Sinopsis The Heirs Episode 3 – 1

Sinopsis The Heirs Episode 3 Part 1

Eun Sang mencoba fokus menonton film, tapi ia sama sekali tidak bisa mencerna ucapan dari tokoh dalam film. Dengan mata terpejam Kim Tan menterjemahkannya dalam bahasa korea.


"Dia datang untuk memastikan bahwa dia tidak mencarinya. 'Untuk mempercayaimu, Aku perlu tahu siapa kau". 

"Kau tidak tidur?, tanya Eun Sang menoleh ke Kim Tan. 


Kim Tan membuka mata dan menegak-kan duduknya, "Tapi dia bertemu dengan seorang gadis tadi malam. Namanya Cha Eun Sang". 

Eun Sang heran, "Dari mana kau mengetahui namaku?". 
"Ada sesuatu yang dia tanyakan pada Cha Eun Sang. Apakah aku...", Kim Tan memandang Eun Sang lekat, "Mungkinkah aku menyukaimu?".

Eun Sang tertegun dengan pengakuan Kim Tan tersebut. Mereka menatap satu sama lain dalam beberapa detik. "Mungkin tidak", jawab Eun Sang lirih.

"Kenapa?". 

"Karena kau sudah bertunangan", jawab Eun Sang.
"Meskipun aku sudah bertunangan". 

Eun Sang terdiam cukup lama, bingung mau menjawab apa. Sampai akhirnya dia berkata, "Ini seperti sebuah film". Kim Tan menjawab sekarang kita ada di Hollywood, "Segala sesuatu bisa saja terjadi". 
"Benarkah?", tanya Eun Sang ragu. Lalu tersadar, "Kita ada di Hollywood?".
Giliran Kim Tan yang kaget, "Apa?".

Untuk membuktikannya, Kim Tan membawa Eun Sang melihat tulisan Hollywood yang terlihat jelas meski dari kejauhan. "Ini benar-benar Hollywood!. Sangat keren. Aku melihat itu di film-film!", seru Eun Sang takjub menunjuk ke arah bukit Hollywood dari tempatnya berdiri.

"Apa yang aku katakan di bioskop lebih keren dari itu", komentar Kim Tan heran.

Eun Sang sedikit melirik dan sengaja mengalihkan pembicaraan. "Aku selalu berjanji bahwa aku akan melihatnya saat aku ke Amerika". 

Kim Tan melipat tangannya, "Apakah aku sedang berbicara sendiri di sini?". 
"Benda itu mungkin terlihat dekat, tapi sebenarnya jauh, bukan?", guman Eun Sang

"Benda itu memang sudah terlihat jauh!", ujar Kim Tan, lalu terdiam menyadari maksud perkataan gadis itu. Menatap Eun Sang, yang di tatap hanya melirik tanpa berani menatap Kim Tan langsung.

Kim Tan menyuruh Eun Sang pulang kerumahnya dan mandi. Ia akan mengantar karena Eun Sang tidak bisa jalan kaki ke sana. Kali ini Eun Sang memberanikan diri menatap Kim Tan, "Aku tidak  akan pergi kesana".

Kim Tan heran, "Kenapa tidak? Aku akan mengantarmu ke sana".

Eun Sang berterima kasih atas semua kebaikan Kim Tan, tapi ia tak ingin terus menjadi beban dan menyusahkan. Eun Sang mengajak Kim Tan pulang agar ia bisa mengambil kopernya. "Kita harus lewat mana?". Eun Sang menunjuk kearah mana harus pergi.

Kim Tan diam memandangi Eun Sang. Terlihat jelas kalau ia kesal dengan perkataan Eun Sang. Kim Tan yang kesal jalan lebih dulu. Eun Sang jalan menyusul dan bisa mengetahui suasana hati pria itu.

Sesampainya di rumah, Kim Tan hanya diam memandangi koper Eun Sang. Eun Sang menatap Kim Tan sebentar lalu mengambil koper miliknya. Kim Tan melirik Eun Sang yang  mengangkat koper, lalu berdiri di hadapannya.

Sebelumnya Eun Sang meminta maaf, ia tahu hal ini akan merepotkan, tapi ia memberanikan diri bertanya apakah Kim Tan bisa mengecek lagi komentar di akun SNS-nya. Kim Tan diam tak menjawab, menatap tajam Eun Sang.

Eun Sang merasa tidak enak dan tahu diri, "Terima kasih untuk semuanya. Dah". Eun Sang siap mengangkat kopernya. Dengan cepat Kim Tan mengangkat koper itu lebih dulu dan membawanya masuk ke dalam rumah. 

Di dalam rumah, Kim Tan memeriksa ponselnya dan membaca balasan dari Chan Young. Kim Tan makin kesal, karena kebetulan Chan Young ada di Amerika dan siap menjemput Eun Sang. Chan Young meninggakan nomer ponsel dan minta Eun Sang segera menghubunginya. 
Eun Sang masuk kedalam rumah dan tanya dimana kopernya. "Kopernya rusak, apa yang terjadi?", tanya Kim Tan balik sembari memasukkan ponsel ke dalam saku celana. Eun Sang kembali bertanya dimana kopernya. Kim Tan menjawab di lantai atas, dikamarku. 
Mungkin Kim Tan menduga Eun Sang tak akan berani masuk ke kamarnya. Tapi diluar dugaan Eun Sang melangkah menuju kamarnya. Kim Tan buru-buru berdiri, jalan mendahului Eun Sang dan berkata, "Aku mau mandi. Jika kau ingin mengambil kopermu, ambillah sendiri". 

