini. Ia mengganti baju tahanannya dengan t-shirt. Saat berganti baju, talihat tato bergambar mata satu di punggung sebelah kanan (illuminati, kah?). Chang Seon juga memakai topi yang sepertinya memang sengaja di sediakan untuk kebebasannya hari ini.
Begitu keluar dari pintu penjara, sudah ada seseorang yang menantinya. Orang itu berada di dalam taksi dengan topi di hadapannya. Topi yang sama yang dipakai Chang Seon saat ini.
Chang Seon sempat menoleh ke kanan dan kekiri sebelum membuka topinya. Pria yang berada di dalam taksi mengambil topi Chang Seon lalu pergi. Chang Seon masuk ke dalam taksi dan memakai topi yang ada di hadapannya. Rupanya di dalam topi itu ada ponsel. Ponsel itu berdenting menerima pesan masuk. Chang Seon membaca pesan itu. Setelah tahu apa yang di perintahkan, Chang Seon segera mengendarai taksinya untuk melaksanakan tugas.
Direktur Kim membanting arsip yang ia bawa dengan penuh kekesalan. Kekesalan itu ia dapat setelah bertemu atasan yang marah karena belum berhasil mendapatkan buku rekening rahasia. Asisten bertanya apa yang dikatakan oleh atasan mereka.
"Tidak usah tanya. Bikin pusing saja", jawab direktur Kim.
Direktur Kim tidak mengerti apa yang sebenarnya di lakukan oleh Woo Jin. Ada apa ini, kenapa tersangkan pembunuhan ingin bertemu Woo Jin saat menyerahkan diri. Pertama, Kim Man Cheol yang membakar dirinya sendiri. Dan sekarang Han Mi Seok yang memilih . Dan sekarang Mi Seok yang memilih terjun dari atas gedung. Sebenarnya siapa Woo Jin dan kenapa dia sampai bisa seberuntung itu?.
Direktur Kim ragu apa benar Woo Jin yang membawa buku rahasia itu. Asisten menyahut mungkin saja Woo Jin yang membawanya. Direktur Kim tanya bagaimana jika Woo Jin tidak membawanya, saat ini atasan mereka sangat marah. Ia menyuruh asisten untuk mencari buku itu dan melapor padanya.
"Tapi bagaimana jika direktur Choi yang lebih dulu menemukan buku itu?", tanya asisten.
Direktur Kim menendang tulang kering asisten,, "Jangan bicara omong kosong!".
Segera saja asisten mengaku bersalah. Setengah berbisik direktur Kim berkata jika buku rekening itu jatuh ke tangan direktur Choi makan mereka semua akan tamat. Tidak ada cara lain, direktur Kim memerintahkan untuk kembali menginterogasi Woo Jin dengan menggunakan metoda MF.
Asisten terkejut, metoda MF!.Lalu siapa yang akan bertanggung jawab?. Direktur Kim menjawab, "Bukankah kita tidak mempunyai pilihan lain?".
Di luar ruangan, Dong Soo berjalan dengan langkah penuh percaya diri menuju ruangan direktur Kim. Suasana hatinya benar-benar bagus hari ini. Senyumnya mengembang saat masuk ke dalam ruangan. Direktur Kim dan asisten yang lebih dulu berada di dalam menyambutnya dengan hangat.
(Jadi yang bertanggung jawab menginterogasi Woo Jin adalah, Dong Soo?.
Woo Jin kembali bermimpi buruk. Lagi-lagi Woo Jin melihat Seung Hee yang meninggal di depan matanya. Saat Woo Jin terbangun wajah yang pertama dia lihat adalah Eun Bi. Eun Bi tampak khawatir dan bertanya, "Ahjushi, kau baik-baik saja?". Woo Jin heran kenapa Eun Bi ada disini.
Eun Bi menyahut tentu saja kehadirannya disini karena mengkhawtirkan Woo Jin. Kabag Han yang melarangnya untuk membangunkan Woo Jin sampai Woo Jin terbangun sendiri. Eun Bi juga memberitahu kabag Han yang baru saja kembali ke kantor. Woo Jin berusaha duduk meski harus meringis menahan sakit. Woo Jin menyuruh Eun Bi pergi.
Eun Bi heran kenapa Woo Jin selalu terluka setiap kali dan harus dirawat di rumah sakit, "Kau kan bukan detektif?". Woo Jin tahu pasti kabag Han yang bilang kalau ia terluka setiap kali.
Direktur Choi datang menjengkuk. Eun Bi melihat tangan direktur Choi yang tidak membawa apa-apa langsung menyindirnya. Eun Bi berkata bagaimana bisa jaksa seperti Woo Jin disamakan dengan masyarakat luas. Orang yang di rawat di rumah sakit, setidaknya bisa mendapatkan jus jeruk, buah pir atau yang lainnya.
Woo Jin tersenyum geli. Direktur Choi yang tahu sedang di sindir segera mengeluarkan dompetnya dan meminta maaf. Diretkur Choi memberi Eun Bi beberapa lembar uang agar Eun Bi bisa membeli jus atau buah, setelah itu kembalilah. Eun Bi menerimanya dengan senang hati. Setelah mengucapkan terima kasih, Eun Bi keluar dengan girang.
