Sinopsis Reset Episode 7 Part 2

Keesokan harinya Woo Jin dan Myeong Soo bertingkah seolah tidak terjadi apapun. Bahkan Myeong Soo berpura-pura membangunkan Dong Cheol  yang saat itu masih terbaring. Mata Dong Cheol bergerak-gerak ke kanan dan kekiri saat Myeong Soo membuka selimut yang menutupi wajah pria itu. Chang Gyu menyuruh Dong Cheol untuk bangun tapi tubuh Dong Cheol tidak bisa bergerak. Tubuhnya kaku seperti papan.




Tak lama kemudian petugas penjara memindahkan Dong Cheol ke klinik. Chang Gyu yang paling heran dan tidak habis pikir, Dong Cheol masih muda tapi kenapa badannya tiba-tiba bisa kaku seperti itu. Hanya matanya yang berkedip-kedip. Myeong Soo berkata meskipun jarang terjadi, tapi hal itu bisa saja terjadi pada seseorang yang berusia 20-30 tahun. 

Chang Gyu percaya saja pada apa yang di jelaskan Myeong Soo. Setelah menjelaskan hal itu, Myeong Soo menoleh pada Woo Jin seraya mengedipkan mata. Jae Yeong yang mengetahui apa yang terjadi semalam menatap Woo Jin dengan penuh kebencian. 
Hari ini para narapidana mendapatkan kesempatan menelpon anggota keluarga mereka. Seluruh tahanan di giring menuju ke tempat telepon umum berada.  Lee Tae Woon yang merasa penasaran pada Woo Jin berusaha mendekati dan dimarahi oleh sipir penjara karena Tae Woon menyerobot barisan.
Woo Jin tahu kalau Tae Woon berusaha mendekatinya, saat sipir sedang memerahi Tae Woon, kesempatan ini di gunakan Woo Jin untuk keluar dari barisan dan bersembunyi di balik tembok. Saat kumpulan napi jalan cukup jauh darinya barulah Woo Jin kembali ke barisan belakang. Sementara Tae Woon berada di barisan depan. 
Lee Tae Woon mendapat informasi dari sesama napi. Dari napi tersebut, Tae Woon mendapat informasi kalau di rutan CheongJu tidak ada yang bernama Jeong Sang. Setelah menerima informasi itu Tae Woon langsung menuju telepon umum.
Anak buah presdir Kim menerima telepon dari seseorang. Ia masuk ke dalam menemui presdir Kim yang saat itu sedang bercukur. Seruan pria itu yang memanggil nama presdir Kim, membuat si tukang cukur kaget hingga membuat dagu presdir Kim berdarah. Presdir Kim jelas kesal.

Anak buah presdir Kim memberitahu Lee Tae Woon dari rutan Seobu ingin bicara dengan presdir Kim. Presdir Kim semula tidak ingin bicara dengan Tae Woon tapi setelah mendengar nama Woo Jin, barulah ia mau menerima telpon tersebut. 
Akhirnya presdir Kim mengetahui Woo Jin yang ia cari berada di rutan rutan Seobu. Tapi ia tidak langsung percaya begitu saja. Sebelum bertindak ia menyuruh Tae Woon untuk terus mengawasi dan mengamati perkembangan disana. Sembari mengancam jika informasi yang Tae Woon katakan tidak benar, maka harus menanggung resikonya. 

Usai bicara di telepon presdir Kim menyuruh anak buahnya untuk menghubungi pengacara Kim agar pengacara Kim bisa segera memeriksa di kejaksaan. Ia yakin pasti Woo Jin di bantu seseorang hingga bisa masuk ke rutan itu. Ia juga menyuruh anak buahnya untuk menyelidiki dan mencari tahu tujuan Woo Jin sebenarnya masuk ke rutan itu. 

Sipir penjara memberi obat pada narapidana dengan nomor 264 (sipir biasa memanggil para narapidana dengan nomor di baju mereka). Itu adalah obat rutin yang harus di minum. Setelah meneguk air yang di berikan padanya, napi No. 264 menjulurkan lidahnya tanda ia telah menelan obat tersebut. Sipir pergi setelah memastikan napi No. 264 meminum obatnya. 

