Kim Tan menarik Eun Sang keluar, tanya kenapa Eun Sang tidak menjawab telponnya. Eun Sang berkata ia sedang bekerja. Kim Tan menuntut penjelasan, kenapa Eun Sang pergi ke hotel Young Do. Tanpa bertanya, Eun Sang tahu siapa yang memberitahu Kim Tan.
Kim Tan tidak bisa menerima alasan Eun Sang yang pergi ke hotel Young Do demi Joon Young. "Dia bukan temanmu, kenapa kau harus peduli?". Eun Sang mengatakan Joon Young mengetahui kalau dia adalah anak pelayan, tapi Joon Young tetap merahasiakannya. Bagaimana mungkin ia tidak bisa pergi, jika temannya memohon seperti itu.
Kim Tan marah, "Sudah kubilang padamu, jangan terlibat!. Berapa kali kubilang padamu!". Mata Eun Sang berkaca-kaca, "Menurutmu, kenapa Young Do menggangguku?. Ini karena dirimu!".
Karena itu lah Kim Tan melakukan hal ini, "Karena mungkin terjadi sesuatu padamu karena aku. Aku mohon padamu. Tak bisakah kau membuatku tidak khawatir denganmu?. Tak bisakah kau tidak ikut campur?"
Eun Sang merasa frustasi, tak bisakah Kim Tan meninggalkannya sendiri. Sulit baginya untuk bertahan. Ia memiliki awal yang buruk di sekolah, dan Kim Tan membuatnya semakin buruk setiap hari, "Aku hanya ingin lulus dari SMA agar kehidupanku menjadi lebih baik saat usiaku 20 tahun!. Tapi, aku hanya tak tahu harus melakukan apa".
Kim Tan memberitahu apa yang harus Eun Sang lakukan, segera keluar dari rumahnya besok. "Kau tak bisa?. Kau ingin sekolah?. Kalau begitu, mulailah menyukai aku. Kalau bisa dengan sepenuh hatimu. Karena aku menyukaimu".
Eun Sang terpana sekaligus menahan tangis. Keduanya berpandangan sejenak. Kim Tan melanjutkan mulai sekarang ia akan mencampuri urusan Eun Sang di sekolah dan akan melanggar hak pribadi Eun Sang.
"Apa tak ada hal lain yang bisa kau lakukan?", tanya Eun Sang. "Aku akan pura-pura tidak mendengar semua ini".
"Kau mendengar semuanya. Kau tidak bisa pura-pura tak dengar", ujar Kim Tan.
Eun Sang berbalik pergi. Kim Tan menghalangi, "jawab dulu pertanyaanku". Eun Sang menatap Kim Tan, tak kuasa menjawab. Moment penting ini terganggu karena dering telpon yang berasal dari ponsel Kim Tan, dari presdir Kim. Kim Tan langsung menekan tombol reject tak ingin menjawab (Ih...ganggu aja dech!!!!).
Sedetik kemudian giliran ponsel Eun Sang yang berdering, dari Ny. Han (presdir Kim sama Ny. Han janjian nelpon ya, kok barengan gini).
Sedetik kemudian giliran ponsel Eun Sang yang berdering, dari Ny. Han (presdir Kim sama Ny. Han janjian nelpon ya, kok barengan gini).
Eun Sang hendak menjawabnya. Kim Tan langsung menarik tangan Eun Sang, "Jangan di angkat". Eun Sang berkata ini dari Ny. Han. Kim Tan tetap melarangnya.
"Kau mungkin punya pilihan, tapi aku tidak. Itulah perbedaan kita. Dan itulah jawabanku", ucap Eun Sang.
(Semakin jelas kalau Eun Sang juga menyukai Kim Tan, dia tak bisa langsung menolak ataupun menerima. Tapi Eun Sang tahu kalau mereka berbeda)
(Semakin jelas kalau Eun Sang juga menyukai Kim Tan, dia tak bisa langsung menolak ataupun menerima. Tapi Eun Sang tahu kalau mereka berbeda)
Tanpa banyak kata lagi, Kim Tan merebut ponsel Eun Sang dan menjawab telpon dari ibunya, "Ibu, ini aku. Kami sedang membicarakan masalah penting. Nanti aku akan menghubungi Ibu". Kim Tan langsung memutus sambungan telepon.
Eun Sang syok dan tidak percaya. Kim Tan berkata, "Kita akan atasi perbedaan kita. Sekarang jawab aku". Eun Sang minta ponselnya di kembalikan. Kim Tan mendesak jawab dulu pertanyaannya.
"Aku tidak tahu apa maksudmu"
"Aku menyukaimu. Bagian mana yang tidak kau mengerti?".
"Kembalikan ponselku.
"Setelah kau menjawabnya", desak Kim Tan.
Eun Sang tampak putus asa dan seperti ingin menangis. "Kembalikan ponselku! Kembalikan!. Kontrakku belum berakhir. Dan harganya sangat mahal. Aku juga harus mengirim SMS pada Ibu. Aku harus menelepon temanku. Kembalikan ponselku!".
Eun Sang tampak putus asa dan seperti ingin menangis. "Kembalikan ponselku! Kembalikan!. Kontrakku belum berakhir. Dan harganya sangat mahal. Aku juga harus mengirim SMS pada Ibu. Aku harus menelepon temanku. Kembalikan ponselku!".
Kim Tan menatap Eun Sang sedih, "Saat ini, aku bisa gila karena ingin memelukmu".
"Aku akan membunuhmu".
Kim Tan yang tak tahan lagi melihat Eun Sang sedih, langsung menarik Eun Sang kedalam pelukannya. Keduanya terdiam beberapa saat. (Ost time..."Love is moment...."
"Jangan menangis. Jangan bilang kau tidak menyukaiku. Katakan kalau kau akan memikirkannya. Kumohon", ucap Kim Tan pelan penuh perasaan.
Sebuah pengakuan tulus yang membuat Eun Sang menangis tanpa suara dalam pelukan Kim Tan.
Begitu pulang kerumah, Ny. Han langsung menempel pada Kim Tan, ikut masuk ke dalam kamarnya. Ny. Han bertanya apa terjadi sesuatu. Kenapa Kim Tan mengangkat telepon Eun Sang. Kim Tan menjawab, "Karena aku bersamanya?".
