Sinopsis Reset Episode 9 Part 2


Direktur Choi bersiap berangkat kerja. Baru saja ia hendak mengendarai mobilnya, tiba-tiba ada mobil yang menghadang di depan jalan. Perlahan kaca mobil di turunkan, direktur Kim tercengang melihat wajah presdir Kim muncul di balik kaca dengan senyum mengembang.  



Maksud Presdir Kim menemui direktur Choi tak lain untuk membahas Woo Jin. Presdir Kim meminta agar direktur Choi menuruti perkataannya. Direktur Choi tidak mau karena masalah ini tak ada urusannya dengan presdir Kim, lagipula kenapa ia harus menuruti orang seperti presdir Kim. 

Presdir Kim mengatakan narapidana bernama Jeong Sang telah membunuh orang. Jeong Sang hanyalah nama samaran yang dipakai Woo Jin selama di penjara, dan ia tahu kalau direktur Choi lah yang membantu Woo Jin masuk ke rutan Seobu. Atau mungkin saja direktur Choi yang menghasut Woo Jin untuk membunuh seseorang. 

Jika kabar ini sampai tersebar, presdir Kim yakin cerita ini akan menjadi berita utama besok pagi. 

"Apa maumu", tanya direktur Choi luluh.

"Tidak sulit. Kau jangan lakukan apa-apa. Itu saja sudah cukup". 

Direktur Choi tak mengerti maksudnya. Presdir Kim menjelaskan jika berita itu sampai keluar maka akan mempersulit karir direktur Choi, karena itu ia minta direktur Choi untuk diam saja tidak melakukan apa-apa (dengan begitu Woo Jin tidak lagi mempunyai pelindung, sehingga ia bebas berbuat sesuka hati). 
"Jangan memperbesar masalah ini", pinta direktur Choi lalu keluar dari mobil presdir Kim

Dong Soo memeriksa beberapa dokumen yang masuk dan menemukan berkas kasus pembunuhan sesama tahanan yang terjadi di rutan Seobu. Dong Suk merasa tertarik, ia membuka halaman berikutnya dan melihat foto Woo Jin tertempal disana sebagai tersangka pembunuhan. 

Setelah membaca berkas kasus itu, Dong Suk keluar ruangan dan bertemu dengan direktur Choi yang mengajaknya bicara di ruangannya. Penyidik Go yang baru datang melihat keduanya. Ia sengaja berdiri di tempatnya dan mendengarkan pembicaraan mereka.

Semula Dong Soo menolak bicara dengan direktur Choi karena tidak ada yang perlu di bicarakan. Direktur Choi tak peduli dan menanyakan kasus pembunuhan yang terjadi di rutan Seobu. Dong Suk mengakui kalau berkas kasus itu telah ia terima, sejauh yang ia tahu kasus ini tidak termaksud dalam urusan Divisi penyilidk Internal. 

Direktur Choi berkata semua kasus yang berkaitan dengan kejaksaan tetap menjadi urusannnya secara yuridiksi (undang-undang). Dong Suk tetap bersikukuh, rutan Seobu termaksud wilayah kejaksaan Seoul, "Saya akan investigasi terlebih dahulu..."

"Kim Dong Soo", ucap direktur Choi memutus ucapan Dong Soo, "Aku sudah membicarakannya dengan direktur Kim. Kenapa kau menentangku?. Belakangan ini kau aneh sekali. Kau dan Woo Jin satu angkatan, bukan?. Apa mungkin.....".
"Bukan seperti itu.....", elak Dong Soo 
Direktur Choi memberikan Dong Soo waktu satu jam untuk mengumpulkan semua informasi yang ada dan serahkan padanya. Dong Soo hendak protes tapi direktur Choi langsung pergi membuat Dong Soo kesal. 
Saat berbalik Dong Soo terkejut melihat penyidik Go yang tiba-tiba berada di belakangnya. Dong Soo tidak bisa berkata apa-apa, saat penyidik Go bertanya, "Yeonggam kami, ada di dalam rutan Seobu, kan?". 