Tapi itu hanya trik yang di gunakan napi No. 264 untuk mengelabui sipir. Ia tidak benar-benar menelan obat itu. Karena begitu sipir pergi, ia mengeluarkan obat itu dari dalam mulutnya. Dan ternyata apa yang di mimunnya tadi bukanlah obat, melainkan sebuah pesan kecil yang di masukan ke dalam kapsul obat. 

Mata napi No. 264 melebar terkejut dan tubuhnya bergetar saat membaca pesan itu. Pesan yang menyampaikan kabar tentang dokter Young Jae yang lebih memilih bunuh diri dari pada tertangkap oleh anak buah presdir Kim. Usai membaca napi No. 264 langsung mengunyah pesan tersebut. Ia terlihat sangat marah karena Young Jae harus menjadi korban.

Woo Jin berjalan menuju tempat pemotongan kayu, di belakangnya ada napi No. 264 yang mengikuti. Napi tersebut langsung berbalik arah begitu melihat Chang Gyu menghampiri Woo Jin. Chang Gyu menepuk bahu Woo Jin dan menyuruhnya masuk ke ruang pemotongan kayu.

Begitu Woo Jin masuk keruangan itu, Jae Yeong langsung menutup pintunya rapat-rapat. Wajah Jae Yeong yang biasanya kalem terlihat garang saat melihat Woo Jin. Terlihat lebih menakutkan lagi karena terdapat percikan darah di wajahnya. Woo Jin yang takut berusaha untuk menghindar.
Namun, ia terjatuh karena kakinya menyandung sesuatu. Kaki Woo Jin menyandung tubuh  Myeong Soo yang tergeletak di lantai dengan wajah penuh darah. Tidak bergerak entah masih hidup atau sudah meninggal.  
Jae Yeong yang sudah kalap langsung memukul Woo Jin dengan balok kayu yang ia pegang. Lalu menyeret Woo Jin ke hadapan Chang Gyu. Dengan santainya Chang Gyu bertanya, "Kau mau kemana?. Kami juga tahanan penjara, jaksa Cha".
"Bungsu....kenapa kau membenci jaksa ini?", tanya Chang Gyu pada Jae Yeong. 

"Mereka sama seperti ular", jawab Jae Yeong penuh kebencian, "Mereka bilang mengerti dan mempercayaimu, tapi di saat kritis mereka membuangmu begitu saja. Jaksa ini juga sama, hanya memamfaatkan orang!. Apa kau sebegitu hebatnya, sebersih itu kah, kau!". 

Woo Jin berteriak kesakitan karena Jae Yeong kembali memukulinya berkali-kali. Diantara rasa sakitnya, Woo Jin berusaha meluluhkan hati Jae Yeong dan berkata kalau ini hanya salah paham. Ia menganggap Jae Yeong berbeda dengan penjahat lainnya yang melakukan pembunuhan, "Kau orang baik, kau masih punya kesempatan. Aku akan membuktikannya. Aku akan membuktikan kalau kau tidak bersalah". 

Tapi kata-kata itu tidak mampu meredam amarah Jae Yeong, ia terus memukul Woo Jin sembari menyuruh Woo Jin untuk berlutut dan memohon maaf padanya. Tapi Jae Yeong tahu seorang jaksa seperti Woo Jin tidak akan tahu bagaimana caranya berlutut dan memohon maaf. 

Chang Gyu hanya menyaksikan itu dengan senyum samar di wajahnya. Ia menyerahkan segalanya pada Jae Yeong dan akan mengikuti kemauan Jae Yeong. Sebelum itu ia menyuruh Woo Jin untuk menyampaikan pesan terakhirnya sebelum di adili.  

Jae Yeong yang sudah kesetanan menyambut itu dengan suka cita. Layaknya seorang hakim, ia menjatuhkan vonis, "Terdakwa.. Cha Woo Jin....Hukuman mati. Aku memvonis hukuman mati".
Woo Jin merangkak berpindah dari tempatnya, tapi langkahnya terhenti saat melihat palu besi berukuran besar di depan matanya. Chang Gyu mengetuk-ngetukan kan palu itu ke lantai beberapa, "Vonis hukuman mati". 

