Sinopsis The Heirs Episode 12 Part 1
Kim Tan meraih tangan Eun Sang. Young Do yang tak mau tinggal diam, ikut menahan tangan Kim Tan yang lain. Perlahan-lahan Eun Sang menarik tangannya.
Kim Tan syok dan menepis tangan Young Do. "Cha Eun Sang".
Tanpa memandang Kim Tan, Eun Sang berkata tidak bisa melakukan ini lagi dan meminta maaf. Kim Tan tahu ini berat bagi Eun Sang, ia menyadari ini kesalahannya, "Aku tak bisa berjanji padamu kalau selanjutnya akan baik-baik saja".
Kim Tan mengulurkan tangannya, "Meskipun begitu tetaplah, genggam tanganku".
"Jangan genggam tanganya", Young Do memperingatkan.
Eun Sang memandang tangan Kim Tan sedih, dan meraih tangan Kim Tan. Tapi Kim Tan bisa merasakan Eun Sang tidak mengenggam tanganya, melainkan seperti berjabat tangan.
"Jangan lakukan itu", pinta Kim Tan dengan suara setengah berbisik.
Eun Sang menggengam tangan Kim Tan dengan ke dua tangannya. Sembari menahan tangis ia berkata, "Kita sudah berjalan cukup jauh. Jangan berjalan lebih jauh lagi".
"Aku bilang jangan lakukan itu", teriak Kim Tan putus asa.
Tapi Eun Sang memilih melepaskan tangan Kim Tan, dan menarik tangannya. Eun Sang mencoba tersenyum meski dengan menahan tangis. Ia berkata, "Kita akan bertemu lagi. Aku pergi duluan".
Eun Sang pergi, meninggalkan Kim Tan yang terguncang dengan tangannya yang masih terulur di udara. Perlahan Kim Tan menurukan tangannya. Eun Sang pergi dengan langkah sedih.
Young Do melihat kesedihan di wajah Kim Tan dan berkomentar, "Kau masih membuat orang pergi".
Kim Tan terlalu terguncang untuk membalas perkataan Young Do. Young Do pergi. Kim Tan membeku di tengah jalan raya. Perasaanya benar-benar terpukul menerima penolakan Eun Sang.
"Minggir", ucap Eun Sang lemah.
Young Do menunduk, melihat wajah Eun Sang yang basah karena air mata. Setengah bercanda Young Do berkata orang-orang akan berpikir kalau ia sedang menculik Eun Sang sekarang.
"Tan dimana?. Dia sudah pergi?", tanya Eun Sang dengan suara tersendat menahan isak tangis.
"Apa kalian berdua sudah berakhir? Kenapa?", tanya Young Do membuat tangis Eun Sang pecah.
Eun Sang menangis sesengukan, menutup mata dengan sebelah tangannya. Young Do berkata ia ingin pesta sekarang, kenapa Eun Sang menangis. Eun Sang terus menangis dan ingin pergi.
Tapi Young Do menghalangi, "Pelajaran pertamamu Olah Raga, kan?. Kau mau bolos dan merayakannya?"
"Tidak heran kenapa kau mendapatkan peringkat 98", Eun Sang berjalan pergi, menangis sesengukan.
Kali ini Young Do melepas Eun Sang pergi. Memandangi gadis itu yang pergi menjauh. Wajah Young Do berubah muram, "Kau hanya tidak ingin membiarkanku dekat denganmu.".
(Nasib second lead male selalu seperti ini. Melihat wanita yang disukai menangis karena pria lain).
Sesampainya di sekolah, Kim Tan menyendiri di atas atap. Tempat dimana ia pernah mencium Eun Sang. Ia memikirkan Eun Sang, saat ia masih bisa memegang tangan gadis itu. Dimulai dari di gudang wine (episode 6), ketika mereka bergandengan tangan melewati toko dream catcher (saat Eun Sang membolos) dan terakhir kali ketika mereka berjalan-jalan di pagi hari saat camping.
Pelajaran pertama Kim Tan sama dengan Eun Sang, yakni olahraga. Kim Tan pergi ke lapangan basket dan melihat Eun Sang sedang duduk melamun bersandar pada dinding. Tidak ada semangat dalam mata Eun Sang. Kim Tan terus memandangi dari jauh.
Tak lama Chan Young dan Bo Na masuk. Chan Young merangkul pundak Bo Na, bertanya apa kelas Bo Na menyenangkan. Bo Na menjawab tidak tanpa kehadiran Chan Young. Chan Young mencubit gemas pipi Bo Na, "Lihatlah, kau berbohong".
Bo Na melihat Eun Sang dan langsung memangil namanya. Lamunan Eun Sang buyar dan menoleh pada Bo Na. Pada saat itulah ia baru Kim Tan sedang menatapnya. Eun Sang terkejut dan bingung seperti ingin lari. Tapi tidak jadi karena Bo Na lebih dulu duduk di sampingnya.
