Episode 2
Kim Tan menghentikan mobinya tepat di samping Eun Sang, menatap gadi itu lama lalu bertanya, "Kau ingin datang ke tempatku?". Eun Sang tak langsung menjawab, tampak ragu, "Apakah kau yakin tempatmu lebih aman daripada di sini?".
Kim Tan tidak tahu apakah tempatnya lebih aman, tapi yang pasti rumahnya lebih baik dari pada disini, "Bagaimana?. Apa kau mau ikut?". Eun Sang kembali diam berpikir, antara takut dan ragu.
Akhirnya Eun Sang menerima tawaran Kim Tan. Pertama kali masuk, rumah dalam keadaan gelap. "Ayo turun", ajak Kim Tan menuruni anak tangga. Lampu menyala, dan terlihatlah dengan jelas rumah Kim Tan yang besar dan mewah. Eun Sang tercengang takjub melihat rumah dari lantai atas. Mulai dari desain hingga furniture yang terlihat high class.
Eun Sang mengikuti Kim Tan ke lantai bawah. Kim Tan duduk santai di sofa sembari meminum softdrink. Eun Sang tanya, "Keluargamu tidak ada di sini?".
"Tidak", jawab Kim Tan. Eun Sang tanya lagi, "Kau tinggal sendirian disini".
"Ya. Kenapa?".
Eun Sang curiga, "Siapa kau?. Apakah kau seorang pengedar narkoba?. Apa yang kau lakukan untuk bertahan hidup?. Apakah dengan perdagangan narkoba?".
"Jadi aku pengedar narkoba sekarang?", tanya Kim Tak tak percaya.
Eun Sang : Sepertinya kau mengenal polis tadi. Dan juga, temanmu sepertinya orang yang
menghirup apapun yang terlihat seperti tepung.
menghirup apapun yang terlihat seperti tepung.
"Ya. Benar juga. Tapi...", Kim Tan berdiri lalu berjalan pelahan mendekati Eun Sang, membuat gadis itu mundur ketakutan. Kim Tan berkata, "Kenapa kau berpikir bahwa aku hanya menjual narkoba?. Orang yang mengambil paspormu. Apakah kau pikir dia adalah polisi?. Apakah kau masih memiliki dua ginjal?".
Eun Sang semakin ketakutan, meletakkan tasnya di depan dada, "Aku memperingatkanmu! Jika kau maju selangkah lagi....". Eun Sang tak bisa mundur lagi, ia terpojok menempel pada dinding.
Kim Tan mendekatkan wajahnya, semakin dekat, tersenyum tipis dan...."Ini kamarmu. Panggil aku jika kau membutuhkan apapun", Kim Tan membuka pintu yang berada di belakang Eun Sang, lalu pergi dengan santai.
Eun Sang melangkah masuk ke dalam kamarnya, duduk ditepi ranjang dan memijat kakinya yang pegal. Eun Sang sedih mengingat kejadian tadi di dekat pantai. Saat kakaknya mengambil uang dan meninggalnya begitu saja. Perut Eun Sang berbunyi pertanda minta di isi. Ia meraba perutnya, "Aku belum makan apa-apa sejak turun pesawat. Aku lapar".
Eun Sang perlahan membuka pintu kamar, mengintip ruangan yang ada di depannya. Gelap.
Kim Tan berada dilantai atas, sedang memasukkan buku-buku ke dalam tas sekolahnya. Ia menghentikan kegiatannya ketika telinganya mendengar sesuatu. Kim Tan berdiri, melihat kebawah. Dimana ada Eun Sang yang jalan mengendap-endap menuju dapur.
Eun Sang sampai di dapur, membuka lemari es. Ada banyak makanan kaleng dan juga minuman ringan. Eun Sang mengambil beberapa dan mulai makan di dalam kegelapan dengan terburu-buru, entah takut ketahuan pemilik rumah atau karena di dorong rasa lapar.
Saat Eun Sang hendak membuka tutup kaleng softdrink berikutnya, tiba-tiba lampu menyala. Kim Tan bertanya, "Apa yang kau lakukan di tempat gelap?".
"Aku minta maaf karena makan tanpa bertanya padamu. Aku hanya memakan makanan yang sudah kadaluwarsa". Eun Sung pasti malu karena ketahuan, ia menyodorkan uang 5 dolar sebagai ganti atas semua minuman dan makanan yang ia ambil.
Kim Tan mendekat, mengecek tanggal kadarluasa yang tertera di kaleng. Kim Tan heran bagaimana bisa Eun Sang memakan semua makanan kadarluasa ini.