Kali ini Kim Tan berhasil mencegah Eun Sang. Kim Tan berhenti sebentar lalu berbalik, "Tinggallah di sini sampai temanmu atau siapapun itu meninggalkan komentar. Jadi kau bisa pergi. Aku mau mandi dulu".

Kim Tan melangkah masuk ke kamarnya. Eun Sang diam, tak bisa lagi menolak. 

Di dalam kamar, Kim Tan menemukan foto pertunangannya dengan Rachel di atas meja. Ada memo yang ditinggalkan Rachel tertempel di frame foto, "Aku makan siang sendirian. Ayo kita makan malam bersama".

Ponsel Kim Tan berdering, dari Sek. Yoon Jae Hoo. Jae Hoo menyampaikan pesan dari Presdir Kim bahwa Ayah Kim Tan memintanya untuk hadir pada pesta keluarga dengan para pemegang saham Amerika. Besok saat makan siang di sebuah vila perkebunan. Jae Hoo melihat jam tangannya dan yakin kalau Kim Won, kakak Kim Tan pasti sudah ada disana sekarang. 

Kim Tan tanya apakah Kim Won tahu kalau ia akan datang. Jae Hoo menegaskan ayah Kim Tan menginginkan dia pergi. Kim Tan ragu, "Tapi Hyung tidak ingin aku datang?". Jae Hoo berkata jika Kim Tan ingin tahu apa yang kakaknya pikirkan, Kim Tan harus pergi kesana dan menanyakan langsung. "Itu yang ingin aku sampaikan. Semoga beruntung". 

"Terima kasih", jawab Kim Tan lalu menutup telepon. Kim Tan menghela napas bimbang. Antara ingin pergi atau tidak. 

Bukannya Jae Hoo tidak tahu bagaimana hubungan Kim Tan dan Kim Won, tapi ia hanya menyampaikan amanat presdir Kim. 
Jae Hoo berbalik pergi. Bo Na melihatnya, "Abonim (Ayah mertua)", panggil Bo Na riang dan berlari menghampiri Jae Hoo, tersenyum manis. Jae Hoo menoleh ke kanan dan ke kiri, takut ada yang mendengar. "Panggil aku Ahjussi!, tegurnya, "Apa yang kau lakukan di sekolah saat liburan musim panas?". 

Bo Na menjawab kedatangannya ke sekolah untuk mempersiapkan festival film pendek . "Bagaimana dengan Ayah mertua?". 
"Aku ada sesuatu yang harus aku urus di yayasan . Panggil aku Ahjusshi", tegur Jae Hoo sekali lagi. 

Bo Na cemberut mendengar teguran itu, lalu mengeluh Chan Young pasti sangat bersenang-senang di Amerika. "Dia tidak meneleponku. Dia berbicara dengan gadis Amerika. Dia selingkuh".

"Benarkah?. Anakku benar-benar kurang ajar!", ucap Jae Hoo pura-pura marah, bermaksud memihak pada Bo Na. 

Tapi Bo Na balik marah, "Bagaimana bisa ayah menyebut pacarku seperti itu?". Jae Hoo tersenyum, "Kau harus mengawasi Chan Young!. Dia benar-benar menyukai perempuan", godanya. 
"Perempuan-perempuan itu yang lebih dulu menyukai Chan Young!. Ayah tahu Cha Eun Sang atau Cha Geum Sang atau siapalah. Aku tidak menyukainya! Jadi jangan bersikap baik padanya!", ucap Bo Na sewot, 

Memang hanya Bo Na yang bisa langsung tersenyum, setelah marah, "Hati-hati pulangnya, Abonim", ujar Bo Na menunduk hormat dengan anggun-nya dan berbalik pergi.

"Panggil aku Ahujssi", seru Jae Hoo mengingatkan. Bo Na menjawab, "Ahjussi itu Won Bin. (Yang membintangi film, 'Ahjusshi')", lalu berlari menaiki tangga. Jae Hoo tersenyum melihat tingkah pacar anaknya yang cute itu. 
Bo Na masuk keruang klub penyiaran. Hyo Shin menyapa, "Kau datang".  Disana ada 2 gadis disana. Bo Na kesal karena 2 gadis itu tidak memberi salam dengan formal, "Apakah kalian lupa memberi salam?", tegurnya,

"Annyeonghasimnika", ucap ke-2 siswa dalam bahasa normal. Hyo Shin senyum-senyum melihat sikap Bo Na. 

"Apa ini?", tanya Bo Na melihat lunch box dimeja. 
Kedua gadis itu meminta Hyo Shin memakan lunch box yang mereka bawa. Mereka mengaku bangun pagi-pagi untuk menyiapkan semua ini. Bo Na tersenyum sinis mendengar kebohongan ke-2 gadis itu. 
Lalu menunjuk makanan satu persatu. "Telur gulung ini dari Cheongdamdong, galbi jjim dari Bangbaedong. Pancake-telur dari Chongro, salad dan makanan penutup dari Itaewon. Jadi yang mana yang kalian buat sebenarnya?. Kalian bangun pagi untuk menyiapkan sendoknya?. Apakah kalian tahu berapa banyak orang yang ada di tim?. Bagaimana bisa kalian hanya membawa ini saja?"
"Ah. Benar-benar. Jadi seharusnya aku membeli stasiun penyiaran atau sesuatu untuknya", guman gadis baju putih kesal. "Ini hanya tim jurnalistik".

