Sepulang sekolah, Young Do pergi kebengkel. Sepertinya ia ingin memodifikasi motornya menjadi motor balap. Pemilik bengkel tidak setuju, karena hal itu ilegal. Young Do tanya kenapa semua yang ingin ia lakukan ilegal. Pemilik bengkel berkata karena Young Do masih dibawah umur. Tapi Young Do punya jawaban, "Kalau kau melakukannya, aku bisa tumbuh dengan cepat".
Tak lama kemudian, Eun Sang datang mengantarkan pesanan ayam goreng. Ia menyerahkannya pada montir yang sedang bekerja di depan. Young Do yang berdiri di pojok dalam ruangan, melihat Eun Sang. Tapi Eun Sang tidak melihat Young Do dan langsung pergi setelah menerima uang bayaran.
Young Do memperhatikan kotak restoran ayam goreng itu, tersenyum penuh arti dan munculah ide di benaknya. Seolah menemukan mainan baru.
Beberapa menit kemudian, Eun Sang datang lagi ke bengkel yang sama dengan membawa sekotak pesanan baru ayam goreng. Eun Sang menyebutkan 16.100 won yang harus mereka bayar. Montir heran, bukankah tadi Eun Sang sudah mengantarnya, dan ayam goreng itu juga sudah mereka makan.
Eun Sang berkata ada pesanan tambahan. Ia mengira montir sedang bercanda dengannya, tapi kalian harus tetap membayar atas pesanan ayam goreng. Montir yang lain meyakinkan Eun Sang, "Kami tidak pesan!. Apakah kau yakin pesanan itu dari sini?".
"Aneh sekali!", guman Eun Sang lalu menelpon nomor pelanggan yang terakhir kali memesan. Panggilan tersambung, "Halo?. Anda memesan ayam untuk dibawa ke bengkel motor?"
"Ini nomormu?", Young Do jalan masuk ke bengkel.
"Hah?".
"Dibelakangmu?', kata Young Do.
Eun Sang berbalik ke belakang, dan mata Eun Sang melebar terkejut melihat Young Do. (Ow...ow..Is not good!).
Eun Sang berbalik ke belakang, dan mata Eun Sang melebar terkejut melihat Young Do. (Ow...ow..Is not good!).
"Ayamnya sudah sampai", ucap Young Do.
Eun Sang merasa tak enak hati dan meminta maaf pada montir. Young Do membayar tagihannya dengan menggunakan kartu kredit. Tangan Eun Sang bergetar saat menggesek kartu kredit ke mesin EDC. Eun Sang terus menunduk tanpa berani mengangkat wajah.
Eun Sang merasa tak enak hati dan meminta maaf pada montir. Young Do membayar tagihannya dengan menggunakan kartu kredit. Tangan Eun Sang bergetar saat menggesek kartu kredit ke mesin EDC. Eun Sang terus menunduk tanpa berani mengangkat wajah.
Young Do berkata ia harus mengeluarkan uang untuk mendapatkan nomor ponsel Eun Sang. Harusnya ia bertanya saja pada Rachel. Eun Sang mengatakan jangan sampai Young Do menelponnya, karena tidak akan di jawab. Eun Sang menyelesaikan proses pembayaran dan memberikan copyan bill pada Young Do.
"Kau menyimpan nomorku tidak?", tanya Young Do saat Eun Sang jalan berbalik. Eun Sang diam saja. Young Do melanjutkan, "Jika kau tidak akan menyimpannya, aku akan bertanya kenapa orang kaya baru bekerja. Padamu....".
Eun Sang tak menjawab, keluar dari sana dengan perasaaan langkah berat dan was-was. Satu lagi orang yang mengetahui kehidupan Eun Sang yang sebenarnya.
Kim Tan pulang kerumah dan melihat ayahnya sedang berjalan-jalan di halaman. "Aku pulang", ucap Kim Tan memberi salam. Presdir Kim menganguk. Kim Tan hendak masuk ke dalam tapi tidak jadi, ia tetap berdiri disamping ayahnya ragu-ragu.
Presdir yang tahu gelagatnya, tanya kenapa. Kim Tan berkata satu anak pulang, satu anak lagi pergi. Presdir Kim tersenyum, "Begitulah. Aku menyukai keduanya".
"Tapi, Hyung dan aku, sepertinya tidak menyukai ayah..", ungkap Kim Tan jujur
"Itulah nasib seorang ayah", ujar presdir Kim. "Sisihkan waktumu besok".
"Kenapa besok?", tanya Kim Tan.