"Aku juga mengambil yang ini", Eun Sang menunjukan kaleng softdrink yang sama dengan yang diminum Kim Tan sebelumnya, lalu jalan pergi.
"Hei", panggil Kim Tan. "Kau mau ke mana?. Apakah kau tidak mau membersihkan ini?".
"Oh. Aku harus membuangnya kemana?", Eun Sang salah tingkah karena Kim Tan terus memandangnya dengan tajam.
Kim Tan tidak tahu karena ia tidak pernah melakukan hal itu sebelumnya. Kim Tan bertanya, "Siapa namam?".
"Hah?", tanya Eun Sang balik
"Orang lain memanggil dengan sebutan apa?", tanya Kim Tan lagi.
Eun Sang tampak enggan memberitahu namanya, "Aku tak sempat mengatakan ini tadi, tapi terima kasih sudah memberiku tempat untuk tinggal.", jawab Eun Sang ndak nyambung.
"Itu nama yang panjang", sahut Kim Tan.
Diamnya Eun Sang membuat Kim Tan mengerti kalau gadis itu tidak mau memberitahukan namanya. Kim Tan tidak bertanya lagi dan berkata Eun Sang tidak perlu mengucapkan terima kasih. Ini bukan bantuan, tapi kompensasi. "Kompensasi untuk bubuk kacangmu. Kau bilang itu untuk kakakmu". Kim Tan pergi usai mengatakannya.
Jika di Amerika malam, maka di Korea masih siang. Sek. Yoon Jae Ho dan Kim Won jalan bersama di koridor perusahaan. Jae Ho memberitahu kalau Hotel Zeus menghubunginya, setelah ia memesan tiket pesawat untuk Kim Won. Mereka menawari Kim Won tinggal di hotel mereka selama berada di Amerika.
(*Hotel Zeus : Hotel milik Choi Dong Wook, ayah Choi Young Do).
Kim Won sinis, "Menginap di hotel mereka?. Dia sudah bertindak seperti dialah pemegang sahamnya. Hanya karena dia bertunangan dengan Presiden Lee dari RS Internasional".
(Presdir Lee = Esther Lee, ibu Rachel Yoo).
Jae Ho diam ditempat, terpaku kaget mendengar nama mantan istrinya disebut. Wah...dia baru mengetahui kalau Esther akan menikah lagi.
"Apakah ada yang salah?", tanya Kim Won heran.
"Tidak ada. Aku dengan sopan menolak tawaran mereka", jawab Jae Ho. Lalu menyerahkan daftar undangan tamu undangan untuk pesta keluarga yang akan datang. Total ada 51 tamu, mereka semua akan membawa keluarga mereka.
Kim Won menatap Jae Ho tajam. Jae Ho mengerti dan berkata sudah mengirimkan daftarnya melalui email. Kim Won berkata jika begitu kenapa Jae Ho membuat salinan-nya, hanya membuang kertas. Jae Ho menyahut itu kebiasaan yang ia pelajari selama berkerja dengan Presdir Lee. Ia juga sudah melaporkan kepergian Kim Won pada Presdir Lee.
"Karena kau pikir aku tidak bisa melakukannya sendiri?", sahut Kim Won. "Aku sudah lama ingin bertanya padamu. Kau bekerja untuk siapa sekarang?. Apakah aku atau Ayahku?".
"Aku bekerja untuk Jeguk Group", jawab Jae Ho tenang. "Kau terlihat seperti pacar yang sedang marah pada pacarnya karena dia berselingkuh".
"Kau salah. Aku malah menyarankanmu untuk selingkuh karena kau terlalu setia. Atau kau mungkin harus pensiun bersama dengan Presdir Lee!".
"Apa kau punya nasehat lain?", tanya Jae Ho kalem, tanpa takut.
"Tidak ada yang membuatmu takut. Salah satu kesalahan yang Ayahku perbuat", jawab Kim Won kesal lalu pergi.
Jae Ho menundukkan kepala. Memandangi punggung Kim Won yang menjauh, "Hati-hati", ucapnya dengan wajah tenang.
Presdir Kim Nam Yoon duduk bersama istri ke-2 nya, Ny. Jung Ji Suk (Meski tinggal terpisah, Ji Suk masih berstatus sebagai istri sah Presdir Kim). Sekarang Presdir Kim menyadari bahwa kesehatan yang paling penting. Ia menyarankan Ny. Ji Suk makan makanan yang sehat agar tidak jatuh sakit.
"Jangan perhatian begitu. Itu tidak akan membuatku untuk menceraikanmu", jawab Ny. Ji Suk sinis.