Sebelum benar-benar mengayunkan palunya, Chang Gyu bertanya sebenarnya apa alasan Woo Jin masuk kerutan ini. Seorang jaksa seperti Woo Jin pasti mempunyai alasan hingga nekat masuk ke rutan ini. Apa itu untuk penyeldiikan.

Di luar ada seseorang yang menyalakan breker alarms. Bunyi itu sedikit mengacaukan perhatian Chang Gyu yang ingin memukul Woo Jin. Chang Gyu tahu pasti Woo Jin berharap ada seseorang yang datang menyelamatkannya. Meski tak banyak waktu tapi ia punya cara lain untuk menghakimi Woo Jin. 
Chang Gyu dan Jae Yeong membawa Woo Jin ke mesin pemotong kayu. Pisau mesin telah di nyalakan dan mereka mendorong kepala Woo Jin mendekati benda tajam itu. Bayangkan apa yang terjadi jika pisau tajam itu benar-benar menyentuh leher Woo Jin. 

Posisi kepala Woo Jin dengan mesin pemotong hanya berjarak beberapa centi. Beruntung sipir muda masuk dan memergoki mereka yang ingin mencelakai Woo Jin, "Apa yang kalian lakukan?", bentaknya marah.

Yang terlihat kemudian, Chang Gyu dan Jae Yeong di giring keluar gudang dengan tangan terborgol. Sementara Myeong Soo yang ternyata masih hidup di papah menuju ruang perawatan mengikuti Woo Jin di belakang. 

Lalu siapa kira-kira yang menyalakan breker alarm tersebut?. Dia adalah napi No. 264 yang selama ini memang selalu mengawasi gerak-gerik Woo Jin semenjak Woo Jin masuk ke rutan ini. 
Sipir muda yang berwajah jutek itu menuntut penjelasan pada Woo Jin. Ia tak percaya saat Woo Jin berkata tidak ingat kejadian di gudang tadi. Ia menunjuk Myeong Soo yang tidur di ranjang.
"Yang satu di pukul sampai berdarah dan terbaring disana, dan mengaku tidak ingat apa-apa. Sementara yang satunya lagi baru saja lolos dari mesin pemotong, dan juga tidak ingat apa-apa. Kau pikir ini lucu. Kau pikir aku percaya, sialan!".
Sipir jutek mengayunkan pemukulnya seperti ingin memukul Woo Jin. Dokter yang memeriksa mengatakan hal itu bisa saja terjadi karena syok sehingga menganggu ingatan. Sipir tetap tidak percaya dan minta pada dokter untuk tidak membela Woo Jin. Baginya Woo Jin sudah terlihat aneh sejak pertama kali masuk. Sipir baru bisa diam saat dokter meminta untuk tenang, karena ia harus memeriksa Woo Jin. 

Usai di periksa, Woo Jin di bawa sipir ke suatu tempat. Setibanya di sana, Woo Jin bertemu dengan direktur Choi yang menemuinya secara diam-diam. Direktur Choi bertanya bagaimana rasanya berada di dalam penjara. 

Kedatangan direktur Choi tak lain ingin meminta Woo Jin untuk menghentikan penyamarannya. Ia telah menggunakan kartunya untuk bisa memasukan Woo Jin ke tempat ini. Karena kejadian di gudang tadi, kartu As yang di gunakan direktur Choi bisa terungkap hari ini.

Woo Jin meminta waktu. 2 hari lagi. Ia tidak bisa keluar dengan tangan kosong seperti ini. Direktur Choi tidak setuju, satu hari pun akan sangat berbahaya bagi Woo Jin. Ia tidak bisa menjamin keselamatan Woo Jin jika terus bersikeras seperti ini, "Jika sesuatu terjadi padamu, bagaimana dengan perjanjian kita?. Buku rekeningnya".
"Buku rekening itu akan lenyap bersama saya selamanya. Buku itu tidak boleh jatuh ke tangan orang jahat?", jawab Woo Jin. 
Direktur Choi bersedia memberi Woo Jin kesempatan terakhir. Gunakan kesempatan itu dengan sebaik mungkin, jika tidak ia tidak bisa lagi melundungi Woo Jin. 