"Apa? Hanya tim jurnalistik?", seru Bo Na tidak terima. 

Gadis baju putih itu bilang ayahnya Presdir SBC. Bo Na membalas, "Ayahku Presdir Mega Intertainment. Kau ingin tahu apa yang terjadi jika agency Ayahku menarik semua selebriti dari SBC?". 

Gadis baju putih itu tambah kesal karena kalah telak. Temannya mengajak dia pergi. Bo Na kesal, semua orang menjadi baik jika itu menyangkut Hyo Shin. Bo Na mengambil makanan itu dan "Ini lebih baik", ucap Bo Na lalu memakannya. 

Bo Na tanya lunch box ini hadiah untuk apa?. Hyo Shin berkata untuk hari-ke 100 ku. Bo Na kaget, menoleh ke kanan dan ke kiri, tak siapa-siapa selain mereka berdua. "Dengan siapa?", tanya Bo Na menyelidik mengira Hyo Shin memiliki pacar rahasia. 

Hyo Shin tersenyum, "100 hari sampai ujian tiba". "Kau mengejutkanku", ujar Bo Na. 

Hyo Shin mengajak Bo Na duduk. Hyo Shin memberitahu produser kelas 10 mengatakan dia mau berhenti. Orang tuanya pasti sudah mengetahui dia masuk ke klub penyiaran. Bo Na berkata dia selalu takut jika menyangkul hal itu. "Tapi, Sunbae, Kau berhasil menyembunyikannya dari keluargamu selama 3 tahun". 

Sambil meminum vitamin Hyo Shin menjawab, "Aku tidak tahu apakah aku yang berhasil atau malah orang tuaku yang pura-pura tidak tahu". Bo Na merasa ini menyedihkan, ia lalu bertanya obat apa yang diminum Hyo Shin. Hyo Shin menjawab vitamin, "Kau akan membutuhkannya nanti. Tubuhku tidak sama lagi seperti saat berumur 18 tahun".

Hyo Shin tersenyum lalu berdiri. Bo Na nyengir, "Oh. My God". Obat yang diminum Hyo Shin itu benar-benar vitamin atau obat stress?. 

Kim Tan turun dari kamar, berpakaian rapih. Eun Sang tanya bagaimana dengan kopernya. Kim Tan mengalihkan pembicaraan dan berkata pergi ke Hollywood-nya lain kali saja, ia harus pergi ke suatu tempat sekarang.

Eun Sang ingin tahu apa terjadi?. Apa terjadi sesuatu?. Kim Tan minta Eun Sang jangan pergi ke manapun dan tinggalah disini sampai ia kembali. Eun Sang menolak, ia harus pergi karena sudah terlalu merepotkan dan menjadi beban bagi Kim Tan. 

Kim Tan marah, "Kau selalu mengatakan itu padahal kau tidak memiliki tempat tujuan. Jangan pernah berbicara tentang pergi lagi. Atau aku akan menjualmu", ancam Kim Tan. Eun Sang bengong menerima ancaman seperti itu.

"Hei guys!", tiba-tiba terdengar sapaan akrab dari lantai atas. Eun Sang dan Kim Tan menoleh, "Hey, Jay", sapa Kim Tan. Si Jay sudah keluar dari rumah sakit. Dengan mimik heboh Jay berkata, "Oh! Malaikat manisku ada di rumah ini?". Lalu meniupkan ciuman jarak jauh untuk Eun Sang. Eun Sang seperti merinding menerima tiupan itu. 

Kim Tan naik ke atas menghampiri Jay, ia ingin bilang kalau sore ini dia (Eun Sang). Jay memang tipe orang yang suka memotong pembicaraan dan heboh sendiri. Jay berkata tammy dan pacarnya ada disini. Mereka juga datang ke rumah sakit. Jangan khawatir tentang hal itu! Aku yang akan mengurusnya. Ngomong-ngomong kau mau kemana?. 
Tanpa menunggu jawaban, Jay turun ke bawah mendekati Eun Sang dan berkata, "Apakah malaikat manisku tinggal bersamaku?". Kim Tan kesal melihat Jay nempel-nempel gitu sama Eun Sang. Ia akhirnya mengajak Eun Sang pergi bersamanya. 

Mending ikut Kim Tan, dari pada tinggal dirumah berdua dengan bule ndak jelas macam Jay.

Kim Tan menempuh perjalanan panjang. Tampaknya mereka pergi keluar kota. Eun Sang tanya kemana Kim Tan akan pergi. Kim Tan menyuruh Eun Sang tidur saja jika lelah, perjalanan ini akan memakan waktu lama. 
Sepanjang perjalanan mereka diam, tanpa percakapan. Sesekali Eun Sang mencuri pandang ke arah Kim Tan. Begitu pula dengan Kim Tan yang sesekali melirik kearah Eun Sang, sambil tetap fokus menyetir. 

Ny. Han bertemu dengan teman-nya di lapangan tenis. Btw...kacamata Ny. Han unik banget nich. Ada bulunya gitu. Hehee. Teman Ny. Han tanya kapan Presdir Kim menceraikan istri sah-nya, Ny. Ji Suk. 