Bo Na berkata Eun Sang membuatnya takut. Saat ia bangun, Eun Sang tidak ada di tempat tidurnya, "Kau bahkan tidak sarapan dulu". Eun Sang mengucapkan banyak terima kasih pada Bo Na.
Bo Na berkata Eun Sang membuatnya takut. Saat ia bangun, Eun Sang tidak ada di tempat tidurnya, "Kau bahkan tidak sarapan dulu". Eun Sang mengucapkan banyak terima kasih pada Bo Na.
Chan Young berdiri di samping Kim Tan, ia tanya kenapa Kim Tan menelponya kemarin. 2 pria ini memandang gadis mereka. Tanpa mengalihkan pandangannya dari Eun Sang. Kim Tan balik tanya, kenapa Chan Young tidak menjawab telponnya.
"Aku bukan sekertarismu", jawab Chan Young (mungkin tidak sekarang...dewasa nanti seperti itu bukan ide yang buruk...hehe)
"Ini adalah keadaan yang mendesak. Apakah Cha Eun Sang semalam menginap dirumahmu?", tanya Kim Tan.
"Apa yang kau bicarakan?. Dia tidur di luar?", tanya Chan Young terkejut, baru mengetahui hal ini dari Kim Tan.
Kim Tan berkata kalau tidak sudahlah, ternyata Eun Sang memang tidak menginap di tempat Chan Young.
Bo Na tanya kapan Eun Sang memberikan foto Chan Young yang ia minta sebagai bayaran sewa menginap Eun Sang semalam. Eun Sang menjawab dengan pelan, "segera'.
Kim Tan mengamati wajah Eun Sang. Ia ingat Eun Sang pernah pergi ke hotel Young Do. Di tambah pagi ini ia melihat mereka berdua jalan bersama. Dalam pikirannya, Kim Tan menebak Eun Sang menginap di hotel Young Do.
Kim Tan dan Young Do kembali bertemu di ruang loker pria. Kim Tan mengganti pakaian olahraganya dengan seragam resmi SMA Jeguk. Tanpa tanggung, Kim Tan tanya, "Apa dia menangis terus?. Pagi tadi, Cha Eun Sang".
"Kenapa terus terang sekali pertanyaannya", sahut Young Do.
Kim Tan memakai jasnya dan berkata, "Kalau saja kau berpikir, ini adalah kesempatanmu. Lupakan saja. Ini bukan kesempatanmu. Ini adalah kesempatanku".
Kim Tan dan Young Do saling melemparkan pandangan tajam. Kim Tan menutup pintu lokernya lalu pergi, meninggalkan Young Do yang terdiam tanpa bisa membalas perkatannya.
Selanjutnya, Young Do berada di studio Myung Soo. Sembari tiduran, ia sibuk mengotak atik ponsel. Mencari aku SNS Eun Sang di internet. Hasil penelusaran menampilkan banyak sekali wanita bernama Cha Eun Sang. Young Do berguman, "Banyak sekali".
Myung Soo menjejer foto-foto di meja, hasil bidikannya selama camping. Bo Na memarahi Myung Soo karena mengambil fotonya dalam posisi yang salah. Ia tanya apa yang Myung Soo lakukan pada foto ini, "Kenapa aku terlihat gendut?".
"Kamera tidak dapat berbohong", jawab Myung Soo santai.
"Terus mana foto asliku yang belum kau edit?', tanya Bo Na kesal, menuduh Myung Soo membuat dirinya terlihata gemuk dengan hasil photoshop.
Myung Soo berkata Bo Na perlu menaikan berat badanya 5 kg lagi. Dengan bangga, Bo Na berkata, "Apakah kau pikir aku akan menjadi gemuk jika aku naik 5 kg?".
"Lalu kenapa kau merengek terus?", tanya Myung Soo ikut kesal.
"Jawabannya sudah ada. Kau hanya perlu jawab. Apa susahnya membuatku terlihat langsing", omel Bo Na.
Disaat 2 orang itu sibuk berdebat, Young Do dengan seriusnya membuka satu persatu profile wanita-wanita yang bernama Cha Eun Sang. Tapi yang ia lihat bukanlah Cha Eun Sang yang ia kenal.
Myung Soo tak menghiraukan ocehan Bo Na. Menempelkan foto-foto kedinding. Ia lalu memperhatikan hasil karyanya satu persatu. "Oh", seru Myung Soo terkejut.
"Apa?", Bo Na menoleh, ikut melihat apa yang sedang Myung Soo lihat. Bo Na tak kalah terkejut, "Wow...Daebak".
Foto-foto yang tertempel di dinding, adalah foto Young Do yang sedang memandang Eun Sang dalam berbagai pose. Entah berada di belakang atau di depan Eun Sang, mata Myung Soo selalu tertuju pada gadis itu.
Bo Na dan Myung Soo saling berpandangan, menyadari sesuatu. Sontak mereka berbalik, mencari jawaban dari pertanyaan yang terlintas di pikiran mereka.