Ny. Han semakin heran, "Kau bersama dia?. Kenapa?. Kenapa kau bisa bersamanya".
"Aku menemuinya karena ada sesuatu yang harus kuminta darinya", jawab Kim Tan.
"Meminta apa?. Apa ada sesuatu yang dia punya tapi kau tidak?".
Kim Tan berkata, "Aku memukul seseorang di sekolah. Aku meminta Eun Sang agar tidak memberitahu Ibu".
Ny. Han kaget, "Apa?. Siapa yang kau pukul?. Apa dia lebih kaya dari pada kita?".
Ny. Han kaget, "Apa?. Siapa yang kau pukul?. Apa dia lebih kaya dari pada kita?".
"Ibu tidak mau tahu kenapa aku memukulnya?", tanya Kim Tan dengan wajah tidak suka.
"Harusnya ibu bertanya itu dulu?", tanya Ny. Han polos.
"Harusnya ibu bertanya itu dulu?", tanya Ny. Han polos.
Kim Tan menduga, ayahnya sudah mengetahui hal itu hingga menelponya. Ny. Han menyahut tentu saja, "Kau pikir ketua dewan sekolah (Ny. Ji Sung) tidak akan memberitahu ayahmu?".
Ny. Han ingin mengomel lebih panjang. Tapi Kim Tan langsung berdiri dan bilang akan menemui ayahnya. Ny. Han berpesan agar Kim Tan meminta maaf dan katakan saja kau sudah menyesal, mengerti?.
Ny. Han mengambil ponselnya dari saku baju, menelpon Eun Sang. Dengan raut wajah suram, Ny. Han tanya dimana Eun Sang sekarang.
Eun Sang di sidang Ny. Han. Ia Meremas kedua tangannya, seperti terdakwa yang tak berkutik di depan jaksa. Ny. Han marah kenapa Eun Sang diam saja, "Apa yang kau lakukan. Apa kau sedang melatih mengunakan hak "Miranda"mu (hak untuk diam)?. Katakan saja kenapa Kim Tan memukul anak itu!".
"Saya minta maaf, tapi saya rasa akan lebih baik Anda mendengar darinya (Kim Tan) langsung", jawab Eun Sang sopan.
Ny. Han bertanya ini karena Kim Tan tidak akan memberitahunya. Suara Ny. Han meninggi, "Siapa yang Kim Tan pukul?. Dari keluarga mana anak itu?". Karena Eun Sang diam saja, Ny. Han akhirnya tidak menanyakan hal itu lagi.
Sebagai gantinya Ny. Han ingin tahu kenapa Kim Tan yang menjawab telepon Eun Sang, "Berani sekali kau menyuruh Tan menemuimu?. Kau pikir masuk akal kalau kau dan Tan saling bertemu di luar sana?. Kau dan Ibumu tidak bisa tinggal di sini kalau kau bertingkah seperti itu. Kau mengerti?".
Eun Sang menundukkan kepala meminta maaf. Ny.Han kesal, memukuli dadanya yang terasa sesak. (Makanya Nyonya jangan marah-marah, ntar sakit darah tinggi).
Di ruang kerja, Kim Tan juga di tanyai ayahnya. Presdir Kim mendengar Kim Tan memukul putra presdir Choi. Kim Tan mengiyakan. Presdir Kim menanyakan alasan, kenapa Kim Tan sampai memukul Young Do.
"Ayah sudah terlambat untuk peduli", jawab Kim Tan. "Sebelum aku pergi ke Amerika dan saat aku di Amerika. Aku sudah banyak melakukan hal yang jauh lebih buruk. Tapi Ayah tidak peduli saat itu. Ayah selalu menutup telepon, dan bilang kalau Ayah sedang sibuk setiap kali aku menelepon".
"Aku memang sibuk menjalankan perusahaan", ujar presdir Kim.
"Karena itulah, hyung dan aku akan mendapatkan lebih banyak uang daripada kasih sayang ayah. Aku permisi".
Presdir Kim sedikit terkejut. Ia mengingatkan ibu Kim Tan adalah ketua dewan direktur yayasan sekolah, "Jangan pernah melakukan sesuatu yang membuat orang-orang membicarakanmu".
"Ibuku bukan ketua dewan direktur yayasan sekolah. Ibuku adalah wanita simpanan Ayah", bantah Kim Tan. "Selamat malam", Kim Tan menunduk hormat lalu pergi.
Ekspresi presdir Kim menunjukkan rasa terkejut, karena Kim Tan berani membantah perkataanya. Mungkin selama ini Kim Tan diam saja, dan selalu menurut. Tampaknya Kim Tan mulai muak dengan semua kebohongan ini. Hingga ia tak bisa berdiam diri lagi.
Kim Tan berdiri dipintu luar ruangan ayahnya. Merenung sesaat, seperti menyesal telah membantah ayahnya. Ketika jalan menuju tangga, Kim Tan melihat Eun Sang yang keluar dari kamar Ny. Han. Wajah Eun Sang tampak kesal.
Kim Tan tanya apa yang dilakukan Eun Sang dikamar ibunya. Apa ibunya mengatakan sesuatu. Eun Sang menjawab tentu saja. Kim Tan ingin tahu apa yang ibunya katakan.
"Aku mohon padamu. Bisakah kau tidak bicara dengaku di rumah?. Aku tak ingin terkena masalah lagi", ucap Eun Sang tanpa memandang wajah Kim Tan
"Chae Eun Sang", tegur Kim Tan.
Eun Sang yang tak ingin bicara lagi langsung pergi dari sana. Mengabaikan panggilan Kim Tan.
Kim Tan menyusul Eun Sang ke dapur dan bertanya apa yang dikatakan ibunya. Eun Sang diam, menuangkan air ke gelas. Hanya memandang Kim Tan sekilas. Kim Tan berkata jika ia meminta maaf atas nama ibunya, apa Eun Sang mau menerimanya. Eun Sang menghela napas kesal, "Bisakah kau pergi?. Aku takut Nyonya Han akan melihat kita".
"Kau benar-benar takut?. Kau mungkin saja gugup karena aku ada di sini", Kim Tan berusaha mengajak Eun Sang bercanda.
"Aku tidak bercanda", kata Eun Sang malas.
"Kalau begitu mari kita bercanda. Aku ingin membuatmu merasa lebih baik".