Direktur Choi membahas masalah kemarin, ia berkata acara kemari sangat menarik untuk dilihat. Ia menebak pasti Woo Jin tahu kalau ia meletakan penyadap di dalam lipatan kerah jas. Woo Jin menyahut itu karena direktur Choi terlalu banyak menggerakan tangan.
Direktur Choi tertawa terbahak. Woo Jin juga ikut tertawa tapi hanya sebentar karena merasa kesakitan. Direktur Choi minta Woo Jin jangan pura-pura sakit seperti itu, ia tahu tulang rusuk Woo Jin hanya patah beberapa.
(tuch kan direktur Choi aneh, masa patah tulang dianggap hal sepele)
Direktur Choi mengaku telah mendengar semua pembicaraan Woo Jin kemarin dengan sangat jelas. Tapi ia tak mudah percaya pada orang lain. Apalagi kalau harus percaya tentang pihak kejaksaan yang mempunyai kesepakatan dengan predsir Kim. Direktur Choi tidak bisa mempercayai hal itu begitu saja.
Wajah Woo Jin berubah serius. Direktur Choi tanya apa yang harus ia lalukan. Woo Jin berkata bukankah Divisi penyidik internal selalu mengawasi dan menangkap orang di saat yang tepat. Woo Jin tak peduli bagaimana caranya. Begitu penjahat itu di selediki secara resm, dia pasti akan langsung bersembunyi.
Direktur Choi tanya apa sampai akhir nanti, Woo Jin tetap akan menjadikan dirinya sendiri sebagai umpan. Woo Jin menjawab selama ia masih bisa bernapas, penjahat itu tidak akan pernah berhenti bermain.
Woo Jin lalu tanya bagaimana dengan Mi Seon. Direktur Choi telah mengamankan Mi Seon, dia masih hidup dan dalam pengawasan. Hanya saja dia belum sadar. Woo Jin berkata dokter yang mengoperasi anak Mi Seon masih hidup, apa direktur Choi tahu siapa dokter itu. Direktur Choi menjawab saat ini penyidik Go pergi untuk mencarinya. Semalam kabag Han juga ikut mencari dokter itu. Direktur Chooi mengatakan Woo Jin sungguh beruntung memiliki anak buah yang baik.
Penyidik Go telah menemukan keberadaan dokter yang tidak bertanggung jawab itu. Meski sekarang dia sedang berhadapan dengan penyidik Go, tapi dokter itu sama sekali tidak menunjukan rasa penyesalan. Dokter mengaku kalau memang dirinya lah yang mengoperasi anak Han Mi Seon, tapi apa yang terjadi pada Mi Seon saat ini tidak ada hubungan dengannya sama sekali. Dengan sombongnya dia malah menyuruh penyidik Go untuk pergi.
Penyidik Go kesal, sebenarnya ia juga langsung ingin pergi dari sini dan membiarkan dokter itu mati begitu saja. Dokter yang terkejut mendengar itu bertanya apa maksud perkataan penyidik Go barusan. Penyidik Go mengatakan bahwa sekarang ini ada seseorang yang sedang mengawasi dokter.
"Seseorang yang ingin membunuhmu. Semua orang yang terlibat dalam masalah ini sudah mati. Tinggal kau seorang yang masih hidup. Kau mengerti maksudku, kan?".
Dokter itu terlihat takut. Penyidik Go berkata diantara orang-orang yang sudah mati itu, ada yang memiliki 300 orang pengawal, tapi dia tetap saja mati. Dokter berusaha menyangkal, saat mengoperasi anak Mi Seon, ia sama sekali tidak minum alkohol. Dokter berkata karena penyidik Go dari kejaksaan, seharusnya penyidik Go bisa melihatnya dengan lebih jelas, "Saat itu aku jelas-jelas dinyatakan tidak bersalah".
Penyidik Go mengangguk, tapi ia sama sekali tidak percaya dengan pernyataan yang tidak masuk akal. Penyidik Go bangkit dari tempat duduknya dan melangkah pergi. Kemudian ia berbalik dan berpesan, "Cari 500 pengawal untuk menjagamu. Aku pergi".
Penyidik Go keluar dari rumah sakit, tapi tidak sendiri melainkan bersama sang dokter. Rupanya dokter ini benar-benar takut akan menjadi korban selanjutnya. Penyidik Go menjalankan mobil meninggalkan rumah sakit, tanpa dia sadari ada seseorang yang mengikuti mobilnya di belakang. Orang itu adalah Yoo Chang Seon, mantan narapidana yang baru keluar hari ini.
Taski yang di kendarai Chang Seon terus mengikuti kemana mobil penyidik Go pergi. Penyidik Go melihat dari kaca spion, merasa curiga dengan taksi yang terus mengekor di belakang. Penyidik Go berbelok ke arah kiri, dan taksi itu tetap mengikuti. Ia sadar tengah di ikuti.