Presdir Kim tersenyum, "Aku tidak pernah meminta kau untuk melakukan itu. Kaulah yang membiarkan Ibu Tan masuk". Ny. Ji Suk tidak punya pilihan lain, "Kau terus memperlihatkan pakaian kotormu di depan umum, jadi aku harus menyembunyikannya".
Presdir Kim menyadari, semua itu salahku. Ny. Ji Suk bilang bagus jika Presdir Kim tahu. Tapi hal itu tidak akan membuat Ny. Ji Suk menghapus namanya dari silsilah keluarga, "Karena itu kenapa aku membawanya ke rumah. Agar aku bisa menyimpannya di kandangku dan memastikan dia tidak mendapat apapun hingga dia mati".
Presdir Kim tertawa pelan, "Orang biasanya menjadi lunak saat usia mereka bertambah. Tapi kau tak pernah berubah. Ny. Ji Suk tersenyum getir, "Mungkin itu karena aku tidak punya anak".
Di pintu luar, Ny. Han menempelkan telinganya di daun pintu, mencoba mencuri dengar. Ia penasaran apa yang sedang mereka bicarakan.
Kim Won datang, memergoki ibu tirinya yang sedang menguping. Ny. Han memasang senyum, "Mereka tidak membicarakan dirimu. Mereka hanya membicarakan aku, hanya aku".
Kim Won jalan mendekat, ingin mengetuk pintu. Tapi Ny. Han lebih dulu melakukannya, "Won, ada disini!", serunya dari luar. Lalu bicara ke Kim Won, "Masuklah. Ibumu ada di dalam".
Ny. Han berbalik pergi, langkahnya terhenti saat Kim Won berkata, "Aku tidak punya ibu di rumah ini". Ny. Han kesal, "Baiklah! Ahjumma!. Ahjumma yang membesarkanmu".
"Apa kau akan menguping?", selidik Kim Won.
Kim Won masuk kedalam. Raut wajah Ny. Ji Suk terlihat tidak senang. Kim Won berdiri di samping ibu tirinya. Ny. Ji Suk mengangkat wajahnya, melihat Kim Won, "Sudah lama kita tak bertemu", sapa Ny. Ji Suk lebih dulu.
"Kau datang", jawab Kim Won pendek.
Ny. Ji Suk komentar Kim Won tidak pernah menyapanya lebih dulu, "Aku membesarkanmu selama 10 tahun sampai kau pergi ke Amerika. Aku mungkin tidak menyayangimu, tapi aku tetap melakukan yang terbaik untuk membeserkanmu. Jangan perlakukan aku seperti Ibu tiri yang jahat".
"Aku minta maaf karena mengecewakanmu setelah kau merawatku selama 10 tahun", ucap Kim Won pedas.
"Kau", Ny. Ji Suk mulai marah. Presdir Kim menghentikan mereka berdua sebelum situasi bertambah tegang. Ny. Ji Suk memilih pergi dari pada harus bersitegang dengan anak tirinya yang dingin itu.
Presdir Kim mendengar kalau Kim Won akan pergi ke Amerika. Kim Won mengiyakan. Presdir Kim berkata orang Amerika sangat respek pada bisnis keluarga. Bagi mereka, keluarga adalah hal yang terpenting. "Karena itu, kau harus membawa Tan juga".
Kim Won bilang akan mengurusnya sendiri. Presdir Kim minta Kim Won mendengarkan perkatannya, ia akan memberitahu sekertaris Yoon Jae Ho. Kim Won berkata itu adalah bisnisku...aku akan. Presdir Kim memotong, "Ini masih bukan perusahaanmu".
Kim Won terdiam, tak bisa lagi membantah.
Kim Won terdiam, tak bisa lagi membantah.
(Sebagai orang tua, Presdir Kim pasti bisa mengetahui dengan baik bagaimana sifat anaknya. Mungkin, jauh di lubuk hatinya, ia berharap Tan dan Won bisa hidup akur dan menjalankan bisnis keluarga bersama).
Ny. Han membawa Ny. Ji Suk ke tempat sepi, mengajaknya bicara. Ny. Ji Suk marah, "Apa yang kau lakukan? Aku sibuk".
"Ini tidak akan butuh waktu lama!", jawab Ny. Han. Ny. Ji Suk menegur Ny. Han yang selalu lupa menggunakan bahasa formal jika bicara dengannya. Ny. Han berdalih, ia hanya membuatnya singkat karena Ny. Ji Suk sedang sibuk.
"Lagi!", tegur Ny. Ji Suk marah.
Ny. Han mengerti, "Baiklah. Kudengar kau bertemu dengan keluarganya Rachel. Apa mereka meminta bertemu denganmu? Kenapa?".