"Kita perlu membuat anak yang pergi kembali", kata presdir Kim tanpa menerangkan lebih banyak.
Keesokan harinya. Hyun Joo merawat Kim Won yang sedang sakit. Kim Won terus memperhatikan Hyun Joo yang sedang meniupi bubur agar cepat dingin. Hyun Joo tanya apa Kim Won tak mau pulang kerumah, "Oppa harusnya ada di rumah saat sakit, bukannya di sebuah hotel seperti ini".
"Semuanya bahkan lebih menyedihkan di rumah. Para pelayan akan memasak bubur untukku. Setidaknya, aku bisa melihatmu di sini", ujar Kim Won.
Hyun Joo berdiri memeriksa suhu badan Kim Won, "Kedengarannya seperti kau sedang berpura- pura sakit".
Kim Won tersenyum tipis, "Kau tahu aku pura-pura tapi masih membawakan bubur?. Kau harusnya membeli sesuatu yang enak".
"Berhenti menyuruh-nyuruh aku. Aku juga butuh berkencan", ucap Hyun Joo. Kim Won sedih, "Kau kejam sekali pada orang sakit".
Hyun Joo tersenyum, "Oppa terlihat lunak karena sedang sakit. Jadi cepatlah sembuh".
Hyun Joo minta Kim Won segera makan buburnya, sudah mulai dingin. Kim Won memandangi Hyun Joo lalu menegakan duduknya. Belum sempat Kim Won menyentuh bubur itu, ketika ponselnya berdering.
Kim Won menjawabnya, "Apa?. Sekarang?. Kapan kau ditelepon?. 30 menit lagi aku tiba". Kim Won menutup telepon, minta Hyun Joo pulang sekarang, karena ia akan pergi.
Kim Won langsung bangun dari tempat tidur. Hyun Joo tanya apa ada masalah di perusahaan. Kim Won menjawab sepertinya begitu, sembari mencukur kumisnya yang tipis dan sedikit merapihkan rambutnya.
Hyun Joo memandang sedih Kim Won dan pada bubur yang belum sempat di sentuh sama sekali. Bubur yang dibuatnya untuk Kim Won, kini menjadi mubajir. Kim Won memilih pakaian, saat dia berbalik, Hyun Joo sudah tidak ada di tempatnya. Pergi tanpa suara.
Kim Won bergegas berganti pakaian.
Presdir Kim tiba di depan perusahaan bersama Kim Tan. Sekertaris Yoon Jae Hoo membuka pintu untuk presdir Kim. Kim Tan melihat sekitar, menghela napas menyadari kemana ayahnya membawanya pergi.
Pada Jae Hoo, presdir Kim tanya dimana Kim Won. Jae Hoo bilang Kim Won dalam perjalanan, "Dia tadi ke rumah sakit dan langsung ke hotel karena sedang sakit".
"Kalau dia sakit, harusnya dia pensiun saja, seperti aku", ucap presdir Kim dingin, sambil jalan tertatih.
Jae Hoo berkata ini hari sabtu. Presdir Kim tak peduli hari apa, ia menjalankan bisnis tanpa melihat hari. Kim Tan memanggil Jae Hoo pelan, "Aku pergi dulu". Jae Hoo bingung, "Sekarang?".
"Berhenti disitu", cegah presdir Kim.
Kim Tan protes, "Katanya kita akan bertemu Hyung". Presdir Kim bilang kita akan melihat Hyung Kim Tan disini.
"Tapi ayah tidak mengatakan kalau itu di perusahaan. Ini bukan....", tuntut Kim Tan.
"Ini bukan demi kakakmu", potong presdir Kim cepat. "Juga bukan demi dirimu. Ini adalah hal yang harus kalian berdua lakukan untukku. Selama kau hidup sebagai anakku dibawah Jeguk Group kau tidak punya hak untuk lari".
Jae Hoo melirik Kim Tan iba. Presdir Kim melangkah masuk ke dalam. Kim Tan mulai merasakan beban di pundaknya.
(Presdir Kim ingin menegaskan, suka atau tidak Kim Tan harus menerima takdirnya untuk menjalankan perusahaan suatu hari kelak. Bersama Kim Won tentunya. Karena mereka berdua adalah putra presdir Kim).
Presdir Kim, duduk menunggu di ruang meeting bersama Kim Tan dan Jae Hoo yang duduk tak jauh di sebelahnya. Para jajaran management dan dewan direksi belum tiba. Tak lama kemudian, para dewan direksi dan jajaran management berlarian memasuki ruangan, duduk di tempanya masing-masing. Salah satu direktur menyapa presdir Kim. Presdir Kim diam tidak merespon.