Setelah mendapatkan kepastian, penyidik Go pergi ke rutan Seobu dan bertemu dengan Woo Jin. Rasa lega terlukis di wajah penyik Go. Woo Jin merasa beruntung memilik penyidik Go dan kabag Hang yang begitu setia padanya. Penyidik Go bertanya jadi siapa yang membututi Eun Bi. 

Presdir Kim, jawab Woo Jin. Penyidik Go terkejut pelakunya presdir Kim dari Group GK, ia menebak kalau begitu kasus pembunuhan yang terjadi di rutan Seobu pasti presdir Kim lah dalangnya. Woo Jin memberitahu narapidana Kang Yoon Seong tak laina adalah ayah Eun Bi, Jo Bong Hak. 

"Demi mengejar presdir Kim, Bong Hak menyembunyikan identitasnya dan melakukan hukuman pidana mati (bunuh diri)". 

"Bagaimana ini bisa terjadi?".

"X bukan satu atau dua orang. Organisasi yang di gerakan Bong Hak".

"Orang-orang dari rumah kebahagian", sambung penyidik Go.
 
Woo Jin kaget bagaimana penyidik Go mengetahui hal itu. Penyidik Go menjelaskan selama Woo Jin berada di rutan Seob bersama dengan kabag Han, ia memeriksa dan menyelidiknya sendiri.

Penyidik tanya sampai kapan Woo Jin berada di sini. Woo Jin tidak tahu, terlalu banyak yang ia rencanakan. Tidak ada cara baginya untuk bisa keluar dari sini. Penyidik Go berkata akan mencari cara agar Woo Jin bisa keluar dari sini. Jangan minta ia untuk tidak berdiam diri saja, karena ia tidak akan mematuhi perintah semacam itu. 

Kabag Han membawa Eun Bi kerumah lamanya. Setelah bercerai, ia memutuskan meninggalkan rumah ini dan pindah kerumah dinas. Saat pindah kerumah ini ia mempunyai banyak mimpi. Bermimpi mempunyai suami yang bisa di andalkan dan melahirkan putri yang cantik. Kabag Han berharap hidup bahagia bersama keluarga kecilnya. 
Mata kabag Han tampak berkaca-kaca. Eun Bi tersentuh dengan ucapan kabag Han dan berjanji tidak akan kabur dari rumah lagi. Kabag Han tersenyum, ia juga tidak akan membiarkan Eun Bi pergi lagi. 

Penyidik Go menemui Dong Soo untuk meminta bantuan. Dong Soo menolak, apa penyidik Go sudah gila meminta jaksa sepertinya untuk membiarkan seorang tahanan kabur saat proses pemindahan. Penyidik Go mengatakan sesungguhnya tidak ada tahanan bernama Jeong Sang. Melainkan hanyalah nama palsu. Jika dia kabur sekalipun tidak akan menjadi masalah. 
Dong Soo pusing dan tidak mengerti. Apapun penjelasan penyidik Go, ia tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Lagi pula kalau ketahuan penyidik Go juga tidak bisa bertanggung jawab. 

Penyidik Go berlutut dan memohon dengan sungguh-sungguh, "Maaf, jaksa Kim. Aku memang tidak bisa bertanggung jawab. Aku juga tidak punya kebijaksanaan dan kekuatan. Kalau aku punya, aku tidak akan seperti ini. Aku bisa apa?. Aku hanya bisa melayani. Dengan tidak mengurangi rasa hormatku, hanya ini cara untuk membantu jaksa Cha. Meskipun menjengkelkan, tapi begitulah adanya. Kumohon.. bantu aku", penyidik Go menundukan kepala meminta dengan penuh ketulusan.  

Setelah penyidik Go pergi, Dong Soo bimbang harus bagaimana. Ia bimbang haruskah membantu Woo Jin atau bersikap tidak perduli. Sebelum memutuskan, Dong Soo sempat mengumpat Woo Jin sebagai penjahat yang selalu membuat masalah. Pada akhirnya ia memutuskan menelpon rutan Seobu. 