Ny. Han mengerti, "Baiklah. Kudengar kau bertemu dengan keluarganya Rachel. Apa mereka meminta bertemu denganmu? Kenapa?".
Ji Suk balik tanya, "Apa pedulimu?. Apakah kau akan pergi?".
Ny. Han bertanya begitu karena ia tak bisa pergi. "Aku perlu tahu, karena itu ada hubungannya dengan calon menantuku".
Ny. Han : Berhentilah haus kekuasaan. Kau akan menyesal nantinya. Tan tidak akan senang jika mengetahui Ibunya dianiaya seperti ini.
Ny. Ji Suk bertanya apa kau mengancamku. "Mungkin", jawab Ny. Han santai.
Ny. Ji Suk mengeluarkan jurus maut, "Omong kosong. Apakah kau berpikir kau adalah Nyonya rumah ini karena mereka memanggilmu Nyonya Han?. Selama aku di sini, kau tidak akan pernah menjadi istri suamiku. Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Akan kupastikan kau tetap menjadi istri simpanan. Apakah kau mengerti?".
Ny. Han diam tak bisa menjawab. Ji Suk pergi setelah menancapkan pisau tajam di hati Ny. Han. Ny. Han menangis lalu menelpon anaknya.
"Tas orang lain. Rumah orang lain. Suami orang lain. Dia tidak bahagia karena dia ingin hidup sebagai orang lain sepanjang hidupnya. Dia adalah....". Suara hati Kim Tan yang ia curahkan ke dalam bukunya. Ia meraih ponselnya yang berdering, tapi tidak menjawabnya. Tertera nama "Ibu" dilayar ponsel.
Eun Sang menelpon ibunya di Korea. "Ibu. Ini aku. Apakah ibu khawatir karena aku baru menelpon sekarang?". Terdengar suara ketukan di ponsel, menandakan ibu Eun Sang mengiyakan perkatannya. Eun Sang melanjutkan, "Maafkan aku. Aku tidak bisa menelepon ibu karena aku benar-benar tersesat di Amerika. Mereka hanya berbicara bahasa Inggris di sini".
Pintu kamar Eun Sang sedikit terbuka, sepasang kaki tampak berdiri di depan pintu. Diam mendengarkan.
Eun Sang menahan tangis, "Onnie. Bertambah tinggi dan wajahnya sedikit kecoklatan. Ibu tahu kan sinar matahari di Caliornia?".
Hee Nam mengetuk ponselnya lagi. Eun Sang kembali berbohong dengan mengatakan sedang berada di rumah Eun Suk sekarang. Jenis rumah yang tidak ada pagar dan punya pemotong rumput. Rumah semacam itulah yang dimiliki Onnie. Hee Nam diam, wajahnya tampak sedih lalu kembali mengetuk ponselnya.
Eun Sang minta ibunya jangan khawatir, "Makanlah dengan baik dan tidur nyenyak. Aku harus pergi!. Aku akan menghubungi ibu lagi. Dah", Eun Sang menutup telepon.
Seteleh menutup telpon, Eun Sang menutupi wajahnya seperti ingin menangis. Tanpa dia sadari, ada Kim Tan berdiri di depan pintu sejak tadi mendengarkan kebohongan Eun Sang pada ibunya, dan melihat kesedihan Eun Sang.
Kim Tan melangkah masuk ke kamar Eun Sang. Eun Sang langsung berdiri dan protes karena Kim Tan masuk tanpa mengetuk pintu. "Tok..tok...tok", Kim Tan langsung mengetuk pintu begitu mendengar protes Eun Sang.
"Kau salah. Aku tahu ini rumahmu., tapi....", ucapan Eun Sang terhenti saat Kim Tan menyodorkan sandwich. "Apa itu?", tanya Eun Sang curiga.
"Apakah tidak ada sandwich di Korea?", ujar Kim Tan. Eun Sang menerimanya, "Terima kasih".
"Jangan berterima kasih. Ini baik untuk ginjal", canda Kim Tan.
"Hentikan", ucap Eun Sang mulai takut.
Kim Tan menilai Eun Sang pintar berbohong. Eun Sang tanya kenapa Kim Tan menguping. Kim Tan menjawab ia tidak terbiasa mendengar suara seorang gadis di rumahnya. Ia lalu menunjuk uang 1 dolar di atas meja samping tempat tidur. "Apa itu?".
Eun Sang menjawab uang itu untuk membayar tagihan telepon yang ia gunakan. Kim Tan menilai Eun Sang itu boros. Eun Sang cemberut, ia mengambil dream catcher dari dalam kopernya dan memberikannya pada Kim Tan, "Ini untuk biaya kamarku. Awalnya aku ingin memasukkannya ke dalam kamarku di Amerika, tapi aku akan memberikannya padamu.