"Hei. Choi Young Do", seru Bo Na.
"Apa kau benar-benar menyukai Cha Eun Sang?", tebak Myung Soo.
"Apa aku begitu?", jawab Young Do menggantung.
Bo Na berkata semua orang tahu kalau ada sesuatu antara Kim Tan dan Eun Sang. Dan mereka harus berterima kasih pada Young Do untuk itu (Bo Na dan anak-anak lain berpikir. Kim Tan memiliki hubungan dengan Eun Sang, karena peran Young Do sering mengganggu Eun Sang).
Young Do bangkit. Myung Soo heran, dunia ini sangat luas dan setengahnya terdiri dari wanita. Kenapa Young Do malah mencari cinta pertamanya di sekolah.
"Oh. My God. Ini cinta pertamamu ?", seru Bo Na tak percaya.
Young Do tak menjawab, serius memandangi mimik wajah dari foto-fotonya, "Jadi seperti itu wajahku ketika memandang Cha Eun Sang. Aku harus pergi".
Young Do meraih tasnya hendak pergi. Myung Soo tanya mau kemana, "Cinta pertamamu tidak akan pernah berhasil. Itu adalah hukumnya (hukum alam)".
Bo Na membenarkan, "Contohnya aku dan Tan".
Myung Soo berkata itu bukan cinta pertama, lebih tepatnya cinta sepihak, "Kalau mau obyektif, kau yang mengejar-ngejar Tan". Young Do jalan pergi meninggalkan mereka, dan masih bisa mendengar apa yang Myung Soo katakan.
"Apa kau punya hak untuk berbicara secara objektif mengenai cinta pertamaku?", sentak Bo Na tidak terima.
Kim Tan pulang sekolah, Ny. Han langsung mengekornya masuk ke dalam kamar. Ia tanya apa Kim Tan bertemu dengan Eun Sang di sekolah, "Anak-anak tidak membicarakan kalian kan?. Apa kau diam-diam menemuinya?".
"Aku sudah sampai di rumah!", kata Kim Tan.
"Ya, itu sebabnya Ibu khawatir. Kau terlihat seperti kau tidak akan pulang hari ini".
Dengan bercanda Kim Tan tanya apa ia boleh melakukan hal itu, tidak pulang?. Ny. Han tanya apa Kim Tan belum sadar juga, "Kau ini harus di luruskan. Harus!. Jika ayahmu tahu, dia akan mengirimmu kembali ke Amerika!".
"Ibu, apakah Ibu bahagia tinggal di sini?", tanya Kim Tan serius.
"Hah?".
"Apakah Ibu baik-baik saja saat aku tidak bisa memanggil 'Ibu' di depan orang banyak?", sambung Kim Tan kemudian.
"Tentu saja tidak", jawab Ny. Han sedih. "Saat aku membawamu ke sini dan mengambil alih kamar tidur utama di sini. Aku pikir aku akan menikah secara resmi dan hidup bahagia dengan Ayahmu. Aku tidak pernah menyangka semuanya akan seperti ini".
"Dan ibu masih ingin aku dan Rachel bertunangan?. Bagaimana jika aku menikah dengan Rachel. Mungkin selamanya aku tidak akan pernah bisa memperkenalkan ibu, sebagai ibuku. Apa itu tidak apa-apa?".
"Itu mungkin menyedihkan, tapi...Selama semuanya baik untukmu, itu sudah cukup buat ibu. Ibu hidup untuk menunggu hari itu.". Ny. Han tersenyum seakan semuanya baik-baik saja.
Kim Tan mendesah, dan memasang wajah tidak rela. Ny. Han minta putranya jangan memasang wajah seperti itu. "Kau punya ibu tapi bersikap seolah tidak punya Ibu saja".
Kim Tan tersenyum mendengar ucapan ibunya, "Ibu No. 1. Lepaskan kaos kaki itu. Itu adalah milik ku", Kim Tan menunjuk ke bawah kaki Ny. Han.
Ny. Han terkejut, melihat kaos kaki yang ia kenakan, "Ini?". Ny. Han tidak tahu kalau kaos kaki yang ia pakai itu milik Eun Sang.
Sepulang sekolah, Eun Sang melihat iklan yang tertempel di tiang listrik. Ada beberapa ruangan di sewakan. Eun Sang juga mengambil koran yang ada disana. Kemudian, ia langsung mendatangi berberapa tempat itu, hanya satu tempat yang menyewakan dengan harga lebih murah dan terjangkau dengan keuangannya. Setelah mendapatkan tempat, ia mengirim sms pada ibunya untuk bertemu jam 5 sore dan sekalian bawa baju ganti untuknya.
Kim Tan jogging berkeliling lapangan. Hyo Shin menunggunya di bangku taman, bersiul-siul membuang bosan. Selesai mengelilingi lapangan, Kim Tan duduk di samping Hyo Shin. Hyo Shin melirik Kim Tan. Kim Tan mengatur napasnya yang ngos-ngos'an.