Penyidik Go berada di kedai minum, menikmati soju seorang diri. ia terus terbayang wajah sedih Eun Bi saat perjalanan pulang dari rumah sakit. Penyidik Go menghela napas dalam, merasa bersalah karena telah mengambil foto ayah Eun Bi.  

Tak lama kabag Han datang menemani. Penyidik Go bertanya bagaimana dengan Eun Bi. Kabag Han berkata Eun Bi tertidur karena kelelahan. Keduanya lalu minum bersama. Beberapa saat kemudian, penyidik Go dan kabag Han sudah mulai mabuk. Berbotol-botol soju telah mereka habiskan. 

Kabag Han mengkhawatirkan Woo Jin yang tidak ada kabarnya. Ia juga bisa melihat Eun Bi yang merasa tertekan. Kabag Han mengajukan sebuah pertanyaan dan minta penyidik Go menjawab dengan jujur, "Penyidik Go, apa kau tertarik padaku?".

"Ya", jawab penyidik Go spontan. Sesaat ia tersadar dan terkejut sendiri. 
Penyidik Go jadi salah tingkah dan ingin pulang karena sudah mabuk. Kabag Han tertawa seraya menyuruh penyidik Go duduk kembali, "Aku hanya bercanda. Duduklah". 
Malam itu kabag Han benar-benar mabuk hingga harus di gendong penyidik Go untuk bisa pulang kerumah. Eun Bi heran mereka banyak botol yang mereka minum. Penyidik Go menyuruh Eun Bi untuk bertanya sendiri pada kabag Han, karena ia juga tidak tahu berapa banyak botol soju yang di minum kabag Hang. 
Penyidik Go yang ingin pulang berusaha mengambil jasnya yang saat itu di pakai kabag Han. Tapi kabag Han tidak mau memberikan jaket penyidik Go yang menghangatkan badannya, "Dingin", ucap kabag Han dalam tidurnya.
  
Penyidik Go melangkah pergi. Eun Bi bertanya bagaimana dengan pencarian ayahnya, apa masih belum di temukan?. 

Pertanyaan itu tentu saja mengejutkan penyidik Go, "Belum", jawabnya. Ia meminta maaf karena terlalu sibuk sehingga tidak bisa mencari keberdaan ayah Eun Bi. Penyidik Go buru-buru pergi sebelum Eun Bi bertanya lebih banyak.
Eun Bi menghampiri kabag Han yang sedang tertidur. Secara tak sengaja ia melihat surat yang terselip di saku jas penyidik Go. Sebelum mengambil surat itu, Eun Bi memastikan kalau kabag Han benar-benar tidur. 

Kertas yang dibaca saat ini adalah daftar riwayat mengenai ayahnya. Didalam kertas itu juga terdapat diterangkan bahwa ayah Eun Bi meninggal karena sesak nafas akibat asap. Eun Bi terduduk lemas dan menangis.

Woo Jin berjalan mondar mandir di dalam selnya sembari memegang print out gambar tato di badan Cheon Sang. Ia benar-benar ingin tahu siapa orang yang membuat tato tersebut. Kini Woo Jin di tempatkan di sel terpisah.
Sementara itu Dong Cheol yang telah sembuh dari penyakitnya dibawa kembali ke dalam sel. Apa yang akan Dong Cheol lakukan pada Woo Jin?. 
Penyidik Go dan kabag Han berada di kantor dan sedang serius menatap layar monitor. Kabag Han memberitahu mantannya mengirimkan informasi dari handphone Yoo Chang Seon yang di duplikat. Penyidik Go melihat itu seperti bentuk peta. Kabag Han berpikir begitu. 

Penyidik Go penasaran itu peta di lokasi mana. Kabag Han mengatakan jika mereka berhasil menemukan lokasi dari peta itu, pasti mereka bisa menyelidiki sesuatu. Kabag Han dan penyidik Go terkejut saat Dong Soo masuk keruangan mereka. Dong Soo mengajak penyidik itu untuk bicara berdua saja.