Kim Tan benda apa ini. Eun Sang menjelaskan itu dream catcher, gunanya untuk menangkap mimpi buruk. Hanya mimpi yang indah yang bisa masuk melalui lubangnya.
Kim Tan benda apa ini. Eun Sang menjelaskan itu dream catcher, gunanya untuk menangkap mimpi buruk. Hanya mimpi yang indah yang bisa masuk melalui lubangnya.
"Apakah gadis cantik juga termasuk?", goda Kim Tan.
Eun Sang kesal, "Lupakan saja, kembalikan!". Kim Tan menjauhkan dream catcher dari jangakauan Eun Sang. "Kau harus beristirahat. Dan makan itu. Itu baik untuk ginjalmu....".
"Aku bilang berhenti", Eun Sang kesal. Kim Tan tersenyum tipis lalu keluar kamar.
Kim Tan menggantung dream catcher di pintu masuk dekat kolam. Sembari memakan sandwich-nya, ia jalan ke arah kolam. Dari tempatnya berdiri Kim Tan bisa melihat kedalam kamar Eun Sang, karena kamar itu memiliki jendela kaca besar yang tembus pandang.
Kim Tan tertarik dan mengawasi Eun Sang yang tampak sibuk melakukan sesuatu. Eun Sang mengangkat kursi dan meja untuk menahan pintu dari arah dalam..(Hahaha..takut nich ye..kalau Kim Tan menyusup masuk tengah malam).
"Wow! Setelah aku memberinya makan?", ujar Kim Tan tak percaya.
Eun Sang sama sekali tidak menyadari kalau ia tengah di perhatikan seseorang dari luar. Setelah dirasa cukup, Eun Sang bersiap tidur dan membuka baju.
Kim Tan tersedak dan batuk-batuk karena kaget. Buru-buru ia masuk kedalam. Saat melintasi pintu, kepalanya menyentuh dream catcher. Mungkinkah mulai malam ini, Kim Tan akan bermimpi indah?.
Pagi hari. Eun Sang terbangun ketika matahari pagi menerobos masuk ke kamar. Ia bangun dengan ekspresi kaget, melihat kamar yang tampak asing Sejenak ia tersadar sedang berada dirumah siapa.
Eun Sang keluar kamar, tersenyum takjub melihat pemandangan yang terhampar di depannya. Dari tempatnya berada, ia bisa menatap kelautan lepas dan pohon-pohon hijau yang menjulang tinggi. Pemandangannya keren...membuat hati tentram.
Kim Tan ada dikamarnya, bersiap-siap berangkat sekolah. Dari kamarnya, ia melihat sesuatu yang menarik. Ia jalan keluar, berdiri diatas balkon. Melihat kebawah tempat Eun Sang berada.
Eun Sang menoleh keatas balkon, bertemu pandang dengan Kim Tan. Eun Sang menundukkan kepala, memberi salam. Semula, Eun Sang tampak malu, tapi akhinya ia mengangkat tegak kepalanya, menatap Kim Tan langsung dan tersenyum. Semilir angin meniup rambut Eun Sang.
Kim Tan terpaku. Rasa tertarik tergambar jelas di wajah tampan-nya. Terjadi sesuatu di hati Kim Tan...Kuch...Kuch Hota Hai....
Eun Sang jalan masuk ke rumah, dan Kim Tan menuruni anak tangga. "Ehem..", Kim Tan berdehem menuruni anak tangga.
Eun Sang sedikit canggun berdiri di depan pintu, ia berkata rumah Kim Tan benar-benar indah di pagi hari.
Eun Sang sedikit canggun berdiri di depan pintu, ia berkata rumah Kim Tan benar-benar indah di pagi hari.
"Oh, ya", jawab Kim Tan mengambil kunci mobil diatas meja. Eun Sang tanya apakah kau mau ke suatu tempat?. Kim Tan menjawab sekolah.
"Jadi kau bukan pengedar narkoba. Kau seorang pelajar. Apakah kau pergi ke sekolah seperti yang ada dalam drama Amerika atau film?".
"Kau tertawa lagi. Apakah kau sering tertawa?", tanya Kim Tan.
Eun Sang berkata ia selalu ingin tahu seperti apa sekolah International yang ada di Amerika. "Tunggu aku sebentar, aku akan siap-siap".
"Kau mau kemana?", cegah Kim Tan.
"Aku harus pergi saat kau juga pergi. Aku sudah sikat gigi dan cuci muka", jawab Eun Sang.