Hyo Shin protes, "Kau bahkan tidak merasa bersalah memanggil seniormu saat musim ujian. Kau bahkan tidak melihat wajahku. Kau mau mati, ya?".
"Kenapa?" jawab Hyo Shin.
"Sebenarnya, aku bukanlah putra ketua dewan. Aku punya ibu kandung lain", ungkap Kim Tan tanpa memandang wajah Hyo Shin dengan napas masih terengah-engah.
Hyo Shin tertawa kecil, "Apa Itu tipe lelucon baru?".
"Itu benar", jawab Kim Tan.
Hyo Shin tanya apanya yang benar. Kim Tan menjawab apa yang baru saja ia katakan itu benar, "Selama ini aku sudah membohongimu. Maafkan aku".
Hyo Shin berkata anggap saja apa yang dikatakan Kim Tan itu memang benar. Tapi kenapa apa alasan Kim Tan tiba-tiba memberitahunya soal ini.
"Aku sedang berlatih untuk melihat seberapa gugup aku saat mengatakannya". Kim Tan menghembuskan napas panjang, "Ternyata memang sulit. Bahkan memberitahumu rasanya sangat menakutkan".
"Apa kau serius?", tanya Hyo Shin masih tidak percaya.
Kim Tan mengiyakan, menepuk paha Hyo Shin lalu berkata, "Aku akan lari satu putaran lagi".
Kim Tan lari keliling satu putaran lagi. Hyo Shin melihat Kim Tan lari dengan wajah binggung. Tapi ia sadar perkataan Kim Tan tadi adalah kenyataan.
Kim Won memanggil Jae Hoo keruangannya. Tapi saat Jae Hoo masuk, Kim Won tak langsung bicara. Berdiri membelakanginya dan membuat coffee latte. Jae Hoo tanya apa yang ingin Kim Won katakan. Kim Won menjawab, ia sedang berpikir topik percakapan apa yang harus mereka bicarakan.
"Aku tadinya ingin bertanya, 'Apa kau sudah mendapatkan daftar nama pemegang saham atas nama pinjaman itu?. Aku tidak bisa memutuskan. Aku tidak tahu kau berada di pihak siapa?", kata Kim Won.
Kim Won mendekati Jae Hoo, sembari memberikan ooffee latte yang ia buat. Jae Hoo menerima coffee yang di berikan Kim Won, setengah bercanda Jae Hoo tanya, "Apa, anda menaruh racun disini?".
"Dalam pikiranku, aku menaruhnya berkali-kali. Duduklah", jawab Kim Won.
Jae Hoo bengong, hehe takut di racun sama Kim Won.
Kim Won langsung menuju pokok permasalahannya. Ia tanya apa yang dijanjikan Presdir Kim, hingga Jae Hoo bersedia meminjamkan namanya. Jae Hoo menjawab dalam keadaan seperti ini. Biasanya, ia akan diberikan posisi CEO di anak perusahaan.
"Kau kira aku tidak paham soal itu?", sahut Kim Won muram.
"Kurasa inilah yang bisa kulakukan untuk membantumu secara pribadi", Jae Hoo memberikan tab-nya pada Kim Won.
Kim Won melihat foto Hyun Joo, dengan judul artikel, "Anak yatim yang dibesarkan oleh Jeguk, dipekerjakan oleh Yayasan Jeguk".
Jae Hoo tetap tenang mengamati ekspresi Kim Won.
"Apa ini alasanmu pergi menemuinya?", tanya Kim Won marah.
"Sekarang dia adalah anggota yayasan amal", jawab Jae Hoo.
Kim Won teriak marah, "Apa kau gila?. Kau seharusnya mengatakan padaku sebelum kau melakukan ini!. Kau berpikir bahwa kau bisa mengungkapkan kisah hidupnya jika kau mempekerjakan dia?".
"Pasti itulah yang dipikirkan Presdir Kim. Ini adalah perintah langsung darinya", ucap Jae Hoo membuat Kim Won shock dan sangat marah.
Kim Won bergegas pulang. Ia mengetuk pintu kamar kerja ayahnya. Lalu sedikit membuka pintu. Kim Won seperti bisa merasakan ada orang lain di dalam sana selain ayahnya. Perlahan-lahan ia membuka pintu lebih lebar. Betapa terkejutnya Kim Won melihat Hyun Joo ada didalam sana, duduk bersama ayahnya. Ditambah lagi melihat Hyun Joo yang terus menunduk dengan wajah tersudut.
Presdir Kim melihat kehadiran Kim Won dan menyuruhnya masuk. Baru saja mereka membicarakan Kim Won. Kim Won masuk dan bertanya pada Hyun Joo, "Sedang apa kau?. Kenapa kau disini?".