Eun Sang menunduk, "Sudah kubilang pergilah". Kim Tan heran pergi kemana, "Ini rumahku". Eun Sang mengalah jika Kim Tan tak ingin pergi, maka dirinya lah yang akan pergi.
Eun Sang berbalik pergi. Langkahnya terhenti saat Kim Tan berkata, "Kau pikir yang lainnya bukan bagian dari rumahku?. Semua tempat di sini adalah bagian dari rumahku. Kau tahu betapa senangnya aku karena kau berada di rumahku?".
Eun Sang sedikit tersentuh. Tapi ia menahan dirinya di depan Kim Tan. Mengucapkan selamat malam lalu pergi dari dapur. Kim Tan diam, setidaknya ia berusaha membuat Eun Sang merasa lebih baik. Meski wajah Eun Sang tetap saja kelihatan kesal.
Kim Tan masuk ke kamarnya. Merenung sesaat lalu merebahkan kepalanya ke bantal. Di atas tempat tidur ia menemukan sebuah buku bersampul warna hijau dengan judul, "Seperti saat kita tinggal bersama".
Sementara itu di kamar lain, Eun Sang tidak bisa memejamkan matanya. Ia mengenang kebersamaanya bersama Kim Tan. Dimulai saat di Amerika, ketika ia menghampiri Kim Tan di kebun almond. Saat ia hampir terjatuh dari kursi, dan Kim Tan menangkapnya yang membuat mereka berpandangan.
Eun Sang juga ingat saat Kim Tan tidur di pundaknya, ketika mereka berangkat sekolah bersama. Dan saat Kim Tan memeluknya tadi didepan cafe, juga perkataan Kim Tan, "Kalau begitu, mulailah menyukai aku. Kalau bisa dengan sepenuh hatimu. Karena aku menyukaimu".
Eun Sang lalu mengganti jam alarm di ponselnya dari pukul 5.00 am menjadi 4.30 am. Saat itu juga Eun Sang melihat postingan terbaru di akun SNS-nya. Kim Tan meng-upload foto buku bersampul hijau yang ada di tempat tidurnya. (Ya...ampun Kim Tan belum log out dari akun SNS Eun Sang).
"Seperti saat kita tinggal bersama. Selamat malam", bunyi postingan di bawahnya. Eun Sang menarik senyum kecil membaca kalimat itu. Meski senyum itu langsung lenyap berganti wajah sedih..
(Seperti saat kita tinggal bersama. Seperti saat Eun Sang tinggal di rumah Kim Tan di Amerika. Pas banget. Eun Sang lagi mikirin Kim Tan, eh Kim Tan-nya yang ngirimin kalimat itu. Klop!).
Eun Sang tiba di sekolah lebih pagi dari biasanya. Di luar dugaan, ternyata Kim Tan sudah lebih dulu berada di sekolah, duduk manis menunggunya di bangku taman. "Selamat pagi", sapa Kim Tan melambaikan tangan.
"Kau tahu ini jam berapa?", tanya Eun Sang tidak percaya.
"Sudahku bilang kalau aku akan melanggar privasimu. Aku bersungguh-sunggu kalau aku akan mencampuri urusanmu", jawab Kim Tan.
Kim Tan tersenyum menepuk sisi bangku yang kosong di sebelahnya. Sebagai isyarat minta Eun Sang duduk disana. Eun Sang duduk, "Aku sepertinya sudah memberitahumu untuk melakukan hal yang lebih bermamfaat" (dibanding mencampuri urusannya).
"Aku tidak mendengarnya", jawab Kim Tan enteng, dan dibalas Eun Sang, "Kau dengar".
"Aku tidak ingat", ucap Kim Tan ringan. Eun Sang diam seperti malas berdebat.
Kim Tan melihat sebotol air mineral dan kue yang dipegang Eun Sang, "Itu sarapanmu?. Apa satu saja cukup?", tanya Kim Tan membuat Eun Sang mendelik kesal padanya.
"Kenapa?. Kau pikir aku tidak akan pergi sekolah?", tanya Eun Sang dengan suara pelan.
"Aku berpikir banyak hal sepanjang malam", kata Kim Tan, lalu tersenyum dan mengacak sayang rambut Eun Sang, "Aku akan bertemu denganmu saat istirahat. Perhatikan guru dengan baik".
Kim Tan pergi, Eun Sang memandanginya kepergian Kim Tan dengan tatapan sedih.
Kim Won menemui Jae Hoo dihotel. Kim Won berkata Jae Hoo datang lebih awal dari biasanya. Jae Hoo bilang ada situasi mendesak di perusahaan, tapi sejak semalam Kim Won sulit di hubungi. Tidak menjawab telpon kamar, juga tidak menjawab panggilan di ponselnya.
Kim Won bilang ia keluar menemui seseorang dan meninggalkan ponselnya di kamar hotel. Ia tanya apa yang begitu mendesak. Jae Hoo mengatakan Presdir Choi Dong Wook meminta Kim Won sarapan bersama, "Aku harus memberinya jawaban dalam 10 menit".
"Dia pikir dia temanku?. Dia menelepon malam-malam untuk mengajak sarapan bersama?. Beritahu dia aku tak makan lagi', ucap Kim Won tidak suka.
Jae Hoo tertawa pelan, "Dia menelepon Anda lebih dulu. Kenapa Anda tidak menemuinya?". Kim Won balik tanya kenapa aku harus melakukannya. Jae Hoo bilang karena mungkin Kim Won akan bertemu dengan presdir Choi nanti.
"Apa yang kau bicarakan?. Apa ada sesuatu terjadi di Konvensi JJ?", tanya Kim Won.
Selanjutnya, Kim Won berserta para dewan direksi menghadiri rapat membahas konvensi JJ. Direktur Jung menerangkan dari awal, Konvensi JJ di Jeju adalah proyek besar dengan anggaran sebesar 2 triliun Won.
"Kalian semua sudah sarapan?", tanya Kim Won pada peserta meeting, memotong penjelasan direktur Jung.
"Aku belum sarapan. Langsung saja ke intinya supaya kita bisa sarapan. Apa masalahnya?".