Kim Tan minta Eun Sang tinggal di rumah hingga ia pulang sekolah, kau bahkan tidak memiliki tempat tujuan. Eun Sang ingin pergi kerestoran tempat kakaknya bekerja. Kim Tan mengatakan restoran itu buka di waktu sore hari.
Lagipula tidak ada bus, orang-orang yang naik bus tidak tinggal di tempat ini. "Jika kau merasa tidak nyaman tinggal di sini bagaimana kalau kau ikut ke sekolahku?. Kau bilang kau penasaran, kan?. Sekolah International seperti apa yang ada di sini".
Eun Sang menikmati perjalanan menuju sekolah Kim Tan, merasakan hembusan angin yang menerpa wajahnya. Tahu kan mobil Kim Tan, Maserati dengan atap terbuka. Tapi bisa ditutup juga sich. Eun Sang memicingkan mata, silau karena cahaya matahari yang ada di depannya.
Kim Tan mengulurkan kaca mata. Eun Sang menolak halus, "Aku baik-baik saja". Kim Tan berkata, Eun Sang harus pakai kacamata ini kecuali jika Eun Sang ingin berubah menjad ras yang berbeda. "Ini bukan aksesoris fashion di sini. Tapi suatu keharusan".
Eun Sang menerima kacamata itu dan memakainya. "Aku akan mengulurkan tanganku keluar. Beritahu aku jika itu memalukan", ucap Eun Sang memberitahukan keinginannya.
"Kau punya waktu 1 menit", ujar Kim Tan memberikan izin.
Eun Sang mengulurkan tangan keluar, merasakan hembusan air melewati jari-jarinya. Hal simple tapi mampu membuat Eun Sang tersenyum. Kim Tan juga ikut tersenyum.
Redlands University. Kim Tan berada di dalam kelas yang hanya di isi oleh beberapa siswa. Pak Guru menyampaikan inti dari pelajaran hari ini, "Setiap kata memiliki makna. Begitu kau menumpahkan perasaanmu dalam kata-kata, itu akan menjadi lebih bermakna. Kata "pensil" menjadi sepenuhnya berbeda bila kau memikirkannya sebagai pensil yang kugunakan untuk menulis surat".
Kim Tan tidak begitu menyimak. Ia menoleh keluar ke tempat duduk Eun Sang menunggunya. Ia sedikit menarik senyum melihat Eun Sang masih berada di tempatnya, duduk dengan tenang.
Diluar Eun Sang memperhatikan kegiatan para siswa yang berada di luar kelas. Ada para pemandu sorak tak jauh darinya, yang sedang melatih gerakan mereka. Siswa yang duduk di rumput sembari berdiskusi bersama teman mereka, atau siswa-siswa lain yang berseliweran di sekitar taman.
Kembali ke dalam kelas, Pak Guru berkata British Council (Lembaga bahasa inggris) melakukan survei terhadap 102 negara-negara yang berbahasa non-Inggris mengenai kata yang paling indah dalam Bahasa Inggris di dunia. Menurut kalian apa yang pertama?.
Para murid menjawab, "Pelangi, bunga, unicron, love, dan ada yang menjawab Lamar Odom (pemain bola basket professional Amerika Serikat), para siswa tertawa mendengar gurauan itu. Kim Tan juga tertawa.
Pak Guru mengatakan bahasa inggris kata paling indah dalam Bahasa Inggris di dunia adalah "Ibu", bukankah kalian setuju?.
Kim Tan tertegun sejenak, menuliskan kata mother di bukunya. Pak Guru melanjutkan kata-kata indah selanjutnya adalah, "Passion, smile, love dan eternity". Lalu apa kata tersedih dalam Bahasa Inggris di dunia?.
Para murid menjawab, "Death, funeral, bangkrupt", sekali lagi ada yang berceletuk "Lamar Odom", membuat para siswa tertawa, tapi Kim Tan diam saja. Wajahnya terlihat sedih. Bagi Kim Tan kata "Mother" adalah kata terindah sekaligus kata tersedih baginya.
Sementara itu diluar, Eun Sang membuka notes milik ibu. Menatap sedih tulisan "Dry Cleaning Only", yang ditulis ibunya. Mungkin itulah kata-kata tersedih bagin Eun Sang di dunia ini.
Pak Guru mengakhiri pelajaran, ia mengingatkan para siswa jangan lupa menyerahkan tugas sebelum bubar meninggalkan kelas. Semua siswa mengumpulkan tugas mereka saat jalan keluar melewati pintu, tapi Kim Tan tidak melakukannya.
Pak Guru menegur, "Tan. Apakah kau tidak mau mengumpulnya?". Kim Tan berkata ini bukan sesuatu yang harus ia kumpulkan. Pak Guru menghela napas, "Tidakkah kau berpikir mungkin kau menemukan tujuan baru jika kau mengumpulkannya, suatu waktu?".