Ny. Han kaget di tanyai seperti itu, "Pelankan suaramu. Apakah kamu mau umumkan kepada semua orang ? Ada banyak telinga yang mendengarkan di sini !". 
Teman Ny. Han memberi saran, " Urusan membuat gugatan yang terbaik untuk bercerai adalah perselingkuhan. Aku mengenal beberapa photographer yang bisa mengambil foto X-rated yang bagus. Aku akan mengubungi mereka, jadi perintahkan mereka untuk mengukutinya". Teman Ny. Han mengirimkan nomor ponsel itu ke handphone Ny. Han.

Tapi Ny. Han berkata secara teknis aku adalah simpanannya. Teman Ny. Han berkata tetap saja Ny. Han melahirkan anak Presdir Kim. Perkataan itu membuat Ny. Han berubah pikiran, "Ah ....  kau benar !. Jadi apa aku harus menghubungi nomor ini?. 

Di ruang penyimpanan wine bawah tanah, Ny. Han menelpon detektif itu meminta padanya untuk mengikuti Ny. Jung Ji Suk. Ny. Han memberi informasi siang hari Ny. Ji Suk biasanya berada di galeri Apgujeong. "Ya! Urusan. Kau tahu apa maksudnya kan. Ya, foto-foto yang seperti itu...".

Ny. Han berbalik dan terkejut setengah mati ketika melihat punggung seseorang yang berdiri di depannya, "Oh, tuhan!, seru Ny. Han kaget. Park Hee Nam berbalik dengan gaya slow motion, bertemu pandang dengan majikan-nya. Ny. Han buru-buru menutup teleponnya.  
"Sudah berapa lama kau di sana?. Apakah kau menguping?", tanya Ny. Han panik. 

Hee Nam menulis di notesnya, lalu menunjukkan tulisan-nya pada Ny. Han, "Aku tidak menguping. Aku hanya tidak sengaja mendengar Anda".
Ny. Han protes, "Maksudku , Jika aku sedang menelpon, kau harus memberitahuku jika kau ada di sana!. Ini sudah sangat jelas bahwa aku memiliki percakapan rahasia".
Hee Nam menulis lagi, "Aku berdiri di sini dengan notebook ku, menulis ini. Jika anda beruntung, anda tidak akan tertangkap basah. Tapi, anda seharusnya menggunakan telepon sekali pakai untuk membuat panggilan seperti itu".   
"Telepon sekali pakai?. Hah, kenapa kau baru bilang sekarang?". 
Hee Nam ingin menulis lagi, Ny. Han mencegahnya. "Jangan menulis lagi. Jangan!. Jangan berani menulis, "Kau tidak bertanya", ancam Ny. Han kesal. Hee Nam pun mengurungkan niatnya menulis. 

Kim Tan dan Eun Sang sampai di perkebunan Almond Harmony. Eun Sang masih tertidur saat sampai. Lalu terbangun, "Apakah kita sudah sampai?". Kim Tan menitipkan kunci mobil pada Eun Sang, "Aku akan kembali".

Kim Tan turun dari mobil. Eun Sang tanya berapa lama Kim Tan akan di dalam. Kim Tan tidak tahu, "Aku mungkin di tendang keluar hanya dalam waktu 5 menit atau lebih dari itu. Berkelilinglah jika kau bosan. Tapi hati-hati dengan 1 orang". Eun Sang tanya siapa.  Kim Tan menjawab, "Orang yang berwajah paling dingin di sini". (Kim Won kah?).

Eun Sang bingung, "Paling dingin".  Kim Tan melangkah memasuki pekarangan.

Di perkebunan almond yang luas ini lah pesta di selenggarakan. Kim Won hadir disana sebagai tuan rumah, beramah-tamah dengan para tamu yang datang.
Kim Tan berhenti sejenak. Merapihkan jas dan membulat tekadnya. Meski tegang dan gugup, Kim Tan memberanikan diri melangkah mendekati kerumunan orang yang tengah asyik berpesta itu.

Salah satu dari yang tamu yang sedang berbicara pada Kim Won menunjuk kearah Kim Tan, "Siapa dia?". 

Kim Won menoleh kearah yang ditunjuk. Senyum-nya mendadak lenyap melihat adik tirinya berdiri tak jauh dari tempatnya berada. Beda dengan Kim Tan yang tampak senang bisa bertemu lagi dengan Hyung-nya.

Kim Won pamit pada 2 tamunya, dan jalan mendekati Kim Tan. Kim Tan tersenyum, "Hyung", sapanya ramah. Kim Won terus jalan melewati Kim Tan, "Ikuti aku", ucapnya dengan nada memerintah. 
Wajah Kim Tan berubah sedih. Sungguh sebuah penyambutan yang tidak bersahabat sama sekali. 

Eun Sang iseng jalan-jalan di sekitar kebun almond. Ia mendengar langkah kaki dan menarik diri bersembunyi di balik pohon. Dari tempatnya berada, ia bisa melihat Kim Tan datang bersama seorang pria. Ia bisa melihat jelas wajah Kim Tan, tapi tak bisa melihat wajah dari pria yang sedang bicara dengan Kim Tan.

Kim Won berbalik dan menatap Kim Tan dengan tatapan dingin. "Lama tidak bertemu, Hyung", sapa Kim Tan membuka pembicaraan. Dengan dingin Kim Won mengabaikan sapaan Kim Tan dan bertanya siapa yang memberitahu Kim Tan untuk datang kemari, apa sekertaris Yoon?.