Chang Seon menerima sms, entah apa isi sms itu tapi yang jelas setelah membacanya, ia pun menancap gas lebih dalam untuk mempercepat laju mobil dan menghadang mobil penyidik Go. Saat itu hujan turun, dengan wajah bengisnya Chang Seon turun dari mobil dan langsung menuju ke tempat dokter berada.
Karena pintu terkunci, Chang Seon mengedor-ngedor kaca dengan beringas. Penyidik Go turun dari mobil dan berpesan agar dokter jangan membuka pintu. Tapi ternyata tenaga Chang Seon sangat kuat, ia berhasil memecahkan kaca mobil hanya dengan beberapa hantaman saja. Dengan cepat Chang Seon menusukan pisau yang ia pegang ke arah dokter. Dokter berhasil menghidar dan pisaunya mengenai jok mobil.
Chang Seon tidak putus asa, dia berusaha membuka pintu mobil. Tepat saat itu dokter lansung menendang pintu mobil yang membuat Chang Seon terpental kebelakang. Saat Chang Seon kembali ingin menyerang dokter, saat itulah penyidik Go datang menghalangi.
Jadinya Chang Seon malah berbalik menyerang penyidik Go. Kesempatan ini digunakan dokter untuk lari menyelamatkan diri. Terjadi perkelahian yang sengit antara penyidik Go dan Chang Seon. Sampai akhirnya Chang Seon menusuk perut penyidik Go. Penyidik Go dapat melihat dengan jelas wajah Chang Seon.
Tanpa ekspersi Chang Seon meninggalkan penyidik Go yang tergeletak kesakitan di atas aspal. Chang Seon kembali ke mobil dan tidak mendapati dokter disana. Tapi Chan Seong malah tersenyum. Ia melihat kesekeliling dan mengirim pesan menanyakan keberadaan dokter. Seketika itu juga ponsel dokter berbunyi.
Dengan sisa-sisa tenaganya, penyidik Go berusaha bangkit dan menghubungi seseorang.
Dokter yang saat ini bersembunyi di balik mesin genset merasakan ketakutan luar biasa. Meski begitu, ia masih sempat membuka pesan yang masuk ke ponselnya, "Dimana?. Kau bersembunyi dimana?".
Dokter teriak ketakutan ketika melihat Chang Seon yang tiba-tiba saja sudah berada di atas mesin genset. Dokter berusaha lari, tapi dengan cepat Chang Seon menangkapnya lalu menyeretnya tanpa ampun menyebrangi zebra cross dan membunuhnya disana.
Woo Jin berjalan ke ruangan Mi Seon sembari menekan penannya. Di luar ada polisi yang berjaga, polisi itu mengenali Woo Jin dan membiarkannya untuk masuk. Woo Jin duduk di samping Mi Seon yang saat itu sedang tidur. Seluruh badannya di ikat, untuk mencegah Mi Seon bertindak nekat.
"Aku minta maaf. Dunia ini terlihat seperti ini", ucap Woo Jin lirih.
Tapi rupanya Mi Seon tidak tidur, ia membuka mata dan membalas perkataan Woo Jin, "Hanya dengan balas dendam dunia ini akan menjadi indah. Jadi keadilan tidak akan pernah menjadi seperti sungai yang kering".
Mi Seon meneteskan air mata. Woo Jin terkejut sekaligus sedih atas ucapan Mi Seon. (Miris memang, terkadang keadilan tidak berpihak ke pada rakyat kecil).
Woo Jin keluar dari ruang rawat Mi Seon sembari memegangi kepalanya yang sakit. Ia berpapasan dengan Chang Seon yang berjalan menuju keruangan Mi Seon. Tentu saja Woo Jin tidak mengenali Chang Seon. Dari ujung lorong terlihat Eun Bi yang berlari menghampiri Woo Jin dengan cemas.
"Yeonggam, kau kemana saja. Handphonemu terus berdering. Cepat telpon balik", Eun Bi menyerahkan ponsel Woo Jin yang dia bawa.
Eun Bi juga memberitahu tentang penyidik Go yang ditusuk seseorang. Eun Bi takut, apa penyidik Go akan mati. Eun Bi mengajak Woo Jin untuk segera melihat keadaan penyidik Go.
Woo Jin terkejut dan bertanya seberapa parah luka tusuk penyidik Go. Saat Woo Jin akan menghubungi seseorang, saat itulah mereka mendengar suara jeritan yang berasal dari ruang rawat Mi Seon. Disusul seorang perawat wanita yang berlari ketakutan. Petugas polisi yang berjaga di luar sudah tergelatak tak berdaya.
Woo Jin segera berlari menuju ruang Mi Seon dan melihat wanita itu yang sudah tidak bernyawa lagi. Mi Seon meninggal akibat luka tusuk di badannya. Darah segar yang keluar dari tubuhnya membanjiri tempat tidur.
Woo Jin melihat salah satu jendela yang terbuka, mengira si pembunuh pergi dengan melompat dari jendela. Padahal sebenarnya Chang Seon masih bersembunyi di dalam ruangan. Saat Woo Jin berjalan menuju jendela, saat itulah Chang Seon keluar dari persembunyian dan hendak menusuk Woo Jin.