Kim Tan diam, tak menjawab. Selang beberapa detik kemudian, ia keluar kelas, dan tidak melihat Eun Sang di tempat duduknya semula. Kim Tan mengedarkan pandangannya, mencari sosok Eun Sang.
Kim Tan menemukan Eun Sang berdiri di tangga memperhatikan 2 siswa yang berpakaian modis dan bicara dalam bahasa Korea.
Kim Tan mendekat, "Apa yang kau lihat?".
"Hanya... Anak-anak yang beruntung", jawab Eun Sang menatap kedua siswa itu. Mereka pergi setelah menempelkan selebaran di mading. "Sepertinya pelajar Korea akan pergi berpesta", ujar Eun Sang.
Kim Tan diam sejenak, "Pesta itu tidak menarik", ujarnya berusaha menghibur.
"Oh ya?", jawab Eun Sang, "Aku harus pergi. Terima kasih karena mengajakkku ke sekolahmu. Tolong jaga barang-barangku. Aku akan mengambilnya malam ini".
Kim Tan tanya apakah Eun Sang harus menemui kakaknya. Eun Sang menjawab harus, "Aku tidak bisa membiarkan dia menghabiskan uang itu untuk si pemabuk itu. Kalau begitu Good Bye".
Eun Sang jalan menaiki tangga. Kim Tan memanggil, "Apakah kau tahu kau harus jalan ke arah mana?". Eun Sang menjawab tahu, menujuk ke arah kanan, lalu melambaikan tangan dan kembali menaiki tangga.
"Benar", ujar Kim Tan membalik badan Eun Sang menuntunnya ke arah yang benar. Bukan keatas tapi ke bawah. Eun Sang kaget, "Aku bisa pergi sendiri".
"Ayo pergi bersama", jawab Kim Tan.
"Bukankah kau masih ada kelas?", tebak Eun Sang
"Aku tidak suka yang satu ini. Aku tidak akan masuk kelas itu", jawab Kim Tan. Eun Sang ingin tahu kelas apa?. Kim Tan menjawab matematika.
"Aku suka matematika", jawab Eun Sang. Kim Tan tertawa, "Apakah kau gila".
"Benarkah?. Dia berhenti bekerja di sini?", tanya Eun Sang tak percaya ketika mendengar penjelasan dari teman kerja Eun Suk. Kim Tan menterjemahkan perkataan teman kerja Eun Suk dalam bahasa Korea. Eun Suk hanya mengirim sms dan tidak kembali bekerja setelah hari itu. Dia hanya meninggalkan pesan akan menghubungi Eun Sang dan menyuruh adiknya untuk segera kembali ke Korea.
Kim Tan dan Eun Sang keluar restoran. Eun Sang menahan tangis dan benar-benar tidak bisa percaya bahwa kakaknya kabur seperti itu dengan membawa uang hasil jerih payah ibunya.
Chris lewat di depan Eun Sang, dan langsung mengenalinya. Ia menunjuk Eun Sang dan mengatai Eun Sang sebagai adik dari gadis jalang itu. Kim Tan menarik Eun Sang berdiri di belakangnya. Eun Sang tanya dimana Stella. Chris balik tanya itulah yang ingin ia ketahui, "Dimana dia?. Dimana si jalang yang mengambil uangku?".
Chris mendekat seperti akan memukul. Kim Tan bergerak cepat, memelintir tangan bule itu. "Siapa kau? Lepaskan aku!", tanya Chris pada Kim Tan, posisi tangan kanan-nya mengancam seperti ingin memukul.
"Apa kau memukul Onnie-ku seperti itu juga, dasar kau brengsek?!", ucap Eun Sang dalam bahasa Korea. "Pukul dia!", suruhnya pada Kim Tan.
"Kau tak perlu memberitahuku apa yang kuketahui", ujar Kim Tan lalu menjegal kaki Chris, melumpuhkannya hingga berjongkok ke tanah. Eun Sang terkejut tak menyangka Kim Tan sekuat itu (keren kan..hahahaha).
2 pria bule berbadan gemuk muncul di persimpangan. Mereka teman-teman Chris, "Hey...Chris", panggil mereka seolah ingin membantu.
Eun Sang panik, "Mereka pasti teman-temannya!". Kedua bule gemuk itu lari mendekat. Kim Tan berkata sepertinya mereka bukan orang-orang baik, "Pada hitungan ke-3...".
Belum selesai Kim Tan bicara, Eun Sang lebih dulu meraih tangan Kim Tan, menariknya untuk lari. 2 bule gendut itu mengejar, "Tangkap mereka", (yakin bisa nangkap???).