Direktur Jung menjadi orang yang terakhir kali masuk keruangan. Ia bahkan masih mengenakan pakaian casual, tanpa sempat berganti baju. Dengan dingin presdir Kim tanya, "Kau, masih belum berhenti berjudi golf".
Direktur Jung tersenyum lebar dan berdalih, ini bukan berjudi. Ini murni bisnis. Presdir Kim mencibir, "Bisnis apa?. Berikan laporanmu lebih dulu".
"Apa?", Direktur Jung kaget, para direktur kasak kusuk. Jae Hoo tersenyum tipis.
Kembali ke perusahaan. Para direktur mulai melaporkan hasil kerjanya pada presdir Kim. Salah satu direktur melaporkan hasil Konvensi JJ proyek Jeju yang direncanakan untuk putaran kedua 2014. Rencananya dibangun 30 lantai kamar tamu. Sebagai kandidat mereka memilih hotel Yoonyun.
Kim Won masuk keruang meeting melalui pintu belakang.
Alangkah terkejut dan marahnya dia melihat Kim Tan berada diruangan itu. Karena Kim Won sudah datang, Presdir Kim mengakhiri laporan dari para direktur.
Alangkah terkejut dan marahnya dia melihat Kim Tan berada diruangan itu. Karena Kim Won sudah datang, Presdir Kim mengakhiri laporan dari para direktur.
"Aku lupa. Jung Sang Moo dan Park Jung Moo sudah mengenalnya. Yang lainnya belum pernah melihat dia sebelumnya. Dia putra keduaku. Aku membawanya agar kalian mengenali wajahnya", ujar presdir Kim mengenalkan Kim Tan pada dewan direksi.
"Anak kedua. Jadi...?", seru direktur Jung kaget.
Meski berat Kim Tan berdiri, "Senang bertemu kalian. Aku Kim Tan", ucapnya mengenalkan diri, lalu membungkuk memberi salam pada mereka.
Para dewan direksi memuji Kim Tan sangat tampan dan mirip dengan presdir Kim. Mereka berkata presdir Kim pasti bangga memiliki putra setampan Kim Tan.
Kim Won menunduk, matanya memerah menahan marah. Tampak terpukul.
Kim Tan lalu menyapa direktur Jung Sang Moo dengan panggilan samchon (paman dari pihak ibu. Direktur Jung kakak dari Ny. Jung Ji Sung, istri ke dua presdir Kim.
Direktur Jung berkata ia hampir tak mengenali Kim Tan, "Kapan kau kembali?. Adikku tidak bilang apa-apa".
"Sejak kapan kau dapat berita soal urusan keluargaku?", sahut presdir Kim dingin, mendelik tajam. Membuat direktur Jung tidak enak, "Tidak, bukan begitu maksudku".
"Kalian bisa pulang. Kalian bisa menghabiskan waktu dengan keluarga kalian. Sebaiknya jangan bersenang-senang karena aku ijinkan kalian pulang awal", ucap presdir Kim mengakhiri meeting, disambut tawa dari para dewan direksi. Satu persatu mereka membubarkan diri meninggalkan ruangan.
Setelah mereka pergi, presdir Kim tanya bagaimana kabar Kim Won. Kim Won berkata ia tidak tahu jika ayahnya akan datang ke kantor.
"Aku tidak menyangka bahwa kau akan pergi dari rumah selama itu.", balas Presdir Kim. "Ayo pulang", ajak presdir Kim pada Kim Tan lalu berdiri, "Antar aku dan Tan pulang, sekertaris Yoon".
"Ya", jawab Jae Hoo lalu memberi hormat pada Kim Won.
Kim Won berkata Jae Hoo selalu kejam padanya. Dengan tenang Jae Hoo berkata aku akan kembali, lalu menyusul presdir Kim.
Tinggal Kim Tan dan Kim Won di ruangan itu. Untuk beberapa saat kedunya saling diam. Kim Tan membuka suara, "Jangan salah sangka. Aku tidak berencana kemari. Ayah mengajakku bertemu denganmu. Aku tidak tahu kalau akan dibawa ke perusahaan".
"Kapan kau pernah melakukan sesuatu yang direncanakan?. Kau tidak tahu apapun. Tidak pernah sengaja melakukan sesuatu. Tapi, coba lihat apa yang terjadi kalau kau bertindak tanpa tahu konsekwensi", serang Kim Won marah.