"Bagaimana kabarmu?", tanya Kim Tan tersenyum. 
"Jadi dia menghubungi kamu?. Apakah kamu pikir kamu boleh berada di tempat seperti ini?",ucap Kim Won tajam.
"Kenapa tidak? Kau ada di sini", jawab Kim Tan. "Aku tidak peduli apa yang kau katakan, sekarang karena aku sudah melihatmu...". 

Kim Won memotong dengan cepat, "Inilah sebabnya kenapa anak-anak sering membuat masalah. Bagaimana bisa kau memutuskan untuk datang hanya karena kau ingin menemui seseorang.  Kau bahkan tidak menyadari apa arti dari kedatanganmu ini".

"Sudah 3 tahun. Aku sudah lebih tinggi", ucap Kim Tan tersenyum berharap mendapat pujian dari kakak-nya. Tapi bukan pujian yang Kim Tan dapat melainkan perkataan tajam yang menusuk hatinya "Itu saja?. Itu saja yang kau dapatkan di Amerika. Kau harus berhenti. Kau sudah melewati batas yang semestinya. Pergilah". Kim Won pergi. 

Kim Tan kehilangan kata-kata, terluka dengan ucapan tajam Kim Won tersebut. Baik dulu ataupun sekarang perlakuan Kim Won tidak pernah berubah. Selalu dingin dan menganggapnya tidak pernah ada. 

Eun Sang yang mendengarkan dan melihat semuanya, menatap Kim Tan iba. Nasib mereka sama, diacuhkan oleh kakak mereka. Kim Tan menunduk, sorot matanya memancarkan kesedihan yang mendalam.

Eun Sang terkejut karena tiba-tiba air penyemprot perkebunan otomatis menyala. Kim Tan terpaku di tempatnya seakan tidak menyadari air yang mulai membasahi bajunya. Terpaan sinar matahari membuat air tampak berkilauan.

Meski awalnya ragu, Eun Sang perlahan mendekati Kim Tan, berdiri tepat di hadapannya. Perlahan Kim Tan mengangkat wajahnya, sedikit terkejut dengan kemunculan Eun Sang. 

"Apa kau kau baik-baik saja?", tanya Eun Sang khawatir. 

"Aku tidak baik-baik saja", jawab Kim Tan jujur, tidak ingin berusaha terlihat kuat di depan gadis yang ia sukai.

"Kau bisa basah", ujar Eun Sang

"Kenapa kau menguping?", tanya Kim Tan. 

"Jika kamu dalam bahaya ... aku akan menghitung 1,2,3 ....meraih tangan mu .... dan lari bersama kamu".

"Lalu kenapa kau tidak melakukannya?. Aku berada dalam bahaya tadi. Kenapa kau tidak menyelamatkanku?", tanya Kim Tan serius dengan mata berkaca-kaca. Lalu pergi dengan langkah gontai, meninggalkan Eun Sang.

Sekarang giliran Eun Sang yang terpaku di tempatnya, tak meyangka Kim Tan akan menanggapi perkatannya dengan serius. Ia menatap punggung Kim Tan yang menjauh. 

Dalam perjalanan kembali pulang, Eun Sang terus memandangi Kim Tan yang diam saja sejak tadi. "Apa?", ucap Kim Tan akhirnya menyadari dirinya di pandangi sedemikian rupa oleh gadis di sebelahnya.

"Tidak, hanya saja suasananya begitu tenang. Apakah kau mau mendengarkan radio?". 

Tanpa menoleh, Kim Tan minta Eun Sang melupakan apa yang dia lihat tadi di perkebunan. Eun Sang akan melakukannya sekalipun Kim Tan tidak minta, "Lagian aku akan pergi. Eun Sang menatap ke luar jendela, "Semuanya cuma mimpi. Mimpi musim panas yang akan hilang saat bangun tidur". 

Ucapan itu membuat Kim Tan memandangi Eun Sang lama, sadar kalau gadis itu akan segera pergi. Kim Tan terus menatap Eun Sang hingga tak menyadari ada bebatuan besar di depannya. Saat Kim Tan melihatnya, jaraknya sudah dekat. 

Reflek Kim Tan membanting stir ke kanan dan mengulurkan tangannya di depan bahu Eun Sang, agar gadis itu tidak terluka ataupun membentur dashboard mobil. Tabrakan berhasil di hindari tapi mobil Kim Tan kini memasuki daerah berpasir.

"Kau tidak apa-apa?", tanya Kim Tan setelah mobil berhenti dengan sendirinya. 

"Ya", jawab Eun Sang syok. "Apa itu?".

"Batu longsor", jawab Kim Tan. "Hal ini sering terjadi di sini.

Kim Tan berusaha memundurkan mobil, tapi ban mobil belakang terperosok masuk ke dalam pasir hingga menutupi setengah dari bagian ban. Eun Sang panik, "Apa yang terjadi. Mobilnya rusak?". Kim Tan menyuruh Eun Sang tetap di dalam mobil, sementara ia akan berusaha, "Kita akan berada dalam kesulitan saat matahari terbenam".

Kim Tan keluar melihat kondisi mobil, dan melihat tangki bensin yang bocor karena terhantuk batu. Eun Sang ketakutan berada dalam mobil sendirian, "Bagaimana ini? Ini seperti adegan pertama dalam film horor".  (Aish..kebanyakan nonton film horor sich).