Hyun Joo diam tidak menjawab. Presdir Kim berkata ia memanggil Hyun Joo karena ingin bicara dengannya. Kim Won berkata, "Harusnya ayah memanggilku lebih dulu. Ayah bisa bertanya padaku".
"Kalian berdua akan memiliki jawaban yang berbeda. Apa aku salah?", kata presdir Kim.
"Ayah, jangan lakukan ini", pinta Kim Won penuh harap. Tidak ingin melihat Hyun Joo terluka.
Presdir Kim ke Hyun Joo : Kau adalah murid terhormat dalam yayasan kami. Aku bangga karena kau bisa berhasil dalam kondisi seperti yang kau alami.
"Ayah merencakan ini karena ayah merasa sangat bangga?", tanya Kim Won marah, "Semua karyawan akan melihat artikel ini. Semua orang di Korea akan melihatnya besok di berita. Orang tidak akan ingat pekerjaannya. Mereka akan mengingatnya sebagai seorang yatim piatu. Bagaimana dia akan bertahan di Jeguk jika Anda mengungkapkan semuanya?".
Kim Won juga marah pada Hyun Joo, "Apa yang kau lakukan? Kenapa kau tidak memberitahuku dan malah membuatku terlihat bodoh sekarang?. Kenapa kau menjadikan aku orang yang tidak mampu seperti ini?".
Presdir Kim menyalahkan Kim Won dan berkata, "Itulah kenapa aku memilih untuk menjadi orang jahat di sini. Karena aku tidak tahan melihatmu menjadi orang bodoh. Kau bahkan tidak bisa menangani seorang wanita. Berapa lama lagi kau akan terus berada di dekatnya?".
"Hentikan", pintu Kim Won.
"Jangan pernah menggantungkan hidupmu pada lirikan mata dan debaran jantung. Kau juga, Hyun Joo. Kau sungguh tidak tahu malu! Aku mensponsorimu. Aku membantumu. Beraninya kau berpacaran dengan putraku sesudah itu?".
"Ayah", seru Kim Won dengan nada tinggi.
Presdir Kim tidak mengubris dan kembali mencerca, "Kau mungkin merasa seolah mau mati kalau tidak bertemu dengannya. Kau akan rindu padanya dan terluka. Tapi ..."
"Aku bilang hentikan!", bentak Kim Won, "Kenapa ayah memberitahunya tentang perasaanku?. Aku bahkan tidak bisa mengatakan perasaanku padanya", ucap Kim Won terluka.
Presdir Kim dan Kim Won bertatapan, dengan percikan marah di mata keduanya. Dengan menahan tangis dan merasa terhina, Hyun Joo berkata, "Aku akan mengingat saran Anda ini. Aku permisi". Hyung Joo berdiri, membungkuk hormat lalu pergi.
Kim Won terpukul, melepas kepergian Hyun Joo dengan sedih. Ia menghela napas berat dan berkata, "Aku tidak pernah membantah perintah ayah. Aku sudah mencoba melakukan yang terbaik dan lebih unggul dari siapa pun. Itulah bagaimana aku bisa sampai seperti ini".
Presdir Kim menyela, "Itu bukan karena usahamu. Posisi itu kukosongkan karena kuberikan padamu. Kalau aku sehat, kau tidak akan bisa seperti sekarang. Kau bisa seperti sekarang karena kau adalah anakku. Tapi aku tidak bisa menjadi Ayahmu untuk hal-hal seperti ini Apakah itu masuk akal?. Sadarkan dirimu. Kau juga harus menikah".
"Ya, aku akan menyadarkan diriku", kata Kim Won dengan perasaan remuk redam.
Presdir Kim menatap Kim Won, tak berkata apa-apa. Tapi dari wajahnya terlihat jelas itu memang jawaban yang ingin ia dengar.
Hyun Joo keluar dari pintu gerbang rumah kediaman Kim sambil menangis. Kim Tan yang baru pulang dari jogging melihat Hyun Joo keluar dari rumahnya. Melihat wanita yang menangis, terlebih lagi keluar dari rumahnya membuat Kim Tan khawatir. Meski ia tak mengenal siapa Hyun Joo. Ia pun bertanya apa kau baik-baik saja?.
Kim Tan heran, "Kau...kenal aku?". Hyun Joo berkata kita akan bertemu lagi.
Hyun Joo beranjak pergi. Kim Tan tanya apa Hyun Joo jalan kaki tadi kesini. Jarak terminal bis dari rumahnya sangat jauh. Haruskah ia memanggilkan taksi. Hyun Joo menggeleng, "Jangan biarkan hyungmu mengejarku. Aku mohon".
Hyun Joo pergi. Kim Tan bingung dan juga prihatin. Memandanginya Hyun Joo hingga menghilang di tikungan.
Tak lama Kim Won keluar dengan langkah lesu. Kim Tan memberitahu wanita yang baru keluar tadi berjalan ke arah sana, "Dia memintaku untuk menahanmu".
"Aku tidak akan mengejarnya", sahut Kim Won, lalu mendekati mobilnya.