Direktur Jung langsung diam, meski terlihat kalau ia kesal dengan sikap Kim Won yang dingin dan kaku. Jae Hoo angkat bicara, "Hotel Yoonyun (Union) akan menyewakan 20 lantai antara lantai 30 sampai lantai 50. Mereka ingin mengubah kontrak dari menyewa menjadi investasi".
"Jadi, kita akan memiliki 20 lantai kosong?", tanya Kim Won.
"Setidaknya itu ada 400 kamar. Kita perlu alternatif lain karena praktisnya itu sebuah hotel.", jawab direktur lain.
"Apa kita berhutang kepada mereka?. Apa yang membuat mereka berpikir kalau mereka bisa meminta hal ini?', tanya Kim Won dingin.
Direktur Jung berkata sepertinya Hotel Yoonyun mendapat investor dari Cina. Jae Hoo menambahkan tindakan mengeluarkan Hotel Zeus sebagai kandidat utama Jeguk Group, membuat hotel Yoonyun semakin yakin mengajukan perubahan kontrak itu.
Kim Won berkata sinis, mengibaratkan Hotel Yoounyun seperti wanita yang mengkhianati mereka setelah mendapatkan pacar Cina yang kaya. Ia memerintahkan dewan direksi untuk memperluas jaringan Hotel Zeus. Juga bukan peluang bagi perusahaan asing yang mungkin tertarik dan cari rekan bisnis yang memungkinkan.
Jae Hoo bertanya, "Lalu ajakan sarapan yang Anda batalkan pagi ini...".
"Biar tunggu sampai mereka menelepon lagi. Mereka akan bersikap sopan bila mereka lapar. Sebarkan rumor kalau Hotel Zeus juga ikut bergabung. Itu saja", Kim Won mengakhiri rapat, dan para dewan direksi membubarkan diri.
"Sepertinya kau akan tetap pergi". jawab Kim Won dengan nada cemburu lalu pergi.
(hahaha..Kim Won ini jelas cemburu. Tapi cemburu karena apa, karena Jae Hoo lebih mematuhi perintah presdir Kim atau karena ayahnya yang lebih percaya pada Jae Hoo).
Ny. Han merasa sakit kepala saat bangun tidur. Hee Nam berdiri di sampingnya, memberikan obat pereda sakit kepala. Sikap Hee Nam ini seperti ibu yang merawat anaknya. Setelah meminum obat, Ny. Han kembali mengeluh sakit kepala, sembari kembali berbaring.
"Makannya berhenti minum....", tulis Hee Nam di notesnya, seolah memarahi Ny. Han. Sejenak ia sadar kalau kata itu tidak pantas ia katakan pada majikan. Hee Nam terdiam., berhenti menulis.
Ny. Han yang melihatnya tanya kenapa, " Ahjumma?. Kau menulis sesuatu yang buruk?". Hee Nam gugup dan buru-buru mencoret tulisannya. Ny. Han jadi penasaran, ingin merebut notes Hee Nam, "Apa yang kau tulis?".
Hee Nam bertahan, tidak ingin menunjukkan notesnya. Keduanya saling tarik menarik, "Ahjuma. Dari mana kau mendapatkan kekuatan ini, hah?", tanya Ny. Han tidak percaya. Hee Nam memutar badannya, membuat Ny. Han jatuh ke ranjang.
Hee Nam membentengi dirinya dengan bantal. Ny. Han merasa tertantang, "Ah, Ahjumma!
Jadi kau ingin melawan?". Sekarang mereka rebutan bantal, "Berikan itu. Berikan padaku! Berikan!", kata Ny. Han ngotot menarik bantal.
Jadi kau ingin melawan?". Sekarang mereka rebutan bantal, "Berikan itu. Berikan padaku! Berikan!", kata Ny. Han ngotot menarik bantal.
Hee Nam mengeluarkan kekuatannya berusaha menarik kembali. Hingga akhirnya bantal sobek dan isinya berhamburan di ruangan itu.
"Kupikir ini dari bulu angsa. Ternyata bulu ayam. Bohong, aku ditipu", senyum Ny. Han hilang menatap tajam Hee Nam.
Hujan bulu pun berhenti. Ny. Han berguman sedih tidak bisa mengembalikan bantal ini sekarang, "Tapi melihat bulu ayam ini, membuatku ingin makan ayam dan bir". Pandangan Ny. Han menerawang membayangkan nikmatnya makan ayam.
"Aigo..Anda masih belum sadar juga", tulis Hee Nam di notes-nya.
"Apa yang kau lakukan, Ahjumma?" tegur Ny. Han. Hee Nam langsung ngibrit, keluar dari kamar itu. Ny. Han mengejar, "Apa yang kau tulis!".
LOL...dua ahjuma ini ada-ada aja tingkahnya. Calon besan..hahahhaha
*
"Senyuman selamat tinggal menyapaku di pagi hari. Kita bagaikan sinar matahari yag besinar di malam hari. Berjalan dalam tidur di malam hari. Pelan-pelan kita akan melupakannya seiring fajar. 'Kata-kata Manis' oleh Park Young Joon. Selamat makan siang Saya Lee Bo Na".
Suara siaran itu mengiringi langkah Eun Sang menuju klub penyiaran. Ada Kim Tan berdiri di depan pintu luar studio penyiaran. Eun Sang tanya apa yang Kim Tan lakukan disini. Kim Tan mendengar Eun Sang bicara dengan Hyo Shin, apa kau diterima.
Eun Sang masih tidak tahu hasilnya, Hyo Shin bilang tiak akan memberitahunya di telepon. Jadi Eun Sang datang kemari.
"Kau mau aku melobinya? Kami teman dekat", kata Kim Tan.
"Lobi apa?".
Bo Na keluar dari studio dan langsung berbalik ingin masuk ke dalam, begitu melihat Kim Tan. Disaat yang sama Chan Young datang, "Penyiar wanita Lee Bo Na", panggil Chan Young menghentikan langkah Bo Na.
"Aku bisa gila", guman Bo Na lalu berbalik kanan tersenyum pada Chan Young.
"Aku bisa gila", guman Bo Na lalu berbalik kanan tersenyum pada Chan Young.
"Terima kasih!. Tidak ada foto maupun tanda tangan", ujar Bo Na dengan gaya cute-nya.
Kim Tan seperti merinding melihat kemesraan pasangan itu, "Tolonglah!", ucapnya menatap mereka.