Eun Sang menyusul keluar ketika Kim Tan sedang menelpon. Panggilan tak tersambung karena ponsel Kim Tan tidak menerima sinyal. Eun Sang bingung bagaimana sekarang?. 
"kamu tidak bisa mengemudi, kan?", tebak Kim Tan. 
Eun Sang bengong, "Apa?". 

Inilah maksud Kim Tan, karena Eun Sang tak bisa mengemudi, maka gadis itulah yang harus mendorong, sementara Kim Tan yang menyetir. Hm...kasihan Eun Sang, segenap tenaga Eun Sang keluarkan untuk mendorong mobil. Tapi ban mobil tak juga keluar dari pasir.

Kim Tan minta Eun Sang mendorong lebih keras lagi. Tapi usahanya Eun Sang sia-sia, mobil benar-benar mogok karena kehabisan bensin. "Apa yang kita lakukan sekarang?", guman Eun Sang kelelahan dan panik.

Kim Tan keluar dari mobil, "Kita tidak punya pilihan. Kita harus menyerah sekarang. Bawa hal yang penting dalam tas seperti paspor". 
Eun Sang menepuk tasnya, "Semua sudah ada disini, tapi kenapa?".

Kim Tan berkata kita harus mencari tempat berlindung sebelum matahari terbenam. Itulah satu-satunya cari untuk meminta bantuan. Eun Sang kembali menghubungkannya dengan adegan film horor yang ia tonton, "Bisakah kita tinggal disini. Orang-orang selalu mati jika ke tempat yang salah dalam film!. 'Texas Chainsaw Massacre.' 'Friday the Thirteenth, ' 'Scream!' 'Hello Sydney.' Apakah kau tahu?", ucap Eun Sang dengan mimik lucu. 

"Jadi, kau tinggallah di sini', ujar Kim Tan lalu jalan lebih dulu.

Eun Sang teriak ketakutan, "Aku ikut! Orang yang tinggal sendirian yang akan mati!", Eun Sang lari menjajari langkah Kim Tan. 
"Jadi kita sudah tau akhirnya bukan?", celetuk Kim Tan

"Setidaknya seseorang harus tetap hidup untuk season ke dua", jawab Eun Sang jalan cepat mendahului Kim Tan. 

Tingkah lucu Eun Sang itu berhasil membuat Kim Tan tersenyum. Sesekali Eun Sang menoleh memastikan Kim Tan jalan di belakang-nya.

Eun Sang mengeluh lapar setelah mereka jalan cukup jauh. Ia tanya apa Kim Tan tahu arah jalan-nya. Kim Tan menjawab tak ada jalan lain (jalan satu arah). Tapi Eun Sang berkata bisa ini bisa saja menjadi arah yang berlawanan. Kim Tan bilang ia melihat rumah sebelumnya, dalam perjalanan kemari. 

Eun Sang teringat sesuatu dan mengambil bungkusan kaca almond dari dalam tasnya, "Aku membeli ini. Aku lupa". Kim Tan tanya apa Eun Sang hanya membeli satu. Eun Sang menjawab 2. Kim Tan mengadahkan tangannya. Eun Sang bilang satu untuk ibunya. Kim Tan menarik tangan-nya dan menyidir Eun Sang sangat boros. 
Eun Sang menanggapinya dengan senyum, dan memberikan kacang almondnya pada Kim Tan. Kim Tan sedikit jaga gengsi dengan bilang, "Ini bukanlah karena aku ingin makan, tapi karena....sudahlah", Kim Tan menghentikan ucapannya dan mengambil kacang almond yang ditawarkan Eun Sang.

Kim Tan mengatakan hal yang lain, "Pria yang kau mintai bantuan...". Eun Sang langsung menyambar dengan antusias, "Dia meninggalkan komentar?". Kim Tan kesal, "Aku belum selesai bicara".
"Selesaikan", ucap Eun Sang. 

Kim Tan tanya apa yang Eun Sang lakukan jika teman-nya itu menghubunginya. Pertama Eun Sang akan meminjam uang. "Kakaku mencuri semua uangku, jadi aku tidak memiliki uang untuk tiket pesawat".
"Aku bisa meminjamkanmu uang juga", tawar Kim Tan. 
Tapi Eun Sang tak mau, "Dengan ginjalku sebagai jaminannya? Aku tidak berani melakukan itu".

"Kau harus berani", ujar Kim Tan, dan Eun Sang menyahut, "Kau percaya padaku?".

Kim Tan memandangi Eun Sang lalu kembali jalan dan bilang kalau teman Eun Sang meninggalkan komentar. Eun Sang jadi semangat, "Benarkah?. Kapan?. Kenapa kau baru bilang sekarang? Pinjamkan ponselmu. Apakah kita bisa koneksi internet di sini?".

"Kita bahkan tidak mendapatkan signal. Tentu saja tidak ada internet", jawab Kim Tan. 

"Apa yang kita lakukan?", tanya Eun Sang setengah merengek. Lalu menujuk kearah depan dengan girang, "Hah. Lihat disana". Eun Sang tersenyum. Kim Tan bersikap datar dan jalan lebih dulu, Eun Sang sedikit merengut dan mengikuti Kim Tan. 
Kim Tan mendatangi bengkel mobil yang terletak di dekat motel. Pemilik pompa bensin berkata mereka tutup malam ini. Tempat lain juga tutup. Ia menawarkan diri membooking-kan kamar untuk Kim Tan. Dan berjanji akan menelpon mobil derek besok, pagi-pagi.