Kim Tan menahan pintu mobil, mencegah kakaknya masuk. "Hyung, kau terlihat tidak sehat sekarang. Apa ada masalah?".
"Kau masih saja melewati batas, ucap Kim Won memarahi Kim Tan seperti biasa.
"Kau tidak kelihatan marah dengan wajah seperti itu. Ada apa?. Apa yang terjadi?", tanya Kim Tan lagi.
"Ayah menyuruh seseorang mengikutiku. Kau harus berhati-hati juga. Jangan melakukan apa pun yang buruk (mencurigakan).
Kim Won masuk ke dalam mobil dan pergi. Kim Tan terpukur meresapi perkataan kakaknya.
Hyun Joo duduk melamun di halte. Kim Tan menyusul Hyun Joo di halte. Hyun Joo menoleh dan melihat Kim Tan datang menghampirinya, Hyun Joo tersenyum sedih. (Seharusnya yang datang Kim Won, bukan Kim Tan).
Kim Tan duduk di samping Hyun Joo dan berkata, "Hyung tidak datang. Dia langsung pergi".
"Tapi, kau siapa?. Kau pacar kakakku?", tanya Kim Tan ingin tahu, "Bagaimana kau bisa mengenali aku?. Mungkinkah hyung, membicarakan aku?".
Hyun Joo mengiyakan dengan suara pelan, "Dia bilang adiknya hangat, dan jujur. Bertambah tinggi dan mata kalian mirip sekali. Dan ternyata dia benar".
(Oh, menyentuh. Dia balik sikap Kim Won yang dingin, ternyata ia juga menaruh perhatian pada adiknya).
Kim Tan dan Hyun Joo terdiam. Merenung dengan pikiran masing-masing. Hyun Joo sedih, begitu pula dengan Kim Tan yang terlihat sendu. Mungkin saat ini mereka sedang memikirkan Kim Won, seseorang yang dekat di hati mereka.
Beberapa menit berlalu. Hyun Joo berlalu bersama bis. Kim Tan tetap duduk merenung disana, menghela napas dalam.
Hee Nam bersiap menemui Eun Sang, dan mengirim sms pada putrinya akan segera kesana. Ny. Han muncul di ruang tengah, wajahnya terlihat sedikit canggung saat bertemu pandang dengan Hee Nam. Hee Nam mengeluarkan notes. lalu menunjukannya pada Ny. Han.
"Aku akan bekerja sampai akhir bulan. Anda perlu mencari orang lain. Anda harus mencari penggantiku lebih dulu".
"Baiklah", jawab Ny. Han sedih.
Hee Nam beranjak pergi, menenteng tas belanja. Ny. Han berdiri panik, "Kau mau pergi sekarang ahjumma?. Kau baru saja memberitahu!. Mana bisa begitu.Tas belanja itu sepertinya punya kami!".
Hee Nam bengong, hendak mengeluarkan notes untuk menjawab. Ny. Han menyadari kalau Hee Nam hanya keluar sebentar, "Kau tidak pergi", suara Ny. Han terdengar lebih lega, "Kalau begitu tak apa. Pergi dan kembalilah".
Ny. Han kembali duduk, menghembuskan napas dengan wajah murung. Hee Nam menatap prihatin.
Hee Nam datang lebih dulu dan menunggu Eun Sang di depan minimarket, tempat ia janji bertemu dengan Eun Sang. Tak lama Young Do datang, duduk tak jauh dari Hee Nam. Young Do menelpon Eun Sang dan terlihat senang karena Eun Sang menjawab telponnya. Ia bertanya di mana Eun Sang.
Eun Sang menjawab sedang sibuk. Young Do berkata ia merasa senang karena Eun Sang mengangkat telponnya, padahal sedang sibuk.
"Aku gugup kalau tak menjawabnya bisa-bisa aku nanti ditindas. Kenapa menelponku?", jawab Eun Sang jalan menunju minimarket.
Young Do mengatakan ia sekarang berada di dekat rumah Eun Sang dan ingin mengajaknya makan mie. Eun Sang langsung menutup telpon secara sepihak, membuat Young Do menggerutu, "Basa-basi yang buruk".
Eun Sang sampai di minimarket, ia langsung terkejut melihat Young Do juga ada disana. Duduk tak jauh dari tempat ibunya menunggu. Ia segera menarik diri, sembunyi di balik tembok sebelum Young Do melihatnya.
Eun Sang sempat mengintip sedikit, melihat Young Do lalu ibunya. Young Do menghubungi Eun Sang lagi. Eun Sang langsung menjawab. Young Do berkata jika Eun Sang tidak suka mie maka mereka bisa makan yang lain.
Eun Sang menjawab cepat, "Suka. Aku suka mie. Aku sekarang ada di persimpangan jalan. Datanglah kemari".
Young Do beranjak pergi dengan senyum di wajahnya. Dari tempatnya, Eun Sang memantau Young Do yang pergi dengan motornya meninggalkan minimarket.