Kim Tan dan Eun Sang lari pelan, seperti lari pagi. Tak perlu membuang tenaga banyak, karena kedua bule gendut itu tak akan mungkin sanggup mengejar mereka. Kegedeaan perut sich..hahaha.
Eun Sang terus mengenggam tangan Kim Tan. Kim Tan menoleh ke belakang, "Kenapa kita lari?".
"Apa yang kau bicarakan?. Kau bilang pada hitungan ke-3...
Kim Tan menarik tangan Eun Sang untuk berhenti lari, "Aku ingin bilang padamu untuk ke berdiri di belakangku pada hitungan ke-3". "Mereka tidak bisa mengejar kita", ucapnya melihat 2 pria bule yang berlari mendekat.
Eun Sang panik, "Mereka datang". Kim Tan jalan mundur dengan santai, "Aku tahu sedikit karena aku pernah lari sebelumnya. Mereka sudah kecapekan".
"Aku akan membunuhmu", seru salah satu dari mereka dengan napas ngos-ngos'an.
"Kau bisa mengatakan itu saat kau sudah bisa menangkapku". ledek Kim Tan dalam bahasa Korea.
"Aku bersumpah aku akan membunuhmu!", seru mereka lagi. (Jangankan lari, ngomong aja susah).
"Aku tahu kau ingin membunuhku. Tapi aku sudah tua dan mati sebelum kau melakukannya", Kim Tan melambaikan tangan.
Eun Sang heran apakah mereka mengerti bahasa Korea?. Kim Tan yakin mereka tidak akan mendengar sekalipun ia bicara dalam bahasa inggris, "Aku ingin kau mendengar. Jadi kau tidak perlu takut".
Ponsel Kim Tan berdering. Ia berhenti sejenak untuk menjawab. Tertera nama Rachel. Kim Tan hanya memandanginya tanpa berniat menjawab. Kedua bule itu semakin dekat. Eun Sang panik, meraih tangan Kim Tan, "Sekarang bukan saatnya untuk menerima telpon".
Tanpa sadar Kim Tan menepis tangan Eun Sang, "Ini bukan saat yang tepat untuk apapun, sejak kemarin".
Eun Sang merasa tak enak hati, "Aku hanya....".
Kim Tan tersadar lalu bercanda, "Ini telpon dari pemesan narkoba. Mereka bertanya apa aku punya narkoba organik".
"Ayo pergi! Kita benar-benar harus pergi sekarang", Kim Tan meraih tangan Eun Sang, lari.
"Ya tuhan", keluh pria gendut, lututnya mereka terasa lemas tak mampu lagi mengejar.
Rachel berada di hotel, menanti Kim Tan menjawab telponya. Setelah lama menunggu, panggilan akhirnya di alihkan ke nada tidak aktif. Rachel meletakkan ponselnya ke meja, memandanginya dengan raut wajah sedih dan kecewa.
Tak lama kemudian, ponselnya berdering. Rachel tersenyum mengira Kim Tan menelpon balik. Senyumnya langsung hilang karena telpon itu bukan dari Kim Tan tapi dari ibunya. Rachel menjawab dengan wajah tidak suka, "Ya. Apa?".
Esther Lee bertaya apa Rachel sedang bersama Kim Tan saat ini. Rachel berkata ia sedang tidak bersama Kim Tan sekarang, dia sedang sekolah. Esther Lee ingin tahu apa yang Kim Tan katakan. Rachel balik tanya, "Tentang apa?".
"Kau tidak memberitahunya?. Tentang pernikahan ibu!", tanya Esther.
Rachel sinis, "Itu tidak penting. Tidak ada hal yang harus disombongkan". Tapi Esther minta Rachel tetap memberitahunya, "Young Do dan Tan... kau bilang mereka berteman baik".
"Mereka tidak berteman lagi. Aku tutup teleponnya", jawab Rachel malas.
Lanjut ke Sinopsis The Heirs Episode 2 Part 1
Komentar :
Kim Tan dan Young Do berteman baik?. Apa mungkin dulunya mereka sahabat!. Tapi kenapa sekarang Young Do tampak tidak suka jika mendengar nama Kim Tan. Kejadian dan hal apa yang membuat hubungan mereka memburuk????...
Terima kasih yang sudah berkunjung pada situs ini, sinopsis yang ada pada sinopdrama ini menceritakan secara detail sesuai dengan isi film drama tersebut. Jika ada kesalahan pada penulisan atau link error segera beritahu kami melalui komentar!
Selamat membaca!!!
0 Response to "Sinopsis The Heirs Episode 2 – 1"
Posting Komentar