Kim Tan menoleh ke toko Souvenir, dimana ada Eun Sang sedang melihat-lihat. Perhatian Kim Tan jatuh pada kaos putih dengan tulisan I Love California.

Tak ada pilihan lain, akhirnya mereka menginap di motel yang disarankan oleh pemilik pompa bensin. Di dalam kamar, Eun Sang berusaha membersihkan noda yang menempel di bajunya. Tapi mana bisa hilang jika tidak di cuci. 
Tak lama kemudian, Kim Tan masuk melemparkan satu kaos ke arah Eun Sang. Eun Sang menangkapnya, "Apa ini?". Kim Tan berkata ia membelinya dari toko souvenir, "Pakai. Kita tidak bisa tidur dengan baju kotor".

Dengan cueknya, Kim Tan mulai membuka kancing kemeja-nya di hadapan Eun Sang, membuat gadis itu terkejut dan langsung berbalik. Dengan canggung Eun Sang berdehem, "Apakah kau ingin orang-orang berpikir bahwa kita pacaran?". 

Kim Tan berbalik membelakangi Eun Sang, "Jangan bermimpi", ujarnya tersenyum. Sembari tetap melepas kemeja dan memakai kaos yang baru ia beli. Eun Sang cemberut, merasa tidak nyaman dengan atmosphere di kamar ini.

"Gantil baju dan keluarlah. Ayo kita makan sesuatu", kata Kim Tan setelah selesai memakai kaos lalu keluar kamar.

Eun Sang menghela napas lega dan berguman, "Memalukan... Seharusnya aku mengintip". (Hah...wahahaha. Tadi kenapa pura-pura jaim. Wkwkwkw). 
Keduanya menikmati makan malam di cafe dekat motel. Menunya scrambled egg dengan sosis dan tambahan french fries. Kim Tan berkata ini adalah yang terbaik yang bisa mereka hidangkan, karena mereka sudah tutup. Eun Sang tak masalah ini lebih dari cukup, terima kasih.

Eun Sang takjub memandangi beberapa botol minuman yang terpajang di dinding bar. "Mereka juga mempunyai alkohol". Kim Tan tanya apa Eun Sang peminum. Dengan bercanda Eun Sang bergaya seperti peminum berat, "Apakah kamu tidak melihat tangan ku gemetar?".

Kim Tan geli, "Kau lucu".

"Apa kau baru tahu", sahut Eun Sang se-imut mungkin. 

Jawaban Eun Sang itu membuatnya semakin terlihat manis di mata Kim Tan. Eun Sang dengan lahap memakan scrambled egg-nya, sementara Kim Tan asyik memandangi wajah Eun Sang dari samping dengan mengulum senyum...(Ya ampun, oppa manis banget).

Eun Sang kembali canggung, di pandangi lekat seperti itu. Ia berdehem dan berkata, "Berhenti menatapku. Atau aku akan bertanya padamu pertanyaan yang membuatmu canggung". 

"Pertanyaan apa itu?", tanya Kim Tan menopang tangannya dan seakan tahu pikiran Eun Sang, ia berkata, "Seperti, siapa orang yang kulihat di perkebunan itu?, tebak Kim Tan yang di iyakan oleh Eun Sang. 

"Dia orang yang paling aku sukai di dunia", jawab Kim Tan, "Ada lagi?". 

Eun Sang sedikit terkejut dan penasaran, "Apa mungkin kau......sudahlah", jawab Eun Sang seakan tidak peduli.

Kim Tan berkata, "Aku tidak keberatan jika kamu menganggap aku seperti itu, tapi kamu jangan berpikir seperti itu tentang kakak-ku". 
"Oh, dia kakakmu...", lalu mendekati Kim Tan menyelidik, "Jadi , kamu suka saudaramu sendiri ...". 

"Hey", bentak Kim Tan tiba-tiba membuat Eun Sang melonjak kaget dan hampir jatuh dari kursi jika saja Kim Tan tak segera menangkapnya.

Kim Tan merangkul bahu Eun Sang, dan posisi mereka ini membuat mata keduanya bertemu, saling menatap satu sama lain. Lama...sampai Kim Tan berkata, "Bodoh". Eun Sang cemberut. "Apa?". 

"Kau bisa saja terluka", ujar Kim Tan tanpa mengalihkan pandangan-nya. 

Eun Sang kembali duduk di kursinya, "Itu salahmu!. Aku hanya bercanda".

"Kenapa mukamu merah?. Kau pasti punya pikiran yang kotor", goda Kim Tan. 

Eun Sang gelagapan dan ngeles, "Mukaku tidak memerah!. Itu karena aku tidak biasa makan pancake di Amerika'. (hahaha ndak nyambung banget jawabannya).

Kim Tan heran, "Pancake?". Eun Sang bilang dalam film-film Amerika, para tokoh makan pancake dengan sirup dan jus jeruk. Setidaknya itu terlihat sangat Amerika bagi Eun Sang. Bagi Kim Tan itu sangat kekanak-kanakan. "Aku tahu tempat pancake yang enak di Melrose Avenue. Ayo ke sana saat kita kembali ke L.A". 