Eun Sang melihat kesempatan ini dan ingin pergi. Kim Tan menjulurkan tangan menghadang Eun Sang, "Kau pikir kau mau kemana?". Tapi Eun Sang menunduk, melewati tangan Kim Tan.
Eun Sang mendekati Chan Young, sebelumnya ia meminta maaf pada Bo Na. Eun Sang minta Chan Young memberitahunya, apa saja materi yang masuk dalam ujian tengah semester. Eun Sang mengisyaratkan dengan matanya, memohon Chan Young menyelamatkannya dari Kim Tan.
Chan Young mengerti, membawa Eun Sang bersamanya. Pada Bo Na ia ucapkan sampai nanti. Bo Na mendengus kesal, "Cha Eun Sang, daebak". Kim Tan juga kesal, memandangi kepergian Eun Sang.
Bo Na jalan melewati Kim Tan lalu berbalik, memanggil Kim Tan, "Hei, Kim Tan!. Aku benar-benar tak suka, kau mengikutiku seperti ini. Kau masih belum bisa melupakanku?", ucap Bo Na geer.
Melihat Bo Na yang geer seperti itu, membangkitkan penyakit jahil Kim Tan. "Sepertinya belum", jawab Kim Tan mengedipkan sebelah matanya (Huwa...so cute!!!!)
"Sudah kutebak. Hey Kim Tan!. Sekarang aku benar-benar bahagia dengan Chan Young".
"Kau dulu juga bahagia denganku. Kau sangat menyukaiku", ucap Kim Tan menggoda sambil menahan senyum geli.
"Sangat apa? Aku hanya menyukaimu sedikit", guman Bo Na pelan, seperti tidak yakin.
"Kau masih tetap imut, Lee Bo Na".
"Setidaknya kau masih punya mata. Siapa tahu kau berharap, aku tidak lagi menyukaimu".
"Tapi aku menyukaimu", goda Kim Tan (ya..ampun tatapannya itu bikin cewek geer).
Bo Na menanggapinya dengan serius, "Hei! Aku punya pacar!".
"Dia tidak boleh tahu!. Haish!. Benar-benar, tidak bisakah kau lupakan aku?", ucap Bo Na buru-buru pergi.
Kim Tan tersenyum geli, lalu berbalik melihat ke arah Eun Sang pergi. (Kim Tan tambah cute, kalo lagi jahil begini).
Chan Young tanya kenapa Eun Sang menghindari Kim Tan, apa terjadi kalian. Eun Sang berkata ada lebih dari satu alasan, "Aku putri dari pelayan dan dia itu tuan muda". Chan Young berkata, ayahnya menanyakan apakah Eun Sang baik-baik saja di sekolah. Eun Sang tersenyum getir, "Bahkan Ahjussi juga mengkhawatirkanku".
Eun Sang tanya apakah Chan Young ingat waktu mereka Smp, anak-anak lain bilang kalau Chan Young kaya karena ayahnya bekerja di perusahaan besar. Chan Young berkata ia baru tahu setelah sekolah di Sma Jeguk, "Ayahku bekerja di perusahaan besar. Tapi ayah teman sekelasku pemilik perusahaan besar".
Eun Sang berencana memberitahukan yang sebenarnya pada anak-anak, bagaimana sampai ia bisa pindah ke Sma Jeguk. Eun Sang tak ingin berpura-pura lagi menjadi orang kaya baru. Chan Young melarang, "Jangan. Berbohonglah hingga akhir, kalau bisa sampai kau lulus tanpa mereka mengetahui yang sebenarnya".
Eun Sang heran, apa benar Chan Young menyuruhnya untuk berbohong. Chan Young mengatakan Joon Young pindah hari ini. Chan Young langsung terdiam usai mengatakannya. Begitu pula dengan Eun Sang, terdiam dengan wajah sedih. Jika Eun Sang nekad memberitahu jati dirinya yang sebenarnya, bukan tidak mungkin nasibnya akan sama seperti Joon Young.
Dari kejauhan Eun Sang menatap kepergian Joon Young dengan sedih. Ia bahkan belum sempat mengucapkan terima kasih atas bantuan Joon Young (Bantuan Joon Young, yang tetap menjaga rahasianya).
Poor Joon Young, lebih baik pindah dari pada jadi sasaran bully terus menerus. Apa hebatanya sekolah di SMA bergengsi tapi hati tidak tenang.
Poor Joon Young, lebih baik pindah dari pada jadi sasaran bully terus menerus. Apa hebatanya sekolah di SMA bergengsi tapi hati tidak tenang.
Ye Sol dan 2 temannya datang, salah satunya adalah teman Young Do yang ikut membully Joon Young. Ye Sol mengenalkan diri pada Eun Sang, siapa tahu Eun Sang tidak mengenalnya. Ye Sol tanya apa yang Eun Sang lihat. Eun Sang menjawab tidak ada.
"Benar. Akhirnya dia pindah. Dia bertahan cukup lama", sahut Ye Sol.
Teman Young Do mengatakan sekolah akan menjadi lebih baik setelah Joon Young pergi, "Tak bisakah kita menyingkirkan semua Kelompok Peduli Sosial?".
Mendengar itu membuat nyali Eun Sang langsung ciut. Belum apa-apa, dia sudah mendengar pernyataan yang bernada ancaman. Apa jadinya jika Eun Sang benar-benar mengatakan bahwa ia bukanlah Orang Kaya Baru. Bakal jadi sasaran pembully'an selanjutnya.
Anak-anak orang kaya ini, apa hebatnya mengandalkan kekayaan orang tua dan menindas yang lebih lemah...pemikiran sempit.
Eun Sang jalan tanpa semangat menuju lokernya. Ia membuka loker dan mengambil buku pelajaran. Ponsel Eun Sang berdering menerima panggilan masuk, dari "Jangan jawab". Eun Sang terlihat ragu, dan memutusakan untuk tidak menjawabnya.
Tiba-tiba Young Do muncul di belakangnya, membuat Eun Sang melonjak terkejut, "Apa-apaan?".
Young Do mendekatkan wajahnya, "Jangan jawab apa?. Hatiku?"
Young Do mendekatkan wajahnya, "Jangan jawab apa?. Hatiku?"
"Minggir", ucap Eun Sang takut, lalu menutup lokernya.