"Hyung benar. Tapi kenapa aku merasa ini tidak adil?. Terlepas dari apa yang aku tidak tahu, dari apa yang tidak aku lakukan. Aku harus bagaimana jika keberadaanku selalu mengganggumu", kata Kim Tan mengeluarkan isi hatinya yang mengganjal selama ini.
Kim Won diam, tak bisa menjawab. Kim Tan pamit pergi. Ini seperti sebuah teguran presdir Kim pada Kim Won karena telah meninggalkan rumah. Jika Kim Won terus membangkang entah apa yang terjadi nanti.
Dirumah, Ny. Han menemani Kim Tan makan. Kali ini hidangan yang tersedia di meja lebih banyak dari kemarin. Ny. Han ingin tahu apa yang dilakukan Kim Tan di perusahaan. Kim Tan mulai terlihat kesal, tapi ia tetap bersikap manis dan berkata tidak ada yang ia lakukan di kantor.
"Ayahmu bilang kau ikut dalam meeting", kata Ny. Han.
"Aku tidak melakukan apa- apa. Aku hanya melihat", jawab Kim Tan sembari menumpahkan air minum ke mangkuk nasinya.
Ny. Han senang, "Sama saja. Kau duduk di mana?. Tepat di sampingnya? Atau di samping orang yang ada di sampingya?".
Kim Tan diam, makan nasinya tanpa lauk. Ny. Heran kenapa Kim Tan makan nasi dengan air, ada banyak lauk yang bisa di makan.
"Aku ingin makan dengan cepat karena aku tidak mau mendengarkan Ibu", jawab Kim Tan pelan.
"Anak ini!", tegur Ny. Han. "Baiklah, Ibu akan bertanya padamu dengan cepat. Meeting apa itu?. Apakah Ayahmu menyuruhmu melakukan sesuatu?. Apakah dia meminta pendapatmu?. Siapa yang ada di sana? Apakah kakakmu ada di sana? Di mana dia duduk?", tanya Ny. Han memberondong banyak pertanyaan dengan cepat, dalam satu tarikan napas.
Kim Tan bete dan kesal, meletakan sendok dengan keras ke meja. Kehilangan selera makan, lalu pergi tanpa menyelesaikan makannya. Ny. Han tanya kau mau kemana. Tapi ia tak memperdulikan kemarahan anaknya. Ny. Han mengepalkan tangan, "Yes". Merasa ini adalah peluang baru untuknya.
Eun Sang dan ibunya menjemur berlembar-lembar sprei di halaman. Hee Nam menyuruh Eun Sang menjemur sendiri sisa sprei sendiri, ia akan masuk ke dalam memeriksa sup. Eun Sang mengangguk, dan menyelesikan sisanya.
Kim Tan lewat di halaman. Melihat kaki Eun Sang dan sosok bayanganya yang tertutupi jemuran sprei.
Eun Sang merenggangkan badan setelah menjemur semua sprei. Mendongak ke atas melihat matahari yang bersinar terik. "Cuacanya sangat bagus, sepertinya meledeki aku. Orang kaya baru pada siang hari. Pelayan pada malam hari. Mana ada hidup sejomplang itu?".
Eun Sang duduk di kursi. Merebahkan kepalanya dan tidur. Rasa lelah membuatnya bisa tidur di mana saja. Tanpa menyadari ada Kim Tan berdiri di balik jemuran mendengarkan semua yang dia katakan barusan.
Kim Tan duduk di depan Eun Sang. Memandang Eun Sang yang sedang tertidur dengan tatapan lembut dan dalam. (Huwaaaa...meleleh...meleleh...Oppa, you kill me!).
Kim Tan melihat plester di tangan Eun Sang yang terbuka. Ia berdiri di depan Eun Sang merekatkan plester itu kembali. Eun Sang bicara dalam tidurnya, "Ibu, lima menit lagi. Aku ingin tidur sebentar sebelum pergi kerja".
Kim Tan menatap miris, memandang wajah Eun Sang dan tangannya yang di balut plester. Bisa dibayangkan bagaimana kerja keras Eun Sang.
Beberapa saat kemudian. Eun Sang terbangun dan panik melihat jam di ponselnya. Eun Sang menarik napas lega, "Ya ampun, kukira sudah telat".
Eun Sang melihat dream catcher tergantung di tiang jemuran, yang berada di depannya. Eun Sang menyadari Kim Tan tadi ada disekitarnya.
Sementara itu Kim Tan tidur di ranjangnya, dengan padanganan kosong dan melamun. Terlihat sedih dan kesepian (sini oppa, ku peluk..hihihi!. Maunya).