Besama dengan penydik Go, Dong Soo pergi ke rutan Seobu. Sebagai jaksa yang menangani kasus ini, Dong Suk melakukan investigasi dan reka ulang pembunuhan Kang Yoon Seong (Bong Hak). 

Woo Jin dan Dong Soo bersikap seolah tidak saling mengenal. Dong Soo menghela napas melihat wajah Woo Jin yang tampak memelas. Sebagai tersangka, Woo Jin melakukan reka ulang kejadian seolah-olah ialah yang membunuh. Woo Jin teringat permintaan maaf Bong Hak sebelum meninggal, permintaan maaf yang ditujukan pada dirinya dan pada Seung Hee. 

Selesai reka adegan, Dong Soo meminta sipir dan yang lainnya untuk keluar dari ruangan eksekusi. Setelah para petugas pergi, tinggalah mereka bertiga. Woo Jin terkejut saat Dong Soo berkata akan memindahkannya ke kejaksaan Seoul hari ini juga. Mereka harus bergerak cepat sebelum direktur Choi mengetahui rencana mereka.

Woo Jin khawatir jika hal ini ketahuan bukan hanya surat peringatan atau pemotongan gaji, tapi Dong Soo terancam akan di pecat. Karena itu, Dong Soo meminta jangan sampai ketahuan. Penyidik Go meyakinkan Woo Jin, hanya ada satu kesempatan ini saja. Woo Jin akhirnya setuju dan merasa telah berhutang banyak pada mereka berdua.

Dong Soo menyahut jika Woo Jin merasa berhutang dan ingin berterima kasih maka perlakukan penyidik Go dengan baik, "Ini semua bukan karena kau tampan", ucap Dong Soo bercanda. Woo Jin tersenyum haru. 

Woo Jin di pindahkan dengan menggunakan bis khusus. Sebelum naik ke atas bis, sipir melakukan pengecekan dengan meraba tubuh Woo Jin. Untuk memastikan bahwa Woo Jin tidak menyembunyikan sesuatu di balik bajunya. Setelah merasa aman, barulah Woo Jin di persilahkan naik. 

Woo Jin duduk di deretan kursi belakang dengan di batasi pagar kawat. Sipir jutek duduk menghadap Woo Jin, memperhatikan setiap gerakan yang Woo Jin lakukan. Mobil yang di kendarai penyidik Go jalan lebih dulu menyusul kemudian bis yang membawa Woo Jin.

Selama perjalanan sipir jutek terus melotot ke arah Woo Jin. Woo Jin ingat pesan penyidik Go sesaat sebelum mereka berangkat. Penyidik Go memberitahu meski para sipir membawa senjata tapi sebagian besar tidak ada pelurunya. 

Penyidik Go juga menyelipkan kunci borgol di balik perban yang terpasang di kaki Woo Jin yang terluka. Dengan menggunakan cara jitu ini, petugas tidak merasa curiga saat memeriksa Woo Jin.

Woo Jin menyentuh luka di kakinya, sipir jutek yang melihatnya langsung merasa curiga dan bertanya apa yang Woo Jin sembunyikan. Woo Jin menjawab luka di kakinya masih terasa sakit karena belum sembuh. Sipir jutek tidak percaya begitu saja, ia menatap Woo Jin dengan tajam dan berkata, "Sebelum turun dari bis jangan pernah bergerak, mengerti?". 

"Ya", jawab Woo Jin lalu menoleh ke kanan dan ke kiri. Jelas sekali kalau Woo Jin terlihat cemas.

Sipir jutek tersenyum sinis, ia menarik pistol dari sarungnya dan bertanya kenapa Woo Jin terlihat cemas. Ia memperlihatkan peluru yang mengisi senjatanya dan menyuruh Woo Jin jangan berani berbuat macam-macam karena ia tidak akan segan-segan menumpahkan peluru panas itu ke wajah Woo Jin. Sipir jutek menodongkan pistol itu ke arah Woo Jin, "Karena aku tidak pernah membawa senjata yang tidak berpeluru". 