Tepat saat itu Eun Bi masuk, dengan gerakan cepat Eun Bi mengambil pisau Seon ke dan menusuk kaki pria itu. Chang Seon terkejut dan sangat marah. Ia balik menyerang Eun Bi. Secara refleks Eun Bi menghindari serangan Chang Seon.
Woo Jin menendang Chang Seon. Eun Bi berlari berlindung di belakang Woo Jin. Woo Jin memasang kuda-kuda siap menyerang Chang Seon. Tapi Chang Seon malah tersenyum dan menyapa Woo Jin, "Lama tak jumpa, jaksa Cha".
Woo Jin heran karena tidak mengenali Chang Seon, "Kau siapa?. Kau mengenalku?". Chang Seon tidak menjawab, ia melompat ke jendela.
Tanpa memperdulikan rasa sakitnya, Woo Jin berlari mengejar Chang Seon. Eun Bi juga ikut lari. Chang Seon tidak bisa berlari dengan kencang karena saat itu salah satu kakinya sakit.
Woo Jin menyuruh Eun Bi untuk kembali karena ini berbahaya. Eun Bi tidak mau, "Berbahaya apanya?. Kau juga manusia, ahjushi". Bahkan Eun Bi berlari lebih cepat dari Woo Jin.
Saat berlari, Chang Seon sempat menabrak sepasang kekasih yang baru keluar dari toko sepatu, hingga membuat sepasang sepatu yang mereka beli jatuh. Si pria menunduk untuk mengambil sepatunya. Eun Bi yang saat itu sedang terburu-buru langsung melompati si pria. (Woah...Eun Bi keren...^^).
Eun Bi kembali berlari, namun ia mendadak berhenti dan tersenyum. Eun Bi berbalik untuk mengambil sepatu, setelah itu Eun Bi menghampiri pria pemilik sepatu. Awalnya pria pemilik sepatu mengira Eun Bi akan mengembalikan sepatu miliknya, tapi yang terjadi Eun Bi malah mengambil sepatu yang ada di tangan pria itu. Sepasang kekasih itu hanya bisa menatap bingung melihat Eun Bi yang pergi membawa sepatu mereka.
Ternyata sepasang sepatu itu Eun Bi berikan pada Woo Jin yang berlari tanpa memakai alas kaki.
Chang Seon menyebarang jalan dan menabrak seseorang yang membawa banyak kotak berisi barang dagangan. Tabrakan itu membuat barang dagangan terhambur di jalanan. Chang Seon terjatuh. Saat hendak berdiri ia meraba saku celananya dan menyadari kalau ponselnya juga ikut terjatuh.
Chang Seon berusaha mencari ponselnya yang tercampur dengan ponsel-ponsel lain milik pedagang. Rupanya Chang Seon menabrak pedagang ponsel. Belum berhasil Chang Seon menemukan ponselnya, ia malah melihat Eun Bi yang hampir dekat dengannya. Tanpa pikir dua kali, Chang Seon langsung lari.
Eun Bi yang melihat banyak ponsel di hadapannya langsung tergiur. Ia berhenti untuk memilih ponsel yang ada di hadapannya. Eun Bi mengambil ponsel yang saat itu berbunyi, tidak salah lagi, ponsel yang Eun Bi ambil pasti milik Chang Seon. Tapi Eun Bi tidak mengetahui hal itu, ia bersorak girang karena mendapatkan ponsel baru.
Woo Jin mengucapkan terima kasih karena Eun Bi sudah banyak membantunya. Ia juga menyuruh Eun Bi untuk segera menghubungi kabag Han. Setelah itu, Woo Jin kembali lari mengajar Chang Seon.
Eun Bi menelpon kabag Han dengan menggunakan ponsel yang baru saja dia dapat. Dalam sekejap kabag Han dapat menemukan lokasi mereka. Kabag Han menatap layar monitor di depannya, alat pelacak menunjukan di Stadion Mado-lah, Eun Bi dan Woo Jin kini berada. Kabag Han menelpon polisi dan minta mereka untuk segera mengirim pasukan ke Stasiun Mado.
Eun Bi yang saat itu masih terhubung dangan kabag Han merasa bingung, bagaimana kabag Han tahu, padahal ia belum ia memberitahu di mana lokasi dirinya dan Woo Jin berada saat ini. Kabag Han menjawab Eun Bi tidak perlu tahu, ia balik tanya di mana Woo Jin. Apa dia baik-baik saja?. Eun Bi yang menyadari sesuatu tidak menjawab pertanyaan Kabag Han. Sehingga membuat kabag Han cemas.
Woo Jin terus mengejar Chang Seon yang berlari ke stasiun kereta api bawah tanah. Eun Bi berusaha lari sekencang-kencangnya menyusul mereka. Saking terburu-burunya, Eun Bi sampai menabrak pengendara sepeda. Tanpa memperdulikan rasa sakitnya, Eun Bi bangkit dan terus mengejar Woo Jin.