Beralih ke Esther. Saat ini dia berada di hotel tempat Kim Won menginap. Esther jalan sembari mengecek ponselnya, seperti mengharapkan seseorang menelpon. Esther menutup ponselnya, dan ingat kejadian saat berciuman dengan Jae Hoo. Esther tersenyum, lalu membuang pikiran itu jauh-jauh.
Ponsel Esther berdering menerima panggilan masuk dari nomor tidak di kenal. Senyum tersenyum, "Akhirnya kau menelpon juga", gumannya mengira panggilan itu dari Jae Hoo. Ia hendak menjawabnya, tapi tidak jadi karena tepat pada saat itu Esther melihat Jae Hoo berada di depannya sedang bicara dengan pegawai hotel. Berarti panggilan itu bukan dari Jae hoo. Esther menjadi kesal, menutup kembali ponselnya.
Jae Hoo berbalik dan melihat Esther lalu jalan mendekati Esther yang cemberut. Jae Hoo berkata kita sering bertemu. Esther menyahut itu karena Jae Hoo sering ke hotel ini. Ia dengar Kim Won menginap di hotel ini.
"Dan kau sering datang ke hotel ini", sambung Jae Hoo.
"Jangan sarkastik begitu. Sebuah ciuman tidak memberimu hak berkata begitu". ucap Rachel.
Jae Hoo ingin pergi. Esther bertanya kenapa Jae Hoo tidak menelponya setelah kejadian itu. Jae Hoo balik tanya kenapa bukan Esther yang duluan menelpon. Esther bilang ia tak tahu nomor telepon Jae Hoo.
Jae Hoo : Tidak sulit dicari bagi seorang Presdir RS International (mencari tahu nomor teleponnya).
Esther : Tepat! Alasan apa yang harus aku katakan untuk mendapatkan nomor seorang sekretaris?
"Kalau begitu semoga beruntung. Semakin orang putus asa semakin mudah menemukan alasan", ucap Jae Hoo tersenyum lalu pergi.
Rumah dalam keadaan gelap saat Jae Hoo pulang. Jae Hoo menenteng belanjaan yang ia beli di supermarket. Beginilah menjadi single parent, belanja sendiri dan tidak ada yang menyambut kepulangannya. Jae Hoo melepas dasinya, sedikit tersenyum ingat pertemuannya dengan Esther tadi.
Jeguk High School. Eun Sang berada di ruangan guru menanyakan tentang beasiswa, ia ingin tahu apa dengan nilai bagus saja sudah cukup mendapatkan beasiswa.
"Kau pikir anak-anak di sini hanya menghabiskan uang dan bersenang-senang?. Mereka sudah mempersiapkan untuk Liga Ivy dengan tutor (guru privat) pribadi. Apakah kau yakin bisa bersaing dengan itu?", tanya Guru balik. (Galak banget gurunya!!!!)
(Liga Ivy = Ivy League sebuah asosiasi yang terdiri dari 8 universitas Amerika Serikat. Dimana ke 8 universitas itu adalah universitas-universitas yang paling prestisius di AS dan hampir selalu berada di peringkat teratas dalam daftar universitas top AS.
Meliputi : Universitas Brown, Universitas Columbia, Universitas Cornell, Universitas Dartmouth, Universitas Harvard, Universitas Pennsylvania, Universitas Princeton, dan Universitas Yale).
Guru memberikan Eun Sang formulir pembayaran, menyuruhnya untuk membayar biaya sekolah akhir minggu ini. Eun Sang mengira ia di bebaskan dari semua biaya sekolah. Guru berkata itu bukan bayaran uang sekolah, tapi biaya mata pelajaran tambahan yang dipilih Eun Sang.
"Kalau kau dibebaskan dari ini juga, maka tidak ada alasan bagi orang-orang itu memindahkanmu dari sekolah. Tenis, Golf, Tenis, golf, dan menunggang kuda. Salah satunya adalah wajib. Persiapkan kelengkapan dan bajunya segera".
Eun Sang melihat formulir pembayaran itu. "Kelas khusus semester 1 = 550.000 won".
Guru menambahkan lalu sampai kapan Eun Sang memakai pakaian kasual ke sekolah. Dengan kata lain guru menyuruh Eun Sang untuk segera memakai seragam.
Eun Sang keluar dari ruang guru dengan memandangi formulir bayaran itu. Saat melewati mading, ia melihat sesuatu yang menarik. Pengumuman perekrutan Produser klub penyiaran. Pria atau wanita dengan keuntungan sedikit uang beasiswa. Eun Sang tertarik, lalu mencatat nomor ponsel Hyo Shin.