Eun Sang tidak suka dan kembali menghubungkannya dengan film yang ia tonton,  "Ayolah. Jangan membuat janji! Orang yang membuat janji selalu mati!".

"Sudahlah. Menakutkan jika aku berpikir tentang hal-hal ini". Eun Sang menatap sosis di depannya, "Aku harus fokus pada sosis", ucap Eun Sang siap menyantap.

Kim Tan kaget melihat Eun Sang yang tiba-tiba agresif seperti itu, "Kau yang lebih menakutkan". 

Setelah makan, Eun Sang kembali ke kamar. Ia membentangkan selimut bersiap tidur di sofa. Kim Tan masuk dan berkata akan tidur di tempat tidur. Eun Sang menyahut tak maalah, Aku sudah senang bisa tidur di sini.

Kim Tan heran kenapa Eun Sang begitu optimis sekali, "Kau mengalami semua ini karena aku". Eun Sang berkata bagaimana menjadi kesalahan Kim Tan, itu karena batu yang jatuh. Eun Sang mengucapkan selamat malam dan membaringkan diri di sofa. Memejamkan mata dan tidur.

Suasana menjadi senyap, "Apakah kau sudah tidur?", tanya Kim Tan. Tak ada jawaban. "Apakah kau benar-benar sudah tidur?", tanya Kim Tan lagi. Kim Tan berdiri lalu membuat suara berisik dengan mengoyang-goyangkan telepon kamar, memukul meja dan menghentak kan kursi. 

Eun Sang sedikit melirik, tapi ia pura-pura mendengkur seperti orang yang terlelap. Kim Tan tau Eun Sang belum tidur, ia berdiri di depan-nya dan menendang kaki sofa "Kau tidak pintar berakting. Bangun. Aku ingin bertanya sesuatu padamu". 
Kim Tan duduk di meja, "Jika kau tidak bangun.....". 

Eun Sang langsung duduk tegak, "Apa?. Apa itu?". Kim Tan tanya kenapa Eun Sang ingin Jeguk Group bangkrut. Eun Sang semula bingung lalu menyadari sesuatu, "Apa kau membaca akun SNS-ku". Kim Tan balik tanya, "Kenapa? Kau login di ponselku".

"Kenapa kau melihatnya?. Log out sebelum aku marah", tuntut Eun Sang. Kim Tan penasaran kenapa Eun Sang ingin mereka bangkrut.

"Apa pedulimu", jawab Eun Sang. "Kau memiliki saham di Jeguk Group?".

Kim Tan diam sejenak tak menjawab, "Lupakan. Perhatikan aku sampai aku tertidur. Aku takut karena kau terus berbicara tentang film horor". Kim Tan bangkit dan menuju tempat tidur, "Tidurlah setelah aku tertidur. Itulah biaya kamarnya". 

Eun Sang protes, "Sebagai gantinya?. Kau bilang aku mengalami ini karena kau!". Kim Tan membaringkan badan-nya ke kasur, "Itu karena batu jatuh", jawabnya mengikuti perkataan Eun Sang tadi.

"Uh. Sial", guman Eun Sang kesal. Meski begitu ia mematuhi permintaan Kim Tan.

Dengan mata terpejam Kim Tan berkata, "Lihat saja, dan jangan berpikir melakukan sesuatu padaku". (Hahaha, seharusnya Eun Sang yang bilang begitu).

"Hey. Kau bukan tipeku sama sekali!", ucap Eun Sang sewot. 

Kim Tan tertawa, "Benar. Aku memerlukan waktu sebelum aku tidur", lalu berbalik membelakangi Eun Sang. 

Eun Sang berkata karena itu seharusnya ia yang tidur lebih dulu. Kim Tan bilang ia punya banyak pikiran. Eun Sang menyambung "Dan aku sangat mengantuk", seraya menguap lebar.

Kim Tan membuka mata dan tanya, kapan Eun Sang berencana kembali ke Korea setelah bertemu dengan teman-nya itu. 

"Secepat mungkin", jawab Eun Sang dengan mata setengah terpejam.

Kim Tan menghela napas, "Bagaimana jika... Aku....", ia berbalik menghadap Eun Sang dan melihat gadis itu yang sudah tidur dengan posisi duduk. 

Kim Tan bangkit dari tempat tidur dan langsung berlari saat melihat badan Eun Sang yang akan limbung jatuh ke samping. Dengan cepat tangan Kim Tan terulur, menahan kepala Eun Sang yang hampir saja terantuk pegangan kursi.

Soundtrack "Love is"...mengalun mengiri adegan ini. 

Kim Tan menatap dalam Eun Sang, perlahan menarik tangannya, dan membenarkan letak bantal untuk sandaran kepala gadis itu. Lalu membenarkan letak selimut dengan lembut dan duduk di meja memandangi Eun Sang yang tertidur. Lama, penuh perasaan. Sepanjang malam, mungkin. 

 


Lanjut ke Sinopsis The Heirs Episode 3 Part 2

Terima kasih yang sudah berkunjung pada situs ini, sinopsis yang ada pada sinopdrama ini menceritakan secara detail sesuai dengan isi film drama tersebut. Jika ada kesalahan pada penulisan atau link error segera beritahu kami melalui komentar!
Selamat membaca!!!

0 Response to "Sinopsis The Heirs Episode 3 – 1"

Posting Komentar