"Aih... Sedihnya. Aku bahkan mentraktirmu jajangmyeon, dan kau menyimpan nomorku dengan 'Jangan jawab.' Apa itu?. Bisakah kau mengganti namaku, Teman?".
"Teman dari mananya?", protes Eun Sang.
"Kalau begitu kau ingin menjadi bunga?', tanya Young Do.
Eun Sang menyuruh Young Do minggir, ia harus masuk kelas. Young Do minta Eun Sang jangan begitu, "Aku jadi ingin tahu kau menyimpan nama Kim Tan dengan nama apa". Young Do mengadahkan tangannya, "Boleh aku pinjam ponselmu?".
Eun Sang mendengus kesal, merubah nama "Jangan jawab" menjadi "Choi Young Do". Young Do manggut-manggut melihatnya, "Aku tak bisa melakukan apapun tanpa menyebut nama Kim Tan".
"Puas", Eun Sang menunjukkan ponselnya.
Eun Sang berbalik pergi, Young Do berkata ia melihat nama Eun Sang di papan buletin sekolah. "Selamat". Eun Sang kaget dan tampak takut, "Namaku?. Kenapa?. Apa isinya?".
"Kenapa kau begitu takut?. Kau melakukan sesuatu yang salah?', tanya Young Do. (Abisnya, Young Do memberitahunya kaya gitu, siapa yang gak takut coba!).
Eun Sang diam. Bergegas berbalik arah, menuju papan buletin berada. Young Do memperhatikan Eun Sang pergi. Senyum kecil tersungging di sudut bibirnya.
"Oh. Aku berhasil", seru Eun Sang seakan tidak percaya.
Bo Na datang dan langsung komentar, "Daebak. Memangnya ini pantas dipasang di buletin sekolah?. Oh. Benar-benar. Sunbaenim kuno sekali".
Bo Na melepas pengumuman itu, di balik pengumuman itu ada secarik kertas lain tertempel dengan tulisan, "Seperti mimpi di musim panas...". Eun Sang terpaku melihat, mengenali kertas itu. Notes perpisahan yang ia tempelkan di sekolah Kim Tan di Amerika. Seperti suatu keajaiban notes itu bisa tertempel disana.
Bo Na berceloteh, "Jika aku jadi kau, aku berusaha sebaik mungkin untuk tidak menonjol. Kau berpura-pura jadi orang kaya baru".
Tapi Eun Sang seakan tidak mendengar celoteh Bo Na, matanya terpaku menatap papan buletin, membuat Bo Na menegurnya, "Hei!. Kau lihat kemana!".
Bo Na mengikuti arah pandang Eun Sang melihat notes itu dan mencibir, "Apa ini? Pecundang macam apa yang pacaran di sekolah?". (Eits..gak nyadar...Bo Na sendiri pacaran sama Chan Young di sekolah).
Eun Sang tak menanggapi perkataan Bo Na, pandangannya tak lepas memandangi notes itu, antara rasa tidak percaya dan takjub notes itu bisa sampai kesini.
Kemudian Eun Sang menemui Kim Tan dengan membawa notes itu. Ia melihatkan notes itu pada Kim Tan, bertanya bagaimana Kim Tan bisa melihat notes ini, diantara banyaknya brosur-brosur lain yang tertempel dimading.Kim Tan diam, melihat notes itu sejenak, lalu memandang Eun Sang.
Diamnya Kim Tan ini membawa kita flashback sejenak saat Kim Tan berdiri di depan mading sekolahnya di Amerika. Awalnya Kim Tan memang tak melihat dan pergi dari situ. Tapi Kim Tan kembali, seperti melihat sesuatu yang lain diantara brosur-brosur yang tertempel. Notes itu terlihat menonjol karena menggunakan huruf hangul (tulisan korea).
Kim Tan melepas dan membaca tulisannya, "Seperti mimpi di musim panas. Aku akan menghilang seperti mimpi semalam". Kim Tan menyadari itu adalah pesan perpisahan yang ditinggalkan Eun Sang.
Kembali ke masa kini. Kim Tan bertanya apa itu. Eun Sang takjub, "Hebat sekali. Bagaimana bisa kau menemukannya?".
"Kau tak pernah menelponku balik, padahal aku sudah memohon padamu. Dan kau meninggalkan pesan seperti itu?', tanya Kim Tan.
Eun Sang tersenyum tipis, "Aku tidak mengira kau benar-benar melihatnya. Kenapa kau ingin aku meneleponmu?". Kim Tan berkata butuh waktu lama untuk membuat Eun Sang menanyakan hal itu. Karena ada sesuatu yang ingin Kim Tan tanyakan. Eun Sang tanya, "sesuatu apa itu?".
"Kau dimana?.....Kau dengan siapa?....Kapan kau pergi?.....Haruskah kau pergi?...Jangan pergi....Tetaplah bersamaku.....Aku merindukanmu", jawab Kim Tan menatap dalam Eun Sang
Eun Sang tersentuh. Kehilangan kata-kata.
(Huwaa...cewek mana yang gak klepek-klepek menerima pengakuan seperti ini).
Dari kejauhan, Rachel berdiri memandangi mereka dengan tatapan geram. Saat itu juga Hyo Shin kebetulan lewat. Ia merasa penasaran melihat Rachel yang berdiri mematung melihat sesuatu. Hyo Shin berdiri di samping Rachel, dan mengikuti arah pandang gadis itu.
"Kau pasti kesal sekali". ujar Hyo Shin melihat Kim Tan bicara berdua dengan Eun Sang.
"Sangat", ucap Rachel geram.
"Baguslah, pasti seru untuk dilihat", ujar Hyo Shin tersenyum santai sembari meminum suplemen herbal-nya.
Rahcel menghela napas, menahan kesal.
Kim Tan berkata kepulangannya ke Korea bukan karena Eun Sang, tapi Eun Sang adalah salah satu alasan yang membuatnya ingin pulang ke Korea. Eun Sang diam, kembali tersentuh.
"Kau masih mempertimbangkannya (jawaban)?", tanya Kim Tan
Eun Sang berkata ia harus masuk kelas sekarang, lalu berbalik pergi membelakangi Kim Tan. Kim Tan tanya apa Eun Sang tahu dimana kelasnya.
"Aku tahu", jawab Eun Sang pelan, terus jalan tanpa menoleh.