Chang Seon yang kini berada di jembatan layang merasa tersudut. Jauh di hadapannya ada pasukan polisi yang berlari ke arahnya, sementara di belakang ada Woo Jin yang hanya berjarak beberapa meter darinya. Sementara Eun Bi yang sudah berada di bawah jembatan, di larang polisi untuk naik, karena bagi mereka Eun Bi masih anak kecil..hehe..
Chang Seon yang menghadap Woo Jin mengepalkan tinjunya. Woo Jin juga melakukan hal yang sama. Woo Jin lebih dulu menyerang, tapi Chang Seon berhasil menghindar dan tersenyum menatap Woo Jin, membuat yang di pandang merasa heran sekaligus kesal.
Woo Jin kembali melayangkan tinjunya dan kali ini berhasil mengenai wajah Chang Seon. Woo Jin memukul lagi dan lagi hingga Chang Seon tersudut. Anehnya, Chang Seon terlihat seperti tidak mempunyai niat untuk membalas pukulan Woo Jin.
"Apa yang sebenarnya kau lakukan?", tanya Woo Jin.
Chang Seon tersenyum senang, "Untung saja aku masih sempat menyapamu".
Dengan pelan Chang Seon mendorong Woo Jin menjauh dan berkata, "Keluargaku....jaga mereka baik-baik". Woo Jin diam dengan wajah bingung, karena ia merasa tidak mengenal Chang Seon, apalagi keluarganya.
Chang Seon melompat turun, tapi Woo Jin masih sempat memegangi Chang Seon dengan kedua tangannya. Eun Bi yang melihat dari bawah merasa sangat khawatir. Woo Jin meminta Chang Seon memegang tangannya dengan erat.
Namun, Chang Seon berkeinginan lain, "Jaksa Cha, lepaskan aku. Jika kau terus begini, kau juga akan kehilangan nyawamu".
Woo Jin mengeratkan pegangannya dan minta pada Chang Seon untuk berhenti bicara (anehnya, kenapa semua polisi yang ada di sana kok malah diam aja jadi penonton).
Chang Seon melihat sebuah truk yang melaju dibawahnya. Sebelum melepaskan pegangannya pada Woo Jin, Chang Seon mengucapkan kalimat terakhirnya, "Jaksa Cha, aku mencintaimu".
Woo Jin yang tak mengerti artinya menganggap Chang Seon gila. Sedetik kemudian, Chang Seon menarik tangannya. Woo Jin syok melihat tubuh Chang Seon yang terhempas kebawah dan menabrak truk yang melaju dengan kencang. Semua terjadi begitu cepat. Chang Seon tewas seketika itu juga.
Wajah Woo Jin berubah serius. Direktur Choi tanya apa yang harus ia lalukan. Woo Jin berkata bukankah Divisi penyidik internal selalu mengawasi dan menangkap orang di saat yang tepat. Woo Jin tak peduli bagaimana caranya. Begitu penjahat itu di selediki secara resm, dia pasti akan langsung bersembunyi.
Direktur Choi tanya apa sampai akhir nanti, Woo Jin tetap akan menjadikan dirinya sendiri sebagai umpan. Woo Jin menjawab selama ia masih bisa bernapas, penjahat itu tidak akan pernah berhenti bermain.
Woo Jin lalu tanya bagaimana dengan Mi Seon. Direktur Choi telah mengamankan Mi Seon, dia masih hidup dan dalam pengawasan. Hanya saja dia belum sadar. Woo Jin berkata dokter yang mengoperasi anak Mi Seon masih hidup, apa direktur Choi tahu siapa dokter itu. Direktur Choi menjawab saat ini penyidik Go pergi untuk mencarinya. Semalam kabag Han juga ikut mencari dokter itu. Direktur Chooi mengatakan Woo Jin sungguh beruntung memiliki anak buah yang baik.
Penyidik Go telah menemukan keberadaan dokter yang tidak bertanggung jawab itu. Meski sekarang dia sedang berhadapan dengan penyidik Go, tapi dokter itu sama sekali tidak menunjukan rasa penyesalan. Dokter mengaku kalau memang dirinya lah yang mengoperasi anak Han Mi Seon, tapi apa yang terjadi pada Mi Seon saat ini tidak ada hubungan dengannya sama sekali. Dengan sombongnya dia malah menyuruh penyidik Go untuk pergi.
Penyidik Go kesal, sebenarnya ia juga langsung ingin pergi dari sini dan membiarkan dokter itu mati begitu saja. Dokter yang terkejut mendengar itu bertanya apa maksud perkataan penyidik Go barusan. Penyidik Go mengatakan bahwa sekarang ini ada seseorang yang sedang mengawasi dokter.
"Seseorang yang ingin membunuhmu. Semua orang yang terlibat dalam masalah ini sudah mati. Tinggal kau seorang yang masih hidup. Kau mengerti maksudku, kan?".