Eun Sang menarik napas lega, lalu duduk menemui ibunya. Hee Nam memberikan tas berisi baju ganti pada Eun Sang. Ia juga memberitahu Eun Sang, kalau sudah memberitahu Ny. Han akan segera pergi dari sana dan bekerja hingga akhir bulan ini.
Eun Sang mengangguk, "Aku sudah mencari tempat sewa. Yang paling murah harganya 10 juta untuk uang jaminannya dan sewa bulanannya 350,000. Ini untuk satu kamar tidur. Aku akan mecari lagi dan mengirim sms pada ibu".
Hee Nam bertanya dimana Eun Sang tidur semalam. Eun Sang tersenyum menenangkan, "Di rumah salah satu teman. Wajahnya cantik begitu pula dengan hatinya".
(Pengen liat gimana reaksinya Bo Na, jika mendengar Eun Sang memujinya seperti itu ^^).
Hee Nam lega, seharusnya ia membuatkan makanan untuk teman Eun Sang itu. Eun Sang berkata nanti saja. Ia pamit pergi, karena harus berkerja dan akan mengirimkan sms pada ibunya nanti. Hee Nam mengiyakan dengan anggukan. Eun Sang pergi membawa tas berisi baju ganti yang diberikan ibunya.
Setelah itu Eun Sang buru-buru pergi ke persimpangan menemui Young Do. Young Do berkomentar, Eun Sang mengajaknya bertemu di sini, tapi Eun Sang malah datang dari arah mini market. Perhatian Young Do beralih ke tas yang ditentang Eun Sang.
"Benarkah?. Aku tidak tahu.....", ucap Eun Sang sedikit gugup.
Young Do diam menatap curiga. Ia mengenali tas yang dibawa Eun Sang sama persis dengan tas ahjuma yang tadi duduk di depan mini market.
"Aku mengerti. Kau kan bukan alat navigasi", ucap Young Do kemudian. "Aku harus pergi ke suatu tempat. Tunggu aku di sini sebentar. 10 menit atau mungkin 15 menit?".
"Aku tidak akan menunggumu", sahut Eun Sang.
"Tunggu sajalah. Pokoknya tunggu, kumohon.", Young Do memakai helmnya, naik ke atas motornya dan pergi.
Eun Sang heran melihat sikap aneh Young Do.
Kemana Young Do pergi?. Tak lain pergi ke rumah Kim Tan. Ia menunggu di depan pintu gerbang, seperti sedang menunggu seseorang. Meski sudah menduga sebelumnya, ia tetap saja terkejut melihat ahjuma yang ia lihat dimini market tadi benar-benar datang kerumah Kim Tan.
Hee Nam hendak masuk rumah, tapi langkahnya terhenti saat Young Do memanggilnya dengan sebutan ibu. Hee Nam menoleh. Young Do tanya apa Eun Sang ada dirumah. Hee Nam menjawab dengan gelengan.
"Anda ibunya Eun Sang, bukan?", tanya Young Do memancing.
Hee Nam mengiyakan dengan anggukan. Young Do merasa aneh karena Hee Nam hanya menjawab dengan isyarat bukan perkataan.
Lalu Young Do mendekati Hee Nam, "Aku ingin menemui Eun Sang, tapi aku tak bisa menghubunginya. Jam berapa Eun Sang pulang?". (suara Young Do terdengar lembut...)
Pertanyaan jebakan yang membuat Hee Nam bingung, pertanyaan kali ini tidak bisa ia jawab dengan gelengan atau anggukan. Tak ada cara lain, Hee Nam mengeluarkan ponsel dan mengetik sms. Lalu menunjukannya pada Young Do,
"Eun Sang sedang pergi kerja".
"Eun Sang sedang pergi kerja".
Young Do menatap ibu Eun Sang dan tampak shock. Tapi ia sebisa mungkin menyembunyikan rasa terkejutnya, dan tetap tenang. Dengan otak cerdasnya, Young Do bisa mengambil kesimpulan kalau ibu Eun Sang tidak bisa bicara.
Kim Tan berjalan pulang dari halte bus. Sebuah motor melaju berlainan arah denganya. Ia bisa melihat kalau pengendara itu adalah Young Do. Young Do berhenti di depan Kim Tan. Begitu Young Do melepas helmnya, Kim Tan langsung tanya, "Sedang apa kau di daerah sini?".
"Ada banyak sekali orang yang ingin kutemui di dekat sini. Aku jadi ingin pindah kesini", ujar Young Do.
"Kau pikir kita bisa bercanda", ucap Kim Tan dengan nada tidak suka, "Kenapa kau datang dari arah sana (arah rumah Kim Tan)?".
"Apa pedulimu?", sahut Young Do.
"Aku tidak perduli kau datang dari mana. Tapi, kalau itu rumahku, aku tidak akan membiarkanmu begitu saja"
"Kau jadi pemarah begini pasti karena Cha Eun Sang tidak menerima uluran tanganmu, Kim Tan". ledek Young Do.