Tiba-tiba supir bis mengerem mendadak. 2 mobil kantor kejaksaan menghadap di depan mereka. Sipir jutek terkejut dan bertanya pada supir ada apa. Ketika sipir jutek tidak melihatnya, Woo Jin menggunakan kesempatan ini untuk menjatuhkan kunci yang terselip di balik perban. Hanya dengan menggoyangkan kakinya, kunci itu jatuh. Dengan menggunakan kakinya, Woo Jin menyeret agar kunci itu mendekat lalu mengambilnya. 

Penyidik Go dan Dong Soo turun mobil untuk melihat apa yang terjadi. Keluarlah direktur Choi bersama beberapa anggotanya. Direktur Choi berkata mulai sekarang Divisi Penyelidik Internal yang akan mengambil alih kasus ini. 

Sipir jutek bertanya ada apa ini. Direkur Choi menjawab narapidana Jeong Sang akan menjadi tanggung jawabnya dan menyuruh sipir jutek untuk membawa Woo Jin ke divisi penyelidik internal. Sipir jutek tidak mau karena tidak mendapatkan surat pemeberitahuan sebelumnya. 

Direktur Choi mengeluarkan surat yang di keluarkan oleh jaksa agung, surat perintah pemindahan narapidana Jeong Sang ke divisi penyelidik internal. Penyidik Go dan Dong Soo tidak bisa berbuat apa-apa saat sipir jutek membawa surat perintah pemindahan.

Oleh petugas Woo Jin di bawa keluar dari bus. Penyidik Go mendekati Woo Jin. Ia berdiri membelekangi Woo Jin seraya berbisik, "Jika masalah ini sampai di tangani divisi penyelidik Internal maka semua akan berakhir. Cepat!". 

Woo Jin bergerak cepat membuka borgol dengan kunci yang ada di tangannya. Begitu borgol berhasil di lepas, ia segera menyambar pistol yang terselip di pinggang penyidik Go, menembakan pistol ke udara dan menjadikan penyidik Go sebagai sandera. 

"Mundur!... Mundur!", Woo Jin memberi perintah pada semua orang agar menjauhinya. Pistol ia todongkan ke arah kepala Penyidik Go.

Dengan tenangnya direktur Choi menghampiri Woo Jin, "Jadi begini caranya?. Tembaklah. Cepat tembak!", tantang penyidik Go. 

Woo Jin terus mundur menghindari semua orang. Sipir jutek berlari memutari bis dan berdiri di belakang bis. Posisinya kini berada di belakang Woo Jin. Saat ia merasa jaraknya dengan Woo Jin cukup dekat, saat itulah ia hendak menembak Woo Jin. 

Penyidik Go melihat gerakan sipir jutek dari kaca spion. Tanpa pikir panjang, ia berbalik badan melindungi Woo Jin hingga timah panas itu bersarang di lengan kirinya. Sesaat Woo Jin panik, tapi bukan waktunya untuk panik sekarang. Woo Jin lari bersembunyi, semua petugas mengejar. Dong Soo menolong penyidik Go yang terkena tembak. 

Woo Jin bersembuyi di bawah kolong truck lalu berpindah dari kolong mobil satu ke mobil lainnya. Woo Jin ingat pesan penyidik Go, di parkiran itu ada mobil putih berplat nomor 8618, kuncinya sudah ada di dalam Woo Jin bisa menggunakan mobil itu untuk melarikan diri. 

Direktur Choi menunjuk ke arah lain mengira Woo Jin ada disana. Para petugas pergi mengikuti arahan direktur Choi. Tapi tidak dengan sipir jutek, ia tetap berdiri di parkiran dengan pistol di tangannya, seakan yakin Woo Jin masih ada disini. 

Beberapa detik kemudian sipir jutek melihat Woo Jin yang bermaksud kabur dengan mengendarai sedan putih. Dari jarak yang cukup jauh,  sipir jutek berdiri di depan mobil itu dan menembakan semua peluru yang ia punya dengan maksud menembak Woo Jin. Salah satu peluru berhasil menembus kaca, untung saja Woo Jin berhasil menghindar sehingga peluru itu tidak bersarang di kepalanya. 