"Oh ya? Kelas Etika di ruang A-301", ucap Kim Tan memberitahu arah yang benar. Yang ternyata berada di arah yang berlawanan.
Eun Sang memutar badan. Dengan menundukkan wajah, jalan cepat melewati Kim Tan.(Hahaha..malu nich ye!!!). Dan Kim Tan pun memandangi perginya Eun Sang.
Hyo Shin dan Rachel masih berdiri disana mengawasi. Hyo Shin tanya, apakah ia perlu memukul Kim Tan. Rachel bilang akulah yang seharusnya memukuln Kim Tan. Rachel tanya kenapa Hyo Shin tidak belajar, sebentar lagi ujian. Hyo Shin mengaku bahwa ia adalah murid yang malas dan bandel.
"Setidaknya kau akan tetap sehat", ucap Rachel menunjuk pada suplemen herbal yang diminum Hyo Shin.
"Tunggu saja sampai tahun depan. Tubuhmu tidak akan sama lagi seperti saat kau berumur 18 tahun", ujar Hyo Shin.
"Apa aku tersenyum", tanya Rachel tanpa sadar.
"Ya. Dan sangat cantik. Kurasa dia juga melihatnya", Hyo Shin menggerakan kepalanya ke arah ke arah Kim Tan yang sedang memandang mereka dari jauh.
Dari tempatnya berada, Kim Tan minta Rachel untuk tetap disitu, "Kita perlu bicara".
Kim Tan dan Rachel bicara berdua. Rachel kaget dengan pengakuan Kim Tan. Ia menyuruh Kim Tan untuk mengatakanya sekali lagi.
"Aku menyukai Cha Eun Sang", ungkap Kim Tan.
"Akhirnya kau mengakuinya, Kim Tan. Lalu? Apa yang kau ingin aku lakukan?. Kau mau aku mengijinkannya?. Atau kau mau aku enyah?. Kau pikir aku tidak tahu?". ujar Rachel.
Kim Tan tidak membutuhkan persetujuan Rachel untuk bertemu siapapun. Rachel heran kenapa Kim Tan bersikap kekanakan lagi.
"Baiklah, anggap saja kau tidak butuh persetujuanku. Tapi kau tidak bisa bersama Cha Eun Sang, meski kau putus denganku. Pilihanmu kalau tidak Kim Se Hyun dari Seoin grup atau salah satu dari si kembar dari Grup Buyoung. Atau cucu perempuan dari Naga GK yang sekolah di Swiss. Jika bukan mereka...".
"Baiklah, anggap saja kau tidak butuh persetujuanku. Tapi kau tidak bisa bersama Cha Eun Sang, meski kau putus denganku. Pilihanmu kalau tidak Kim Se Hyun dari Seoin grup atau salah satu dari si kembar dari Grup Buyoung. Atau cucu perempuan dari Naga GK yang sekolah di Swiss. Jika bukan mereka...".
"Ya, aku juga sudah memikirkannya", potong Kim Tan.
Rachel komen ternyata Kim Tan belum gila sepenuhnya (menyadari kalau dia tidak bisa menikah dengan gadis biasa). Tapi Kim Tan memutuskan untuk tidak memikirkan hal itu lagi. Ia akan berpikir dan mencemaskan hal itu nanti. Sekarang Kim Tan hanya akan melakukan apa yang dia inginkan, "Banyak rintangan yang harus kuhadapi. Setidaknya biarkan kita tetap seperti ini. Kita ini berteman".
(Kim Tan lebih memilih tetap bertunangan dengan Rachel yang adalah temannya, sehingga ia tak perlu bertunangan dengan gadis lain. Tapi Kim Tan ingin bebas menyukai Eun Sang. Siapa yang sakit disini!, tentu saja Rachel).
Rachel menilai Kim Tan bersikap seperti ini layaknya remaja yang berusia 18 tahun, yang bertindak tanpa memikirkan akibat. Tapi tetap saja ini kesalahan, "Kau pasti berpikir kalau aku tidak akan terluka sama sekali. Itu kesalahan yang lainnya".
Jae Hoo menemui presdir Kim di rumah sakit. Sedikit basa-basi, ia menanyakan bagaimana kabar presdir Kim. Presdir Kim berkata ia harus melakukan pemeriksaan kesehatan setiap hari seolah-olah akan segera mati saja.
Jae Hoo berkata ia baru saja bicara dengan dr. Kang. Dokter bilang presdir Kim akan baik-baik saja selama menjaga kadar gula darah. Jae Hoo melihat amplop coklat diatas meja. Ia mengenalinya sebagai amplop yang dibawa oleh pria yang berpapasan dengannya kemarin.
Presdir Kim menilai dr. Kang adalah dokter yang payah, dia selalu mengatakan itu selama sepuluh tahun. Presdir Kim lalu tanya bagaimana hasil kunjungan Jae Hoo ke bagian PR (Public Relation?). Sambil melirik amplop dimeja, Jae Hoo berkata telah menyuruh mereka untuk merumuskan tujuan baru dalam waktu seminggu ini.
Presdir tanya apa Jae Hoo sudah bertemu Hyun Joo. Jae Hoo mengaku sudah mengirim pesan, dan sedang menunggu balasan darinya. Presdir Kim menyuruh Jae Hoo segera menemui Hyun Joo dan selesaikan semuanya dalam bulan ini. (Menyelesaikan apa?).
Presdir ingat, Jae Hoo lah orang yang mengenalkan Park Hee Nam pada keluarga Kim. Ia ingin tahu bagaimana Jae Hoo mengenalnya. Jae Hoo berkata ia dan keluarga Hee Nam dulu bertetangga. Hee Nam membuka usaha kedai makan bersama suaminya, "Dia benar-benar baik, jadi aku sering ke sana sekedar mampir untuk minum".
"Sebelum ayahnya Eun Sang meninggal, dIa dirawat di rumah sakit cukup lama. Biaya rumah sakit itulah hutangnya. Sejauh yang kutahu Ia masih berusaha melunasinya", jelas Jae Hoo.
"Begitu rupanya", guman Presdir Kim. "Kau tahu kalau aku yang memindahkan Eun Sang ke SMA Jeguk?".
Jae Hoo sudah mendengar hal itu dari putranya. Sebenarnya sudah lama ia ingin menanyakan itu. Apa alasan presdir Kim memindahkan Eun Sang ke SMA Jeguk.