Dong Soo dan penyidik Go bicara empat mata. Dong Soo ingin tahu apa yang terjadi 7 tahun lalu, dan apakah penyidik Go tahu sesuatu tentang hal itu. Penyidik Go mengaku tidak mengetahui apapun.  

Penyidik Go pamit pergi karena ada janji lain. Dong Soo berkata jika kebetulan Penyidik Go bertemu dengan Woo Jin tolong sampaikan pesan ini.
"Jika Woo Jin punya kesepakatan dengan presdir Kim, suruh dia berhenti segera. Presdir Kim lebih mengerikan dari gosip yang beredar. Meskipun Woo Jin juga bukan orang biasa, tapi presdir Kim bukanlah seseorang yang bisa Woo  Jin kalahkan. Ini adalah pesan terakhirku sebagai rekan kerja". 

Saat kabag Han sedang bekerja, Eun Bi mengemasi barangnya seperti akan pergi. Eun Bi hendak memasukan baju tidur yang di berikan kabag Han lalu teringat semua yang pernah ia lalui dirumah ini. Eun Bi ingat semua kebaikan dan perhatian kabag Han dan penyidik Go padanya.
Tapi kemarahan dihati Eun Bi memudarkan semua kebaikan yang pernah ia dapatkan. Ia menganggap sebagai kebaikan itu hanyalah sebuah kebohongan dan kepalsuan. Eun Bi melemparkan baju tidur kabag Han lalu pergi.
Eun Bi pergi ke rumah Woo Jin untuk mengambil pematik dan pisau lipat miliknya. Diatas meja ia menemukan kartu nama Yoon Hee. 
Dari informasi napi bernomor 2010, akhirnya Woo Jin mengetahui orang yang membuat tato di badan Cheon Sang adalah narapidana yang di vonis hukuman mati. Saat sipir lewat napi bernomor 2010 itu langsung merebut kertas print out dari tangan Woo Jin. 

Di lain tempat, tanpa sepengetahuan Woo Jin. Napi No. 2010 secara diam-diam sembil berjalan memberikan print out yang dia pegang ke Tae Woon. Hal itu membuat Tae Woon tahu siapa orang yang Woo Jin cari di rutan ini.  

Woo Jin masih berada di tempatnya dan sedang mengingat kembali apa yang tadi di katakan napi No. 2010. Napi itu mengatakan pria yang dicari Woo Jin bernama adalah pembunuh sadis yang di vonis hukuman mati dan telah mendekam 3 tahun di penjara. Sangat sulit untuk bisa mendekati terpidana mati, "Kau harus sabar menunggu. Butuh waktu yang lama untuk bisa mendekatinya". 
Woo Jin merasakan ada seseorang yang datang. Saat ia menoleh munculah Dong Cheol yang tanpa peringatan langsung menusuk perutnya dengan pisau. Woo Jin jelas kesakitan tapi ia masih bisa berlari menyelamatkan diri sebelum Dong Cheol benar-benar membunuhnya.  

Dong Cheol mengejar Woo Jin yang berlari tertatih memegangi perutnya yang sakit. Sungguh aneh tidak ada sipir yang berjaga di luar penjara. Saat Woo Jin sibuk mencari tempat bersembunyi, tiba-tiba muncul tangan seseorang yang membiusnya dan menyembunyikan Woo Jin.

Dong Cheol kebingungan karena tidak menemukan Woo Jin dimanapun. Orang yang tadi membius Woo Jin, muncul kembali dari belakang dan memelintir tulang leher Dong Cheol. Lalu menyeret Dong Cheol menjauh dari sana.
Keduanya di temukan di klinik penjara dalam keadaan tidak sadarkan diri. Dokter klinik berkata pada sipir yang bertugas kalau ia yang menemukan Woo Jin dan Dong Cheol tidak sadarkan diri di koridor penjara. 

"Aku ingin mengobservasi mereka semalaman. Kondisi mental mereka sedang tidak baik. Siapa yang tahu akan terjadi sesuatu malam ini". 