Kim Tan tertawa sinis, "Kau mau melihatku mengamuk?".
"Aku mau sekali melihatnya. Tapi aku tidak punya waktu untuk itu karena aku seseorang yang sedang menungguku. Seseorang yang membuat hatiku berdebar kencang. Aku pergi dulu".
Young Do pergi, Kim Tan terlihat kesal berbalik melihat Young Do hingga menghilang. Ponsel Kim Tan berdenting menerima sms dari Kim Won. Kim Won mengajaknya untuk bermain golf besok, bersama Choi Young Do dan ayahnya. Bersiaplah.
Kekesalan Kim Tan semakin bertambah. Menarik napas dalam-dalam....calm down urri tanny.
Young Do kembali ke persimpangan tadi. Celingkukan melihatn sekitar, tapi gadis yang ingin ia temui tidak ada disana. Karena Eun Sang memang sudah pergi dan tidak menunggunya.
Dalam perjalanan ke tempat kerjanya, Eun Sang memeriksa isi tas yang diberikan ibunya. Ternyata ibu Eun Sang memberikan baju I Love California sebagai baju ganti Eun Sang. Sesaat wajah Eun Sang terkejut lalu berubah sedih. Baju yang mengingatkannya pada Kim Tan dan kenangannya di Amerika.
Ponsel Eun Sang berdenting menerima sms dari ibunya. Ibu Eun Sang memberitahu kalau tadi ada teman Eun Sang datang kerumah mencarinya. Seorang laki-laki dengan mengendarai sepeda motor. Ibu Eun Sang mengingatkan agar putrinya tidak sembarangan mengundang teman kerumah keluarga Kim.
Eun Sang cemas dan langsung bisa menebak siapa laki-laki itu. Ia bergegas lari kembali ke persimpangan tadi.
Dan Young Do memang masih ada di persimpangan itu, duduk diatas motornya menunggu Eun Sang. Dari jauh Young Do melihat Eun Sang yang berlari ke arahnya.
"Nomor 6, putri dari pelayan. Catatan : Tidak bisa bicara", ucap Young Do pada diri sendiri.
"Alasan yang sama seperti kenapa kau menungguku", jawab Eun Sang.
"Aku tidak berpikir begitu. Menunggu sudah menjadi kebiasaanku", ucap Young Do dengan nada bercanda.
Eun Sang tak percaya dan langsung ke intinya, "Kau sudah tahu semuanya, dan kau sudah bertemu dengan Ibuku. Kau harusnya menunggu. Sebentar lagi aku akan pergi dari rumah itu".
Young Do pura-pura kesal dan menyalahkan ponsel memang membawa masalah.
"Beritahukan anak-anak kalau kau ingin mereka menindasku. Tapi jangan pernah kembali sebelum aku dan ibuku pergi. Itu ... adalah tempat kerja ibuku", ucap Eun Sang dengan suara lantang.
Young Do tertawa, "Memangnya aku bicara apa?. Ayo makan mie kalau kau sudah selesai".
"Berhenti menyela pertanyaanku dan katakan padaku jadi aku bisa bersiap siap. Apa yang akan kau lakukan padaku?", tuduh Eun Sang mengira Young Do akan kembali berbuat jahat padanya. Rasa trauma itu membuat dirinya selalu berpikiran buruk pada Young Do.
"Kau mau aku lakukan apa?", bentak Young Do, "Aku tak tahu mengatasi luka di hatiku. Bagaimana aku bisa mengatasi lukamu?".
Wajah Eun Sang sedikit melunak saat Young Do berkata, "Aku hanya kesepian karena kau pergi. Dan senang saat kau kembali. Rahasiamu sangat mengejutkan. Itu saja. Apa aku berkata akan melakukan sesuatu?".
Tapi tetap saja Eun Sang tidak percaya, "Aku sudah melihatmu melakukan banyak hal. Kau bahkan melakukannya padaku".
Young Do teriak frustasi dan sakit hati, "Karena itulah, aku tak bisa melakukan apapun padamu sekarang. Aku cuma bisa mengajakmu makan mie. Aku tidak bisa pergi denganmu hari ini. Kita makan mie lain kali saja".
Young Do pergi, Eun Sang memandangi kepergian Young Do dengan tatapan berbeda. Seperti merasa bersalah. Selama ini ia tak mengerti sifat Young Do, tapi hari ini tampaknya Eun Sang menyadari perasaan Young Do padanya.
Next episode ^^
Terima kasih yang sudah berkunjung pada situs ini, sinopsis yang ada pada sinopdrama ini menceritakan secara detail sesuai dengan isi film drama tersebut. Jika ada kesalahan pada penulisan atau link error segera beritahu kami melalui komentar!
Selamat membaca!!!
0 Response to "Sinopsis The Heirs Episode 12 – 1"
Posting Komentar