Dengan kecepatan penuh mobil di kendarai Woo Jin berhasil melalui sipir jutek. Sipir jutek terlihat sangat marah karena tidak berhasil menangkap Woo Jin. Beda dengan penyidik Go dan Dong Soo yang tampak lega mengetahui Woo Jin berhasil kabur seperti yang mereka harapkan.

Kabag Han langsung pergi ke rumah sakit begitu mendengar kabar penyidik Go tertembak. Saat kabag Han datang, para petugas dari kejaksaan langsung keluar dari tempat persembunyian mereka. Kabag Han kebingungan saat petugas memasang borgol ke tangannya. Kabag Han yang tidak mengerti apa-apa tentu saja merasa bingung dan panik. Namun penyidik Go memberi kode agar kabag Han tetap tenang dan mematuhi hukum yang berlaku. 

Penyidik Go dan kabag Han di interogasi oleh kejaksaan secara terpisah. Jaksa marah dan membentak dan mengebrak meja karena penyidik Go dan kabag Han yang tetap bungkam.

Sementara itu Dong Soo mendapat amukan dari direktur Kim. Saking marahnya direktur Kim bahkan mendorong Dong Soo dengan papan namanya. Direktur Kim memarahi Dong Soo, jika ingin cari mati, pergi saja sendiri kenapa harus melibatkan aku. Butuh waktu lama bagi direktur Kim untuk bisa sampai di posisi sekarang. 

Dong Soo merasa bersalah, tapi direktur Choi bilang kalau dia tidak akan melibatkan direktur Kim. Direktur Kim tetap saja marah besar, ia mengusir Dong Soo keluar dari ruangannya, "Pergi!. Jangan muncul di depanku lagi!. Jangan pernah datang ke Seoul". 

"Tapi, pak", Dong Soo berusaha membujuk

Direktur Kim yang sedang naik pitam hendak memukul kepala Dong Soo dengan papan nama itu. Sontak Dong Soo langsung kabur menyelamatkan diri. 

Kabar kaburnya Woo Jin segera menjadi berita hangat di berbagai stasiun televisi. Presdir Kim yang menonton berita menghela napas kesal. Tak ingin berdiam diri, ia segera menghubungi pria Kyoto agar segera menemukan Woo JIn. 

Malam hari, Woo Jin mengganti baju tahanan dengan pakaian casual. Tak lupa ia memakai topi untuk menyamarkan penampilannya.  Woo Jin berada di telepon umum berusaha menghubungi Eun Bi. Ia cemas karena Eun Bi tidak juga menjawab telpon. 

Ketika ia hendak menelpon telpon, saat itulah ia mendengar suara Eun Bi. Suara Eun Bi terdengar ketakutan, "Halo".

"Eun Bi.. Eun Bi-ah".

"Yeonggam?. Ini benar-benar Yeonggam?. Kau dimana sekarang?". Aku mendengar penyidik Go tertembak. Kabag Han juga tidak menjawab teleponnya. Aku sangat ketakutan. Kabag Han bilang aku tidak boleh keluar. Aku takut sendirian disini. Yeonggam, tidak bisakah kau kemari". 

Eun Bi terus bicara di telepon, tanpa tahu ada seseorang masuk ke dalam rumah. Berjalan sangat pelan tanpa menimbulkan suara. 

Mendengar permintaan Eun Bi itu, Woo Jin langsung meluncur ke apartemen kabag Han. Ia melangkah masuk ke dalam sembari memanggil nama Eun Bi. 

Woo Jin melihat Eun Bi berdiri di pojok ruangan. Wajah Eun Bi tampak tegang dan juga terlihat takut. Woo Jin heran, "Kenapa kau seperti itu?". Saat Woo Jin berbalik ternyata ada pria kyoto dibelakangnya. Pria kyoto mengarahkan pisau yang ia punya ke leher Woo Jin.

Woo Jin berteriak menyuruh Eun Bi untuk lari. Cepat lari. Meski tak lagi muda, pria Kyoto sangat kuat. Ia memukul dan menendang Woo Jin. Woo Jin kembali teriak menyuruh Eun Bi lagi dan menahan pria Kyoto agar tidak mengincar Eun Bi. 