Tak perlu menunggu, saat itu juga Eun Sang menemui Hyo Shin di studio penyiaran. Dengan mata berbinar-binar Eun Sang berkata, "Aku tahu bahwa kau memiliki banyak pelamar. Aku tahu bahwa anak-anak di sini mempersiapkan untuk Liga Ivy dengan tutor. Tapi aku hanya ingin tahu. Apakah beasiswa dibayar dimuka atau setelah itu?".
"Memangnya..kenapa?", tanya Hyo Shin.
"Aku butuh uang untuk membeli seragam", jawab Eun Sang jujur.
Hyo Shin tersenyum, "Kau butuh berapa?. Kau ingin masuk klub penyiaran karena uang beasiswa?".
Eun Sang tertawa, "Aku juga punya minat untuk ...".
Hyo Shin memotong, "Anggap saja kalau iya ..Berbeda dari rumor yang aku dengar. Kau sungguh tidak punya uang untuk beli seragam?. Aku kira kau orang kaya baru?".
Eun Sang berdalih baru saja membeli tas baru dan kelewat boros. Hyo Shin tanya, "Dan kau ingin aku untuk menerimamu setelah mendengar itu?". Eun Sang menyakinkan Hyo Shin dengan bilang bahwa ia baik dalam melakukan semua hal kecuali itu (boros).
"Bagaimana aku bisa tahu itu?".
"Karena aku tahu orang seperti apa dirimu, sungguh", puji Eun Sang setinggi langit.
"Wah..wah", komentar Hyo Shin.
"Kamu orang yang benar-benar baik. Baik dan lembut", tambah Eun Sang, "Apakah sunbae akan memberi aku kesempatan untuk tes?".
Hyo Shin tersenyum. Pertanda baik kah?.
Eun Sang jalan di koridor loker, minum air sambil melihat from pendaftaran yang diberikan Hyo Shin. Terdengar suara keras di tengah loker, dan di depannya para siswa bergerombol menyaksikan sesuatu.
Eun Sang masuk ke tengah lingkaran, ingin melihat apa yang terjadi. Alangkah terkejutnya dia begitu melihat Young Do dan kedua temannya sedang membully Joon Young. Young Do mendorong Joon Young berkali-kali, membuat Joon Young terus-terusan menabrak loker yang ada di belakangnya.
Posisi Joon Young yang terjepit disini, tapi Young Do bicara seolah ia yang disakiti. Young Do mencengkram kerah baju Joon Young, "Berhenti menyakiti perasaanku, Joon Young. Kau kira aku tidak tahu kalau kau melaporkan aku diam-diam?".
Young Do melepas cengkaramannya, "Selain melaporkan aku ke guru...Ayahmu menerima telepon sendiri, tapi yang menjawab telepon ayahku adalah sekretarisnya. Berapa kali harus kuberitahu padamu?. Kenapa kau terus membuat rahasia antara kantor sekretaris dan aku?".
Joon Young memandang Young Do takut-takut. Eun Sang marah melihat sikap kasar Young Do. 2 teman Young Do sangat menikmati permainan ini.
"Aku harus bagaimana lagi agar kau perhatian padaku?. Karena kalau tidak, aku harus melakukan ini padamu agar dilihat orang-orang", Young Do mendorong kasar kepala Joon Young berulang-ulang dengan telunjuknya.
Kim Tan ada disana. Berdiri di depan lokernya, seperti sibuk memeriksa isi dalam lokernya. Ia sengaja diam, tenang dan tak ingin terlibat.
Joon Young diam, menahan tangis, malu dan sakit hati. Melirik marah pada Young Do.
Plok...Young Do memukul kepala Joon Young, "Kau mau begini terus?. Tidak mau jawab?. Plok... "Tidak mau jawab?. Berhenti melotot".
Anak-anak merintih nyeri. Eun Sang tidak tahan dan ingin mengatakan sesuatu. Tapi Joon Young lebih dulu bertindak, mendorong Young Do menjauh.
"Jangan sentuh aku!. Aku tidak tahan lagi!", Joon Young memukul wajah Young Do menggunakan tasnya.
Anak-anak teriak nyeri. Kim Tan menoleh melihat apa yang terjadi. Lalu kembali sibuk sendiri.
Young Do meraba wajahnya yang sedikit mengeluarkan darah akibat sabetan tas Joon Young. Joon Young menatap marah. Young Do tersenyum dengan wajah marah dan berkata, "Kenapa kau malah memperburuk suasana?. Kau mau mati?".