Sipir semula keberatan karena peraturannya kedua napi itu harus di kawal. Tapi akhirnya ia mengerti dan akan melaporkan pada atasan tentang kondisi mereka berdua. 

Setelah sipir pergi, dokter klinik menempelkan kapas beraroma ke hidung Woo Jin. Aroma itu berhasil membangunkan Woo Jin. Perlahan Woo Jin membuka matanya.

"Kau sudah bangun, Cha Woo Jin", ucap dokter mengetahui jati diri Woo Jin yang sebenarnya.
Dokter ini sebenarnya sudah tahu siapa yang Woo Jin cari dan sengaja membantu Woo Jin agar tidak terlibat masalah dengan sipir jutek tempo hari. 
"Kau orangnya?", tanya Woo Jin.
Dokter menggeleng dan berkata Woo Jin akan segera bertemu dengan orang itu.  

Malam harinya, dokter membawa Woo Jin menyelinap keluar dari penjara utama. Mereka berjalan sembari menghindari soratan lampu perjara yang memantau keadaan. 

Di luar dugaan, sipir penjara yang tadi siang bicara dengan dokter adalah orang bayaran presdir Kim. Malam itu juga, dia bertemu dengan anak buah presdir Kim dan memberikan amplop berisi informasi. Sebagai imbalannya, sipir bernama Ho Dong Hoon ini menerima amplop tebal berisi uang jasa. Dong Hoon langsung pergi setelah mendapatkan apa yang dia inginkan. 

Anak buah presdir Kim menyerahkan amplop itu pada presdir Kim yang duduk di kursi belakang. Presdir Kim membuka amplop itu yang berisi informasi tentang narapidana bernama Kang Yoon Seong. Terpidana hukuman mati. Presdir Kim terkejut ketika anak buahnya berkata kalau Woo Jin sedang mencari orang ini.

Setelah bermain kucing-kucingan dengan sipir yang sedang ronda, Woo Jin dan dokter akhirnya tiba di ruang penjara lain. Penjara itu sudah lama tidak di pakai terbukti dari sarang laba-laba yang menghiasi langit-langit dan dinding penjara. 

"Tempat apa ini?", tanya Woo Jin

"Tempat eskekusi bawah tanah", jawab dokter, "Di sinilah tempat sebenarnya eksekusi terpidana mati. Hampir 20 tahun tidak ada eksekusi disini.Semua orang pasti sudah lupa dengan tempat ini".

Woo Jin tampak terpengaruh. Terlebih lagi saat dokter bilang akan ada eksekusi hari ini. Woo Jin yang merasa ada sesuatu yang tidak beres menoleh ke samping. Wajahnya langsung menegang saat itu juga. 

Presdir Kim berada di luar rutan Seubo. Ia tak percaya bagaimana mungkin Kang Yeong Seong bisa berada di dalam sana. 

Seseorang berjalan dalam gelap mendekati Woo Jin. Wajah Woo Jin tampak terkejut sekaligus tegang ketika melihat wajah seseorang di depannya. Saking terkejutnya sampai termundur kebelakang. Orang yang Woo Jin lihat adalah Jo Bong Hak, ayah kandung Eun Bi yang ia sangka telah meninggal.

Woo Jin yang ketakutan berlari menghindar. Bong Hak menatap Woo Jin dengan tatapan dingin. Woo Jin terus berjalan mundur mendekati tiang gantungan.

Presdir Kim yang masih berada di luar penjara masih tidak percaya pada apa yang ia lihat di atas kertas. Tahanan bernama Kang Yoon Seong tak lain adalah Jo Bong Hak (napi No. 264). Jelas sudah, presdir Kim pasti mengenal Jo Bong Hak.

Sementara itu Eun Bi yang pergi dari rumah kabag Han, terus berjalan di tengah malam tanpa mempunyai arah tujuan. 



Terima kasih yang sudah berkunjung pada situs ini, sinopsis yang ada pada sinopdrama ini menceritakan secara detail sesuai dengan isi film drama tersebut. Jika ada kesalahan pada penulisan atau link error segera beritahu kami melalui komentar!
Selamat membaca!!!

0 Response to "Sinopsis Reset Episode 7 Part 2"

Posting Komentar