Eun Bi menangis tak tega melihat Woo Jin di pukuli seperti itu. Karena Woo Jin terus menyuruhnya untuk lari, maka Eun Bi memberanikan diri keluar dari rumah. Hal itu membuat pria Kyoto semakin keras memukuli Woo Jin. Pukulan demi pukulan Woo Jin terima hingga membuatnya pingsan. 

Pria Kyoto memindahkan Woo Jin yang pingsan ke bagasi mobilnya. Saat pria Kyoto hendak pergi, mobil polisi patroli datang. Eun Bi bersembunyi tak jauh dari sana, ia menarik napas lega saat melihat 2 petugas menghampiri pria Kyoto. 

Kedua petugas itu menyapa pria Kyoto. Semula pria Kyoto menyapa mereka dengan ramah. Petugas mengatakan ada seseorang yang melapor. Dengan gerakan cepat, pria Kyoto menarik pisaunya lalu menikam kedua petugas itu, tepat mengenai dada dan leher mereka. Setelah menikam pria Kyoto pergi meninggalkan halaman parkir. 

Eun Bi keluar dari persembunyian, ia menyetop taksi bermaksud mengikuti kemana pria Kyoto pergi membawa Woo Jin. 

Pria Kyoto membawa Woo Jin ke tanah lapang. Disana ada presdir Kim yang sudah menanti. Pria Kyoto membakar arang, setelah arang itu menyala dan mengeluarkan asap, ia menaruhnya di dalam mobil dimana ada Woo Jin di dalamnya. 

Presdir Kim mewanti-wanti pria Kyoto, pastikan kali ini benar-benar berakhir dan cara penyelesaiannya juga harus bersih. Pria Kyoto menyerahkan surat bunuh diri yang ia tulis atas nama Woo Jin. Mereka menyusun rencana seakan-akan Woo Jin memilih mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Presdiri Kim membuka surat itu dan membacanya, 

"Saat masa pubertasku, aku mengalami depresi yang sangat serius. Tapi setelah menjadi jaksa, pasca pengobatan masih terus berlanjut. Perawatan selama bertahun-tahun juga sulit untuk kuatasi. Hasil akhirnya akan lebih baik jika aku bunuh diri seperti ini". 

Presdir Kim tertawa, "Tidak buruk". Pria Kyoto menyuruh seseorang yang ahli untuk meniru tulisan tangan Woo Jin. Presdir Kim tertawa, yang penting semuanya beres. 

Perlahan Woo Jin mulai sadar dan membuka matanya. Woo Jin menoleh ke kanan dan arang yang mengeluarkan asap berada di sebelahnya. Asap itu membuat Woo Jin lemas. Presdir Kim melongok ke dalam mobil dan melihat Woo Jin yang baru saja sadar. 


"Untunglah kau sadar. Sebelum kau pergi ke neraka, aku punya hadiah untukmu. Siapa nama almarhum pacarmu itu?. Entahlah siapa namanya. Tapi yang perlu kau tahu, pacarmu itu di perkosa baji****-baji**** itu di hutan. Sebenarnya, dia tidak bunuh diri. Aku yang membuatnya tak bernyawa".

"Awalnya aku juga ingin baji****-baji**** itu (anak buahnya sendiri) agar kelak tidak menimbulkan masalah, tapi dari pada membunuh baji****-baji**** itu, lebih baik membunuh pacarmu", presdir Kim tertawa terkekeh setelah mengakui kejahatannya.

Woo Jin syok mengetahui kebenaran yang tersembunyi selama 15 tahun ini. Pengakuan itu membuat Woo Jin mengingat dihari Seung Hee meninggal. Saat itu, Woo Jin pergi kerumah sakit untuk menengok Seung Hee. Di lorong koridor, Woo Jin remaja bersenggolan dengan 2 pria berjas hitam. 

Woo Jin tak melihat kalau 2 pria itu baru saja keluar dari ruangan Seung Hee. Saat Woo Jin masuk, ia begitu terkejut melihat Seung Hee gantung diri. Mengira Seung Hee bunuh diri. 