"Aku tidak akan tinggal diam lagi sialan!", teriak Joon Young murka. "Sebentar lagi aku pindah. Aku tidak takut apa-apa lagi. Kubunuh kau".
Joon Young menyerang Young Do, tapi Young Do dengan cepat membanting Joon Young ke lantai dengan jurus taekwondo yang ia kuasai. Benar-benar keras hingga Joon Young meringis kesakitan. Anak-anak teriak nyeri. Pembullyan nyata yang terjadi di depan matanya membuat Eun Sang syok.
Young Do bak banteng yang sedang mengamuk. Young Do berbalik dan melihat Eun Sang yang menatapnya. Belum cukup sampai disitu, Young Do dengan sengaja menginjak pundak Joon Young.
Eun Sang meringis seperti ikut merasakan sakit. Young Do menatap garang Eun Sang, "Harusnya kau menahannya sedikit lebih lama. Aku akan menantikan....apa yang akan terjadi padamu".
Eun Sang gemetaran ketakutan, seperti akan menangis. Dengan jelas Young Do mengancamnya.
Setelah puas, Young Do pergi di ikuti 2 pengawalnya. Satu persatu anak-anak membubarkan diri tanpa ada yang berani menolong ataupun sekedar bersimpati dengan Joon Young.
Eun Sang segera mendekati Joon Young, membantunya bangun, "Kau tak apa?.
Kim Tan menoleh mendengar suara Eun Sang.
"Mau minum?", Eun Sang menyodorkan botol minumnya ke Joon Young.
Kim Tan dengan cepat membuang botol minum itu, menarik Eun Sang berdiri, memepetkannya ke pintu loker.
Eun Sang marah, "Apa yang kau lakukan?. Aku ingin memberikan ini padanya".
"Kau tidak lihat apa masalahnya?. Jangan ikut campur". kata Kim Tan.
"Aku cuma tanya apa dia baik-baik saja. Bukan ikut campur", sangkal Eun Sang tidak mengerti.
"Kau lihat ada orang lain yang bicara dengannya selain kau?", tanya Kim Tan.
Eun Sang melihat kesekitar. Tidak ada satu orang pun yang berani bicara atau bahkan mendekati Joon Young.
Kim Tan melanjutkan, "Jangan pernah ada di pihak yang lemah di SMA Jeguk. Saat orang lemah di pihak yang lemah mereka tetap akan lemah". Kim Tan menatap Eun Sang yang diam tak lagi bersuara.
Rachel melihat mereka dari jauh. Perhatian yang ditujukan Kim Tan pada Eun Sang membangkitkan rasa marah di hatinya.
Dirumah, Rachel membuka laci mengeluarkan formulir kedatangan milik Eun Sang yang ia ambil paksa saat di pesawat. Ia menghubungi nomor ponsel Eun Sang berdasarkan yang tertulis di formulir itu.
Panggilan tersambung, "Halo?", jawab Eun Sang dari sebrang.
"Ini Aku. Kamu mengenali suaraku , kan?", balas Rachel, "Kembalikan name tagku saat aku masih bicara baik-baik. Aku tidak sesabar kelihatannya".
"Jika kamu menginginkannya, maka kamu datang dan ambil sendiri", jawab Eun Sang.
"Kau mau aku datang dengan Kim Tan?", tantang Rachel.
Eun Sang mengalah, "Kau dimana?".
Eun Sang duduk menunggu di lobby spa. Tak lama Rachel keluar dengan menggunakan bathrobe. Rachel tanya dimana name tagnya. Rachel balik tanya mana formulir kedatangannya.
"Dasar sombong", cibir Rachel. "Apa Chan Young tidak menjelaskan padamu soal rangking di sekolah?".
"Kalau iya kenapa?. Apa yang harus berubah?", tanya Eun Sang tak gentar.
"Sikapmu harus berubah. Kau Orang Kaya baru", sindir Rachel. "Aku tidak tahu bagaimana orang tuamu bisa kaya. Keluargaku sudah kaya sejak jaman kakek buyutku. Jadi jangan biarkan orang bicara soal kau dan Tan. Itu merendahkan kami".
"Aku juga maunya begitu", Eun San mengembalikan name tag Rachel, "Kembalikan formulirku".
Rachel mengambil name tag-nya. "Oh itu sudah kubuang", ucapnya santai tapi mengesalkan.
"Apa?".
"Di tong sampah bandara", ujar Rachel.
Rachel berdiri, "Bagus sudah kemari", ia membuka dompetnya, mengeluarkan 2 lembar uang 50.000 won, "Ini untuk ongkos pulang", lalu melempar uang itu ke meja dekat Eun Sang. "Jangan menolaknya. Ini artinya kau harus minggat". Rachel memasang wajah jutek lalu masuk ke dalam.