"Dia setidaknya akan mendengar dari mulut 100 orang, ... alasan kenapa dia tidak pantas bersama Tan", ujar presdir Kim.
Jae Hoo diam meresapi perkataan presdir Kim. Perkataan itu membuatnya sadar, kenapa ia berpisah dengan Esther.
Jae Hoo berada di SMA Jeguk, menjemput Chan Young. Entah takdir atau kebetulan, bertemu dengan Esther di parkiran. Keduanya sama-sama terkejut. Esther tak menyangka akan bertemu Jae Hoo disini. Jae Hoo berkata ia juga orang tua, yang ingin menjemput anaknya.
Esther memuji Jae Hoo sebagai ayah yang baik, "Aku datang untuk menemui ketua dewan sekolah. Tan dan Young Do berkelahi. Kurasa aku harus bicara dengannya".
"Kau kemari demi putramu bukannya putrimu. Kau ibu tiri yang baik", sindir Jae Hoo.
Esther menilai ucapan Jae Hoo itu terdengar sinis. Jae Hoo menyahut, "Itu adalah inferioritas kompleks-ku. (penyakit rendah diri)". Esther mengatakan Jae Hoo hari ini jahat sekali. Jae Hoo mengaku baru mengetahui alasan kenapa ia dan Esther tidak bisa bersama. Esther tanya apa maksudnya.
"Aku mendengar dari mulut 100 orang kalau kita tidak pantas bersama. Kenapa orang seperti kalian bicara melalui mulut 100 orang dan tidak secara langsung?. Itu murahan sekali, bukan?".
"Entahlah. Karena kami selalu punya pelayan di rumah?', tanggap Esther santai.
Jae Hoo tersenyum kesal, "Begitu rupanya". Ponsel Jae Hoo berdering. Esther tanya, "Kau tak mau tahu bagaimana aku bisa tahu nomormu?".
Ponsel Jae Hoo terus berdering, "Kita urus saja urusan masing-masing. Masuklah".
"Kau mau menjawabnya? Siapa itu?", tanya Rachel ingin tahu.
"Wanita".
"Bohong", ucap Rachel tidak percaya dengan nada meremehkan.
"Halo Hyun Joo-shi, bagaimana kabarmu?', Jae Hoo mengangkat panggilan teleponnya. Mendengar nama wanita di sebut langsung membuat mata Esther terbelakak terkejut.
(Dikiranya, Jae Hoo ndak punya teman wanita gitu..Huh..meremehkan dech Esther...Btw, kenapa Jae Hoo ini betah banget menduda ya!!!).
Hyun Joo berada di mini market ketika menelpon Jae Hoo. Ia mengajak Jae Hoo bertemu setelah selesai mengajar. Dan akan menelpon lagi nanti. Hyun Joo menutup telponnya, dan melihat jam tangan. Lalu buru-buru memakan ramennya.
Tanpa Hyun Joo sadari, ada Hyo Shin melihatnya dari luar minimarket. Hyo Shin cemas melihat Hyun Joo yang makan terburu-buru seperti itu. Ia pun mengirim sms pada gurunya akan telat pulang 20 menit.
Hyun Joo membaca sms dari Hyo Shin, menghela napas lega dan makan ramennya dengan lebih pelan. Hyo Shin pergi dari sana, dan langsung pulang.
20 menit kemudian, Hyun Joo tiba dikediaman keluarga Lee dan langsung masuk ke kamar Hyo Shin. Hyun Joo kaget melihat Hyo Shin yang sudah menunggu di dalam kamar. Hyo Shin melihat jam tangan dan berkata Hyun Joo benar-benar datang tepat 20 menit. Hyun Joo mengatakan itu karena ia mempunyai sesuatu benda yang disebut jam tangan. Ia lalu tanya kenapa Hyo Shin pulang telat.
Hyun Joo sedang tidak ingin bercanda dan menyuruh Hyo Shin membuka buku pelajarannya. Hyo Shin bertanya apa yang Hyun Joo makan tiap malam hingga gurunya itu selalu terlihat lelah, Kau tidak makan ramen, kan?.
"Apa pedulimu pada apa yang kumakan?".
Tiba-tiba Hyo Shin mendekatkan wajahnya ke wajah Hyun Joo, sangat dekat seperti akan mencium Hyun Joo. Jarak yang dekat itu membuat Hyun Joo gugup. (wah..Hyo Shin berani juga ya!!!).
"Hei!. Kau benar-benar".
Sebelum Hyun Joo benar-benar marah, Hyo Shin langsung menyodorkan lembaran kertas PR-nya, "Kau mau mengecek PR ku?". Hyun Joo mengambil kertas itu, "Sebaiknya jawabanmu tidak ada yang salah".
Sebelum Hyun Joo benar-benar marah, Hyo Shin langsung menyodorkan lembaran kertas PR-nya, "Kau mau mengecek PR ku?". Hyun Joo mengambil kertas itu, "Sebaiknya jawabanmu tidak ada yang salah".
Hyun Joo memeriksa kertas PR, dan Hyo Shin memandangi wajah gurunya dari samping dengan senyum. Hyun Joo bertanya apa Hyo Shin tidak mempunyai pertanyaan. Hyo Shin menjawab tidak untuk sekarang, "Tapi bagaimana jika besok aku ada pertanyaan?. Bisa aku meneleponmu?".
Hyun Joo menunjuk ponsel Hyo Shin, "Apa gunanya punya ini?. Kirimkan SMS padaku. Akan akan kirim jawabannya".
"Kapan saja?. Segera?", tanya Hyo Shin tak lepas memandang Hyun Joo.
"Ya, kapan saja. Segera", jawab Hyun Joo membuat Hyo Shin tertawa geli, "Memangnya kau ini apa? Jin?".
Hyun Joo menyuruh Hyo Shin membuka halaman 103.
Next episode ^^
Terima kasih yang sudah berkunjung pada situs ini, sinopsis yang ada pada sinopdrama ini menceritakan secara detail sesuai dengan isi film drama tersebut. Jika ada kesalahan pada penulisan atau link error segera beritahu kami melalui komentar!
Selamat membaca!!!
0 Response to "Sinopsis The Heirs Episode 8 – 1"
Posting Komentar