Dokter itu terlihat takut. Penyidik Go berkata diantara orang-orang yang sudah mati itu, ada yang memiliki 300 orang pengawal, tapi dia tetap saja mati. Dokter berusaha menyangkal, saat mengoperasi anak Mi Seon, ia sama sekali tidak minum alkohol. Dokter berkata karena penyidik Go dari kejaksaan, seharusnya penyidik Go bisa melihatnya dengan lebih jelas, "Saat itu aku jelas-jelas dinyatakan tidak bersalah".
Penyidik Go mengangguk, tapi ia sama sekali tidak percaya dengan pernyataan yang tidak masuk akal. Penyidik Go bangkit dari tempat duduknya dan melangkah pergi. Kemudian ia berbalik dan berpesan, "Cari 500 pengawal untuk menjagamu. Aku pergi".
Penyidik Go keluar dari rumah sakit, tapi tidak sendiri melainkan bersama sang dokter. Rupanya dokter ini benar-benar takut akan menjadi korban selanjutnya. Penyidik Go menjalankan mobil meninggalkan rumah sakit, tanpa dia sadari ada seseorang yang mengikuti mobilnya di belakang. Orang itu adalah Yoo Chang Seon, mantan narapidana yang baru keluar hari ini.
Taski yang di kendarai Chang Seon terus mengikuti kemana mobil penyidik Go pergi. Penyidik Go melihat dari kaca spion, merasa curiga dengan taksi yang terus mengekor di belakang. Penyidik Go berbelok ke arah kiri, dan taksi itu tetap mengikuti. Ia sadar tengah di ikuti.
Chang Seon menerima sms, entah apa isi sms itu tapi yang jelas setelah membacanya, ia pun menancap gas lebih dalam untuk mempercepat laju mobil dan menghadang mobil penyidik Go. Saat itu hujan turun, dengan wajah bengisnya Chang Seon turun dari mobil dan langsung menuju ke tempat dokter berada.
Karena pintu terkunci, Chang Seon mengedor-ngedor kaca dengan beringas. Penyidik Go turun dari mobil dan berpesan agar dokter jangan membuka pintu. Tapi ternyata tenaga Chang Seon sangat kuat, ia berhasil memecahkan kaca mobil hanya dengan beberapa hantaman saja. Dengan cepat Chang Seon menusukan pisau yang ia pegang ke arah dokter. Dokter berhasil menghidar dan pisaunya mengenai jok mobil.
Chang Seon tidak putus asa, dia berusaha membuka pintu mobil. Tepat saat itu dokter lansung menendang pintu mobil yang membuat Chang Seon terpental kebelakang. Saat Chang Seon kembali ingin menyerang dokter, saat itulah penyidik Go datang menghalangi.
Jadinya Chang Seon malah berbalik menyerang penyidik Go. Kesempatan ini digunakan dokter untuk lari menyelamatkan diri. Terjadi perkelahian yang sengit antara penyidik Go dan Chang Seon. Sampai akhirnya Chang Seon menusuk perut penyidik Go. Penyidik Go dapat melihat dengan jelas wajah Chang Seon.
Tanpa ekspersi Chang Seon meninggalkan penyidik Go yang tergeletak kesakitan di atas aspal. Chang Seon kembali ke mobil dan tidak mendapati dokter disana. Tapi Chan Seong malah tersenyum. Ia melihat kesekeliling dan mengirim pesan menanyakan keberadaan dokter. Seketika itu juga ponsel dokter berbunyi.
Dengan sisa-sisa tenaganya, penyidik Go berusaha bangkit dan menghubungi seseorang.
Dokter yang saat ini bersembunyi di balik mesin genset merasakan ketakutan luar biasa. Meski begitu, ia masih sempat membuka pesan yang masuk ke ponselnya, "Dimana?. Kau bersembunyi dimana?".
Dokter teriak ketakutan ketika melihat Chang Seon yang tiba-tiba saja sudah berada di atas mesin genset. Dokter berusaha lari, tapi dengan cepat Chang Seon menangkapnya lalu menyeretnya tanpa ampun menyebrangi zebra cross dan membunuhnya disana.
Woo Jin berjalan ke ruangan Mi Seon sembari menekan penannya. Di luar ada polisi yang berjaga, polisi itu mengenali Woo Jin dan membiarkannya untuk masuk. Woo Jin duduk di samping Mi Seon yang saat itu sedang tidur. Seluruh badannya di ikat, untuk mencegah Mi Seon bertindak nekat.
"Aku minta maaf. Dunia ini terlihat seperti ini", ucap Woo Jin lirih.
Tapi rupanya Mi Seon tidak tidur, ia membuka mata dan membalas perkataan Woo Jin, "Hanya dengan balas dendam dunia ini akan menjadi indah. Jadi keadilan tidak akan pernah menjadi seperti sungai yang kering".
Mi Seon meneteskan air mata. Woo Jin terkejut sekaligus sedih atas ucapan Mi Seon. (Miris memang, terkadang keadilan tidak berpihak ke pada rakyat kecil).
Woo Jin keluar dari ruang rawat Mi Seon sembari memegangi kepalanya yang sakit. Ia berpapasan dengan Chang Seon yang berjalan menuju keruangan Mi Seon. Tentu saja Woo Jin tidak mengenali Chang Seon. Dari ujung lorong terlihat Eun Bi yang berlari menghampiri Woo Jin dengan cemas.