Eun Sang menahan kesal dengan penghinaan Rachel. Ia memandangi uang diatas meja, menahan marah seperti ingin menangis. Haruskah ia ambil uang itu yang sama saja dengan melukai harga dirinya. Atau tidak mengambil uang itu. Totalnya lumayan juga 100.000 ribu won (1 juta jika dirupiahkan).
Young Do berada di mini market dekat rumah Myung Soo. Saat ini dia sedang menelpon Myung Soo minta pada temannya itu untuk segera datang. Ia langsung menutup teleponnya.
Eun Sang berada di tempat yang sama, tapi tidak melihat Young Do. Setelah membayar minuman yang ia beli. Eun Sang langsung keluar, duduk di meja luar dan merebahkan kepalanya di meja, tidur.
Young Do yang berdiri di depan kaca jendela bisa melihat Eun Sang dengan jelas. Tersenyum melihat gadis itu lagi-lagi tidur di tempat yang sama, dengan posisi yang sama.
Young Do keluar membawa ramenya duduk di depan Eun Sang. Young Do mengamati Eun Sang sebentar, lalu memakan ramenya. Hanya satu kali suap, setelanya ia kembali mengamati gadis itu. Young Do menendang kaki meja, "Hey".
Eun Sang tak terpengaruh. Young Do menendang kaki meja sekali lagi, "Hey!". Eun Sang terhentak dan membuka matanya, tapi tidak merubah posisinya sedikit pun.
"Kenapa kau selalu tidur di sini?. Itu membuatku ingin melindungimu", ujar Young Do.
Eun Sang mengenali suara Young Do. Mengeryitkan kening cemas, tak berani mengangkat kepala.
Ponsel Young Do berdering. Tersenyum melihat nama layar di ponsel lalu menjawabnya. "Dari mana kau tahu nomorku?".
"Kau juga tahu nomorku", jawab suara dari seberang yang ternyata adalah Kim Tan.
Young Do mengulum bibir kesal, "Baik kita seri. Kenapa?".
"Ramyeon nya enak ?", tanya Kim Tan mengetahui Young Do sedang makan ramen.
Young Do perlahan menoleh. Melihat Kim Tan berdiri di seberang jalan menatapnya. Kim Tan melihat Eun Sang yang tidur di meja.
Lalu beralih menatap Young Do tajam, matanya merah seperti menahan marah. Eun Sang membuka matanya, semakin cemas. Dan senyum kecil kembali muncul di wajah Young Do.
END
Gak suka liat karakter Young Do yang jahat disini, terlebih lagi saat dia membully Joon Young. Ya ampun kejam banget. Ada ya, anak sekolah jahat seperti dia itu. Tapi Young Do lucu juga saat bersama Myung Soo dan menggoda Bo Na. 2 karakter yang nyebelin disini Rachel dan Young Do, entah kenapa mereka memiliki banyak kesamaan. Sepertinya cocok jadi pasangan. Hahaha...
Sampai episode ini, Kim Tan masih tenang dan belum menunjukkan sisi "Goo Jun Pyo"-nya. Tapi apakah dia bisa tetap bersikap tenang jika Young Do terus-terus'an memancing kemarahannya. Well, kita lihat nanti. Siapa yang lebih kuat Kim Tan atau Young Do.
Terlepas dari itu semua, tepuk tangan untuk semua pemain The Heirs, baik aktor maupun artisnya bisa membawakan peran mereka dengan baik. Kim Tan si pewaris tampan yang tampak kesepian dan menanggung beban.
Eun Sang gadis miskin, yang sering menangis tapi bisa juga keras kepala. Young Do yang jahat tapi kadang lucu. Rachel yang jutek, tapi terkadang kasihan juga melihatnya. Bo Na yang sering ngomel dan cemberut tapi tetap cute.
Chan Young yang selalu kalem dan tidak pernah marah. Kim Won yang dingin dan Hyo Shin yang tenang. Perbedaan karaker mereka membuat drama ini semakin hidup. Gak sabar dan gak sabar menunggu kelanjutannya.
Next episode ^^
Terima kasih yang sudah berkunjung pada situs ini, sinopsis yang ada pada sinopdrama ini menceritakan secara detail sesuai dengan isi film drama tersebut. Jika ada kesalahan pada penulisan atau link error segera beritahu kami melalui komentar!
Selamat membaca!!!
0 Response to "Sinopsis The Heirs Episode 6 – 2"
Posting Komentar