Woo Jin yang masih syok berjalan dengan langkah linglung lalu duduk di kursi di taman. Sebuah mobil melintas di depannya. Woo Jin remaja hanya terpaku melihat presdir Kim yang tersenyum mengejek padanya.


Mata Woo Jin berkilat marah mengingat kejadian itu. Presdir Kim tersenyum mengejek, senyum yang sama dengan 15 tahun lalu, "Sekarang kau ingat?".

"Kau!!!. Saat itu.....baji**** itu adalah kau!!!. Dasar brengsek. Brengsek". Woo Jin berteriak marah sementara tawa presdir Kim terdengar semakin nyaring. Tawa penuh kemenangan. 

Pria Kyoto membius Woo Jin, hanya dengan hitungan detik Woo Jin kembali pingsan. Kemudian, ia melepas tali yang mengikat badan Woo Jin, menutup kaca dan pintu rapat-rapat membiarkan asap racun memenuhi mobil. Untuk menghilangkan jejak, pria Kyoto juga membuang kunci mobil ke sungai Han. 

Beberapa menit kemudian Woo Jin kembali sadar. Entah halunasi atau tidak, Woo Jin melihat Seung Hee duduk di sebelahnya. Seung Hee berkata pada akhirnya Woo Jin tidak bisa melakukan apa-apa, baik 15 tahun lalu ataupun sekarang. 

"Tidak bisa mengungkapkan kebenaran. Juga tidak bisa balas dendam. Musuhku yang telah membunuhku ada di depan matamu, tapi kau tidak bisa berbuat apa-apa. Kau hanya anak kecil, kau tidak bisa melawannya. Menyerahlah". 

"Tidak..tidak Seung Hee. Seung Hee..Seung Hee....aku".


Woo Jin menangis bersamaan dengan menghilangnya Seung Hee. Woo Jin kembali lemas. Tak lama kemudian, Eun Bi yang akhirnya berhasil menemukan Woo Jin mengedor kaca, "Yeonggam, cepat keluar!. Sadarlah..sadarlah. Kumohon".  

Samar-samar Woo Jin melihat Eun Bi. Mengira di depannya adalah Seung Hee. Eun Bi mencoba membuka pintu tapi tidak bisa. Kemudian ia pergi. Woo Jin menangis, "Jangan pergi. Kumohon jangan pergi. Kau tidak boleh pergi".

Eun Bi pergi mencari batu yang ia gunakan memecahkan kaca pintu mobil, "Yeonggam", panggil Eun Bi. 

Woo Jin melihat Eun Bi dengan pandangan redup. Sudah banyak asap racun yang Woo Jin hirup, perlahan-lahan pandangan Woo Jin semakin kabur sampai akhirnya kembali tidak sadarkan diri.


END

Komentar : 

Satu episode lagi menuju ending. Misteri-misteri di balik kasus yang terjadi semua telah terungkap dengan jelas. Apa hubungan Seung Hee, X, Presdir Kim, dan Bong Hak telah kita ketahui. Semua berhubungan yang menuju ke satu orang. Presdir Kim, penjahat dan dalang di balik semua kasus ini, baik 15 tahun yang lalu maupun sekarang. Heran dech, ini orang jahatnya kok gak nanggung-nanggung. 

Dengan kekuasan yang ia miliki, presdir Kim menjadi kebal hukum. Bahkan orang-orang yang harusnya menegakan keadilan malah tunduk dan patuh pada perintahnya. Akankah direktur Choi menjadi orang yang tunduk pada presdsir Kim, lalu siapa yang akan melindungi Woo Jin. Karena tidak mudah bagi Woo Jin dan lainya untuk menyeret presdir Kim, karena pria jahat itu sangat licik dan licin seperti belut.
Terima kasih yang sudah berkunjung pada situs ini, sinopsis yang ada pada sinopdrama ini menceritakan secara detail sesuai dengan isi film drama tersebut. Jika ada kesalahan pada penulisan atau link error segera beritahu kami melalui komentar!
Selamat membaca!!!

0 Response to "Sinopsis Reset Episode 9 Part 2"

Posting Komentar