"Yeonggam, kau kemana saja. Handphonemu terus berdering. Cepat telpon balik", Eun Bi menyerahkan ponsel Woo Jin yang dia bawa.
Eun Bi juga memberitahu tentang penyidik Go yang ditusuk seseorang. Eun Bi takut, apa penyidik Go akan mati. Eun Bi mengajak Woo Jin untuk segera melihat keadaan penyidik Go.
Woo Jin terkejut dan bertanya seberapa parah luka tusuk penyidik Go. Saat Woo Jin akan menghubungi seseorang, saat itulah mereka mendengar suara jeritan yang berasal dari ruang rawat Mi Seon. Disusul seorang perawat wanita yang berlari ketakutan. Petugas polisi yang berjaga di luar sudah tergelatak tak berdaya.
Woo Jin segera berlari menuju ruang Mi Seon dan melihat wanita itu yang sudah tidak bernyawa lagi. Mi Seon meninggal akibat luka tusuk di badannya. Darah segar yang keluar dari tubuhnya membanjiri tempat tidur.
Woo Jin melihat salah satu jendela yang terbuka, mengira si pembunuh pergi dengan melompat dari jendela. Padahal sebenarnya Chang Seon masih bersembunyi di dalam ruangan. Saat Woo Jin berjalan menuju jendela, saat itulah Chang Seon keluar dari persembunyian dan hendak menusuk Woo Jin.
Tepat saat itu Eun Bi masuk, dengan gerakan cepat Eun Bi mengambil pisau Seon ke dan menusuk kaki pria itu. Chang Seon terkejut dan sangat marah. Ia balik menyerang Eun Bi. Secara refleks Eun Bi menghindari serangan Chang Seon.
Woo Jin menendang Chang Seon. Eun Bi berlari berlindung di belakang Woo Jin. Woo Jin memasang kuda-kuda siap menyerang Chang Seon. Tapi Chang Seon malah tersenyum dan menyapa Woo Jin, "Lama tak jumpa, jaksa Cha".
Woo Jin heran karena tidak mengenali Chang Seon, "Kau siapa?. Kau mengenalku?". Chang Seon tidak menjawab, ia melompat ke jendela.
Tanpa memperdulikan rasa sakitnya, Woo Jin berlari mengejar Chang Seon. Eun Bi juga ikut lari. Chang Seon tidak bisa berlari dengan kencang karena saat itu salah satu kakinya sakit.
Woo Jin menyuruh Eun Bi untuk kembali karena ini berbahaya. Eun Bi tidak mau, "Berbahaya apanya?. Kau juga manusia, ahjushi". Bahkan Eun Bi berlari lebih cepat dari Woo Jin.
Saat berlari, Chang Seon sempat menabrak sepasang kekasih yang baru keluar dari toko sepatu, hingga membuat sepasang sepatu yang mereka beli jatuh. Si pria menunduk untuk mengambil sepatunya. Eun Bi yang saat itu sedang terburu-buru langsung melompati si pria. (Woah...Eun Bi keren...^^).
Eun Bi kembali berlari, namun ia mendadak berhenti dan tersenyum. Eun Bi berbalik untuk mengambil sepatu, setelah itu Eun Bi menghampiri pria pemilik sepatu. Awalnya pria pemilik sepatu mengira Eun Bi akan mengembalikan sepatu miliknya, tapi yang terjadi Eun Bi malah mengambil sepatu yang ada di tangan pria itu. Sepasang kekasih itu hanya bisa menatap bingung melihat Eun Bi yang pergi membawa sepatu mereka.
Ternyata sepasang sepatu itu Eun Bi berikan pada Woo Jin yang berlari tanpa memakai alas kaki.
Chang Seon menyebarang jalan dan menabrak seseorang yang membawa banyak kotak berisi barang dagangan. Tabrakan itu membuat barang dagangan terhambur di jalanan. Chang Seon terjatuh. Saat hendak berdiri ia meraba saku celananya dan menyadari kalau ponselnya juga ikut terjatuh.
Chang Seon berusaha mencari ponselnya yang tercampur dengan ponsel-ponsel lain milik pedagang. Rupanya Chang Seon menabrak pedagang ponsel. Belum berhasil Chang Seon menemukan ponselnya, ia malah melihat Eun Bi yang hampir dekat dengannya. Tanpa pikir dua kali, Chang Seon langsung lari.
Eun Bi yang melihat banyak ponsel di hadapannya langsung tergiur. Ia berhenti untuk memilih ponsel yang ada di hadapannya. Eun Bi mengambil ponsel yang saat itu berbunyi, tidak salah lagi, ponsel yang Eun Bi ambil pasti milik Chang Seon. Tapi Eun Bi tidak mengetahui hal itu, ia bersorak girang karena mendapatkan ponsel baru.
Woo Jin mengucapkan terima kasih karena Eun Bi sudah banyak membantunya. Ia juga menyuruh Eun Bi untuk segera menghubungi kabag Han. Setelah itu, Woo Jin kembali lari mengajar Chang Seon.
Eun Bi menelpon kabag Han dengan menggunakan ponsel yang baru saja dia dapat. Dalam sekejap kabag Han dapat menemukan lokasi mereka. Kabag Han menatap layar monitor di depannya, alat pelacak menunjukan di Stadion Mado-lah, Eun Bi dan Woo Jin kini berada. Kabag Han menelpon polisi dan minta mereka untuk segera mengirim pasukan ke Stasiun Mado.
Woo Jin terus mengejar Chang Seon yang berlari ke stasiun kereta api bawah tanah. Eun Bi berusaha lari sekencang-kencangnya menyusul mereka. Saking terburu-burunya, Eun Bi sampai menabrak pengendara sepeda. Tanpa memperdulikan rasa sakitnya, Eun Bi bangkit dan terus mengejar Woo Jin.
Chang Seon yang kini berada di jembatan layang merasa tersudut. Jauh di hadapannya ada pasukan polisi yang berlari ke arahnya, sementara di belakang ada Woo Jin yang hanya berjarak beberapa meter darinya. Sementara Eun Bi yang sudah berada di bawah jembatan, di larang polisi untuk naik, karena bagi mereka Eun Bi masih anak kecil..hehe..
Chang Seon yang menghadap Woo Jin mengepalkan tinjunya. Woo Jin juga melakukan hal yang sama. Woo Jin lebih dulu menyerang, tapi Chang Seon berhasil menghindar dan tersenyum menatap Woo Jin, membuat yang di pandang merasa heran sekaligus kesal.
Woo Jin kembali melayangkan tinjunya dan kali ini berhasil mengenai wajah Chang Seon. Woo Jin memukul lagi dan lagi hingga Chang Seon tersudut. Anehnya, Chang Seon terlihat seperti tidak mempunyai niat untuk membalas pukulan Woo Jin.
"Apa yang sebenarnya kau lakukan?", tanya Woo Jin.
Chang Seon tersenyum senang, "Untung saja aku masih sempat menyapamu".
Dengan pelan Chang Seon mendorong Woo Jin menjauh dan berkata, "Keluargaku....jaga mereka baik-baik". Woo Jin diam dengan wajah bingung, karena ia merasa tidak mengenal Chang Seon, apalagi keluarganya.
Chang Seon melompat turun, tapi Woo Jin masih sempat memegangi Chang Seon dengan kedua tangannya. Eun Bi yang melihat dari bawah merasa sangat khawatir. Woo Jin meminta Chang Seon memegang tangannya dengan erat.
Namun, Chang Seon berkeinginan lain, "Jaksa Cha, lepaskan aku. Jika kau terus begini, kau juga akan kehilangan nyawamu".
Woo Jin mengeratkan pegangannya dan minta pada Chang Seon untuk berhenti bicara (anehnya, kenapa semua polisi yang ada di sana kok malah diam aja jadi penonton).
Chang Seon melihat sebuah truk yang melaju dibawahnya. Sebelum melepaskan pegangannya pada Woo Jin, Chang Seon mengucapkan kalimat terakhirnya, "Jaksa Cha, aku mencintaimu".
Woo Jin yang tak mengerti artinya menganggap Chang Seon gila. Sedetik kemudian, Chang Seon menarik tangannya. Woo Jin syok melihat tubuh Chang Seon yang terhempas kebawah dan menabrak truk yang melaju dengan kencang. Semua terjadi begitu cepat. Chang Seon tewas seketika itu juga.
END
Komentar :
Sampai episode 3 ini masih banyak misteri dan teka-teki yang belum terpecahkan. Siapa dalang di balik semua ini?. Kenapa dalang Mr. X itu selalu menyuruh orang lain untuk bunuh diri, setelah membantu mereka membalaskan dendam. Lalu apa hubungannya dengan Woo Jin?. Apakah dalang semua ini sama dengan kasus Woo Jin 15 tahun lalu?.
Banyak pertanyaan yang muncul di benak saya. Tapi dari situlah daya tarik drama bergenre Thriller dan Mystery seperti ini. Tak hanya sekedar menonton saja, tapi kita juga dibuat berpikir untuk menghubungkan kejadian satu dengan lainnya, yang tentunya berhubungan satu sama lain. Hitung-hitung melatih kerja otak..hehehe..
Tentang balas dendam. Apakah dengan membalas dendam hidup kita akan lebih indah dan damai?. Tentu tidak bukan. Seseorang yang menyimpan dendam di hatinya tidak akan pernah merasakan ketenangan batin. Karena hatinya akan selalu di tumbuhi rasa benci dan amarah. #song, "Jagalah hati, jangan kau nodai. Jagalah hati, lentera hidup ini".
Terima kasih yang sudah berkunjung pada situs ini, sinopsis yang ada pada sinopdrama ini menceritakan secara detail sesuai dengan isi film drama tersebut. Jika ada kesalahan pada penulisan atau link error segera beritahu kami melalui komentar!
Selamat membaca!!!
0 Response to "Sinopsis Reset Episode 3 Part 2"
Posting Komentar